SEMIR SEPATU TANAH ABANG
Seharinya Sahrul Menyemir 30 Sepatu
SIANG
itu, Masjid Jami al Ma’mur Tanah Abang Jakarta Pusat ramai dipadati pengunjung.
Maklum saja, jadwal shalat Zuhur sudah dimulai. Warga muslim berbondong-bondong
masuk ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat.
Ditengah
khusuknya sholat Zuhur, terdapat beberapa sosok pria penjaga sepatu para
jamaah. Tak hanya menjaga, mereka juga melakukan semir sepatu para jamaah yang
hadir di masjid.
Satu
di antaranya, Sahrul Gunawan (28), penyemir sepatu mengatakan, setiap harinya
melakukan kegiatan semir sepatu. “Jaga dari siang sampai sore,” tuturnya, Kamis
(24/10/2013).
Sahrul dengan asiknya menyemir sepatu pengunjung masjid, Kamis (24/10/2013) / (photo by budi susilo) |
Bermodalkan
sikat dan semir, Sharul dengan percaya diri membersihkan sepatu para pengunjung
masjid. Sepatu yang kusam, disulap menjadi mengkilat, tampak tampil baru.
“Sepatu
yang saya semir biasanya yang hanya dari kulit dan plastik. Warna sepatu juga
hanya yang hitam dan coklat saja,” ungkap pria kelahiran Jakarta ini.
Setiap
harinya, Sahrul menyemir sepatu sampai 30 pasang sepatu, baik itu sepatu untuk
pria maupun wanita. Sebab prinsipnya, kepuasan pengunjung adalah hal yang
utama, tidak memandang suku, golongan, pangkat dan jenis kelamin.
“Kalau
ongkos semir saya tidak mematok tarif, seikhlasnya saja. Tapi kebanyakan orang
kasih saya Rp 2 ribu,” urainya.
Lalu
tambahnya, jika sedang rezekinya, kadang ada orang yang memberikan ongkos semir
lebih dari Rp 2 ribu. “Alhamdulilah ada yang kasih lebih. Saya dapat uang
banyak, bisa buat nabung, untuk keperluan masa depan saya,” tuturnya.
Mengingat,
Sahrul yang putus sekolah, hanya mengenyam pendidikan dasar, berkeinginan
membuka toko sepatu. Berwiraswasta jualan aneka sepatu dan sandal.
“Kalau
ada lebih tabungan saya rencana buat modal usaha. Jualan sepatu. Tidak mungkin
saya seterusnya jadi tukang semir sepatu,” tegasnya.
Sahrul melakoni semir sepatu bukanlah seumuran
jagung. Ia sudah lakukan aktivitas ini sejak remaja yang secara kebetulan
mendampingi ayahnya menekuni semir sepatu.
“Dihitung-hitung
sudah 15 tahun saya disini. Dulu ikut bapak saya, jadi tukang semir disini.
Sekarang menggantikan bapak saya yang sudah tua,” katanya.
Keramaian pasar Tanah Abang pada siang hari, Kamis (24/10/2013) / (photo by budi susilo) |
Hal
yang paling sibuk baginya adalah saat ada sholat jamaah, terutama di hari
jumat. Diperkirakan bisa semir sepatu sampai 50 pasang lebih. “Kalau musim
hujan tidak berpengaruh,” ungkap Sahrul.
Tukang
semir lainnya, Fadhilah (53), mengutarakan, pengalaman selama menekuni
aktivitas semir sepatu puluhan tahun tidak pernah ada yang kehilangan sepatu.
“Soal
kemanan kami sudah jamin. Kalau memang ada yang hilang waktu disemir, saya akan
tanggungjawab, akan diganti sepatunya,” janjinya.
Tetapi
ungkapnya, berdasarkan pengalaman selama ini, belum ada kejadian kehilangan
sepatu. Pasalnya, sepatu yang telah disemir dijaga ketat, tidak ditaruh secara
sembarangan.
“Saya
simpan di rak sepatu. Supaya tidak tertukar dan dicuri orang,” ungkap Dhila,
panggilan akrab Fadhilah. ( )
Komentar
Posting Komentar