SEJARAH BARU MAHKAMAH KONSTITUSI

Menghapus Lembaran Gelap Emka


PECAHAN kaca yang rusak terpisah-pisah akan kembali disusun menjadi satu kesatuan yang utuh, agar berfungsi kembali seperti sedia kala. Inilah usaha yang sedang dilakukan oleh lembaga negara bernama Mahkamah Konstitusi (emka), dalam membangun kembali marwahnya yang telah runtuh. 

Emka berusaha membangun dari awal lagi, bangkit dari keterpurukan krisis integritas, akibat dari adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh ketua emka, Akil Mochtar, yang kini telah dipecat secara tidak hormat.

Langkah awal membangun optimisme penegakan hukum, lembaga ini mencari nahkoda baru, guna mampu mengembalikan kepercayaan di mata publik. Sebab sangat penting, rasa kepercayaan yang tinggi itu adalah modal utama dalam penegakan hukum.  

Warga masyarakat ingin Mahkamah Konstitusi harus bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (photo by budi susilo)

Mengambil prinsip, maju terus pantang mundur, maju tak gentar membela yang benar, lembaga emka tetap berkomitmen berjuang menguatkan konstitusi dan penegakan hak asasi manusia.   

Dalam kesempatannya, Jumat (1/11/2013), dilakukan pemilihan ketua emka baru di gedung emka, Jakarta Pusat. Pemilihan melalui cara voting, atau pemungutan suara terbanyak. Sebelum penentuan voting, masing-masing hakim emka memberikan pandangannya, soal nasib emka ke depan.

Satu di antaranya hakim konstitusi Ahmad Fadil, menegaskan, keberadaan emka di Indonesia masih dibutuhkan karena itu penting rasanya untuk mengembalikan citra emka, supaya ada kepercayaan publik.

Hakim konstitusi lainnya, Arief Hidayat menginginkan, martabat lembaga emka sebagai penegak konstitusi harus di kembalikan, jangan dibiarkan begitu saja, sebab tidak akan mungkin emka terus dalam kondisi buruk, karena itu perlu juga bantuan pada media massa untuk memulihkan citra emka.

Dan senada, hakim konstitusi, Anwar Usman, menginginkan, semenjak adanya kasus dugaan korupsi yang melibatkan pimpinan emka, masyarakat sudah tidak lagi percaya. Untuk mengembalikan kepercayaan, maka emka harus berusaha membuktikan masih punya integritas. Dan ia pun, dalam pemilihan ketua kali ini, tidak bersedia dipilih sebagai ketua emka.

Bencana yang dialami emka membuat hakim konstitusi Harjono galau. Ia mengaku, dalam keseharian merasa risih, saat waktu bangun tidur di pagi hari ia sering melihat di media massa selalu diberitakan betapa bobroknya emka. Ia selama berkarir di emka, seakan sudah lengkap, bisa merasakan pahit manisnya jadi penegak hukum di emka. 

Di sisi lain, hakim konstitusi Maria Farida Indrati mengaku, sebelumnya tidak membayangkan bisa berkarir di emka, mengingat lembaga ini adalah kebanggaan semua orang, siapa saja ingin terlibat di emka, namun setelah ada kejadian yang memalukan membuat emka bercitra negatif.

Karena itu tegasnya, diperlukan pemimpin baru yang bisa membawa kembali kehormatan emka. Ia menegaskan, siapa pun yang terpilih nantinya, berharap Tuhan memberikan perlindungan. “Saya akan maju jika terpilih, tetapi saya tidak akan maju dengan cara memilih saya sendiri,” tuturnya.

Imbauan ia, para majelis hakim emka jangan lagi merasa terpuruk. Mari bersama-sama membesarkan lagi citra emka sebagai pengawal demokrasi dan penegak konstitusi. Memang tidak mudah, namun akan sangat mudah membangun jika ini dilakukan secara bersama-sama.

Kesaksian hakim konstitusi lain, Muhammad Alim, bahwa selama bertugas sejak Juli 2008, hingga di penghujung  tahun 2010 ada laporan ‘hitam’ di tubuh emka, dirinya tetap merasa tenang. “Saya sempat dipanggil jadi saksi. Saya tidak merasa bersalah, saya datang beri kesaksian. Buktinya saya makan, minum, tidur, masih enak saja, tidak merasa gelisah,” urainya. 

Baginya, manusia itu nantinya akan meninggalkan jabatan atau sebaliknya jabatan yang akan meninggalkan manusia. Namun semuanya akan ada pertanggungjawaban di dunia dan akhirat nanti. 

Dan satu hal lagi tambahnya, sebagaimana mengutip dari ilmu sosiologi, bahwa terkait dengan jabatan itu adalah sebuah kepercayaan. Dan menanamkan kepercayaan itu lebih mudah, ketimbang mengembalikan kepercayaan yang sudah sirna. 

Pandangan hakim konstitusi lainnya, Patrialis Akbar, menegaskan, lembaga emka tidak boleh berlama-lama dalam kondisi yang negatif. Emka harus dibangun kembali kepercayaannya karena kalau dibiarkan berlarut-larut maka  tidak akan menguntungkan bagi bangsa dan negara. 

Apalagi, tambah Akbar, emka itu lembaga yang diinginkan oleh masyarakat sebagai sumber pencari keadilan. Sebab emka menjalankan fungsi peradilan politik, tata negara, konstitusi, demokrasi dan peradilan hak-hak asasi. Karena itu, imbaunya, lembaga emka harus tampil gagah dan percaya diri kembali dengan cara memilih ketua yang baru. 

Senada hakim konstitusi Hamdan Zoelva, menjelaskan, emka selama ini mengalami pukulan berat, ketika awal Oktober ternodai oleh ketuanya sendiri. Karenanya, emka harus melakukan langkah besar dan kerja keras, untuk memulihkan kehormatan MK. 

Ia merasakan profesi hakim konstitusi sudah mendarah daging. Melihat hal ini, maka seorang hakim memerlukan sebuah kemerdekaan, yang menjadi modal penting dalam mengeluarkan produk-produk hukumnya. 

Namun jelasnya, kemerdekaan hakim itu belum cukup jika tanpa diimbangi oleh integritas seorang hakim. Kemerdekaan tanpa integritas bisa membahayakan keadilan, sebab jika hakim merdeka begitu saja, maka akan menciptakan hakim yang tirani, menikmati kemerdekaan yang kebablasan, yang bisa melunturkan nilai-nilai moral.

Dan singkat cerita, dari beberapa buah pikiran dan optimisme para hakim konstitusi yang berjumlah delapan, akhirnya proses voting pun dijalankan dan dapat berjalan secara tertib dan damai. 

Proses pemilihan terjadi sampai dua putaran. Alasannya, dua nama yang muncul yakni Hamdan Zoelva dan Arief Hidayat, sebagai peraih suara terbanyak, tidak mencapai lebih dari separo. Dan ketika pemungutan suara di putaran dua, akhirnya nama Hamdan Zoelva muncul sebagai ketua emka yang baru.

Begitu pun saat memilih wakil ketua, nama yang muncul adalah Arief Hidayat dan Patrialis Akbar. Keduanya meraih suara terbanyak dari delapan nama hakim yang ada, namun tidak mencapai lebih dari separo. Ini terjadi hingga sampai di pemilihan babak dua.

Akhirnya di tahapan pemilihan tahap ketiga, maka nama yang muncul terbanyak lebih dari separo adalah Arief Hidayat, dan tentu saja berarti Arief diberitanggungjawab sebagai wakil ketua emka, mendampingi Hamdan Zoelva sebagai ketua emka.

Semoga munculnya ketua dan wakil ketua baru di tubuh emka, diharapkan memberikan angin segar. Kinerja mereka dapat berjalan baik, bisa mempertanggungjawabkan segala amanah yang telah dibebankan ke mereka.

Serta mampu bekerja dengan intergitas tinggi, bekerja secara profesional, dan independen, agar hukum dan demokrasi menjadi panglima di negeri ini, dan bukan lagi uang yang sebagai pondasi utama dalam menegakan keadilan. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA