SENYUM RATU DI IKLAN PAJAK
Senyum Ratu Di Iklan Pajak
BELAKANGAN
ini, di pertengahan Oktober 2013, pandangan saya sering terperana ke arah papan
reklame pajak daerah provinsi Banten. Entah mulai kapan papan reklame tersebut
terpasang, yang jelas reklame tersebut benar-benar membuat perhatian publik.
Lokasi
reklame yang berada di pusat keramaian dan pinggir Jalan HOS Cokroaminoto, Kecamatan
Larangan, Kota Tangerang, Provinsi Banten, membuat mata para pengguna jalan
melihat jelas, termasuk saya sendiri.
Dari
jarak kejauhan sekitar 30 meter saja, papan reklame masih tampak. Apalagi dari
jarak dekat, tentu saja sangat jelas gambar model dan bahasa pesan dari reklame
tersebut.
Ajakan Gubernur Banten terhadap warganya untuk membayar pajak (photo by budi susilo) |
Maklum
saja, ukuran reklame tersebut tidak tanggung-tanggung. Secara spesifik, saya
tidak tahu berapa ukurannya, tetapi jika dikira-kira ukuran reklamenya
menjulang tinggi dan besar.
Isi
pesan reklame tersebut berbunyi "Mari Membayar Pajak untuk Membangun Banten". Model
papan reklamenya bukan dari kalangan artis film, bukan juga pimpinan dinas
perpajakan Banten, apalagi wajah dari sosok pembayar pajak terbanyak.
Model
di papan reklame tersebut adalah wanita berparas solek yang menjabat sebagai
pimpinan daerah Provinsi Banten bernama Atut Chosiyah. Gaya senyumnya yang
manis bak ratu cantik dengan dibaluti baju dinas Gubernur Banten, membuat daya
tarik tersendiri papan reklame tersebut.
Melihat
senyumnya di papan reklame, seolah menggambarkan filosofi optimisme provinsi
Banten sebagai daerah termaju di Republik Indonesia, bahkan di dalam kompetisi
dunia internasional yang sudah terglobalisasi.
Entah
itu senyuman yang tulus atau sandiwara belaka, pastinya, yang tahu hanya orang
yang tersenyum dan Tuhan. Yang pasti rakyat hanya tahu, benang merah dari pajak
itu, dari rakyat dan untuk rakyat.
Dan
sebagai pengguna jalan tentu berharap banyak, jika ada angin besar, badai
mengampiri Kota Tangerang, papan tersebut tetap berdiri kokoh, tak roboh
meruntuhkan bangunan didekatnya dan jalanan sekitarnya. Semoga saja, hal ini
tidak akan terjadi.
Pasalnya,
berdasarkan pengalaman yang ada, seperti di Kota Jakarta, beberapa papan
reklame super besar di titik-titik keramaian kota banyak yang rubuh, jatuh ke
tanah oleh hempasan cuaca tak bersahabat.
Harapan
lainnya, isi pesan reklame tersebut harus sesuai kenyataan dilapangan. Jangan
sampai, pajak yang telah dibayar masyarakat tidak sampai dengan sesuai
peruntukannya.
Sebab
tujuan awal masyarakat membayar pajak karena sifat bijak untuk turut serta,
bersumbangsih dalam proses pembangunan, guna memajukan daerah ke arah perubahan
yang lebih baik dari sebelumnya.
Dan
pajak juga, sifatnya diperuntukan bagi urusan kepentingan publik, bukan sekedar
untuk kenikmatan segelintir orang tertentu, apalagi hanya dinikmati di kelas
kalangan pejabat-pejabat saja.
Reklame iklan pajak yang ada di Jalan HOS Cokroaminoto Kota Tangerang (photo by budi susilo) |
Adanya pajak, maka infrastruktur jalan yang tersedia sangat lengkap dan berkualitas baik. Adanya pajak, maka masyarakat berekonomi kurang mampu bisa menikmati pendidikan yang murah meriah dan berkualitas, serta dapat jaminan layanan kesehatan yang baik pula.
Adanya
pajak, maka para pegawai negeri sipil masih bisa tetap bekerja dan menghidupi
anak-anaknya. Adanya pajak, tentu akan memberikan jaminan pelayanan publik yang
handal seperti di antaranya puskesmas dan gedung sekolah negeri, juga jembatan
jalan penghubung desa tersedia secara memadai.
Jangan
sampai pajak disalahartikan, yakni orang pajak adalah para pembajak.
Diterapkannya pajak, sebenarnya bukan untuk pembenaran membajak orang, namun
adanya pajak, untuk membuktikan orang untuk berbuat bijak, menumbuhkan rasa
kebersamaan dalam proses pembangunan bangsa. ( )
Komentar
Posting Komentar