INDAHNYA PLURALITAS KARAME MANADO
Latar Belakang Lurahnya Sangat
Berbeda
CERITA
asik, Lurah Karame yang ada di Kota Manado provinsi Sulawesi Utara, bernama Joy
Mananeke tak pernah diributkan atas jabatannya dalam pemimpin daerah Kelurahan Karame.
Secara
kultur dan agama, Joy Mananeke sangat berbeda dengan warga kebanyakan yang ada
di Karame. Pak Joy sapaan akrab Joy Mananeke, adalah pribadi yang bersahabat,
mau mengenal siapa saja.
Pengalaman
Ini pernah saya alami, ketika bertemu dengannya pada malam hari di Kamis 6 Juni
2013 usai saya dari Provinsi Gorontalo. Tepatnya kala ada penyelenggaraan acara
peringatan budaya Taptu Isra Miraj di Karame[1].
Ia
mau berbincang. Orangnya supel, sangat ramah terhadap warga Karame atau warga
pendatang baru yang tinggal di Karame. Nada suaranya tidak terlihat sangar,
tutur kata bahasanya pun teratur dan sopan.
![]() |
Manusia diciptakan Tuhan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling kenal-mengenal (photo by budi susilo) |
Latar
belakangnya pak Joy lebih mengental pada budaya Minahasa dan beragama Kristen.
Kemudian juga, Pak Joy pun tidak bertempat tinggal di Karame, ia tinggal di
luar kelurahan Karame.
Padahal
jika didalami kultur warganya, daerah Karame kebanyakan penganut agama Islam[2]
dan orang-orangnya pun sebagian besar berdarah keturunan suku dari Ternate dan
Gorontalo.
Di
sekitar pertengahan tahun 2010, saya juga pernah bertempat tinggal di Karame
yang punya kepala lingkungan bernama Pala Abay. Selama saya tinggal di daerah
Karame, tak pernah dengar persoalan pro dan kontra terkait jabatan lurah yang
bukan asli Karame, apalagi sampai dipersoalkan agama yang dianutnya.
Semuanya
berjalan aman dan damai, tidak ada hembusan pro dan kontra atas amanah lurah
yang disandang Pak Joy. Sekali pun ada keributan, pemicunya hanya karena
persoalan kenakalan remaja di daerah Karame, seperti mabuk-mabukan atau
perkelahian.
Saya
rasa fenomena kenakalan remaja juga terjadi secara umum, tidak hanya di Karame
saja, namun hampir menyeluruh di daerah-daerah Indonesia juga ada kenakalan
remaja. Sebab itulah, masih menjadi pekerjaan rumah warga Karame, yang harus
segera diatasi bersama-sama.
Saya
meyakini, dalam hal sosok kepemimpinan, warga Karame sudah berpola pikir
rasional dan modern. Semuanya lebih mendasarkan pada elektabilitas dan
profesionalisme sang sosok pemimpin yang selalu mengikuti kata hati nurani
kepentingan publik. Mungkin di daerah lain pun ada juga yang serupa dengan
Karame ?
Kebetulan
juga saya berkenalan dengan pemuda setempat bernama Indra Bilondatu yang kini
berumur 25 tahun dan sebagai Ketua Remaja Masjid Magfirah Karame.
Kata
pria mahasiswa IAIN Manado ini, lurahnya bukan asli daerah Karame tapi warga
menerimanya. Lurah pun selama ini bekerja untuk
warga, selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang diinginkan warga Karame.
Satu
di antaranya mendukung kegiatan budaya keagamaan Islam Karame yang diberi nama
Parade Obor Isra Miraj. Kegiatan ini ungkap Indra, merupakan yang terbesar dan
pertama kali diselenggarakan di kampung Karame Jalan Ranoketang, Lingkungan IV,
Kecamatan Singkil Kota Manado.
Kala
itu peserta yang ikut terlibat adalah anak-anak dari pendidikan taman
kanak-kanak sampai sekolah dasar berjumlah sampai ratusan orang karena juga
melibatkan orang-orang di seluruh Kecamatan Singkil.
![]() |
Masyarakat Indonesia yang beragam hidup tentram dan damai di Kota Jakarta (photo by budi susilo) |
Sempat
bertemu Mariam, orang tua yang berbincang dengan saya mengungkapkan, kegiatan
yang digelar sangat bagus untuk hiburan yang merakyat. Bagi anak-anak, kegiatan
ini mendapatkan nilai positif, karena generasi muda akan mengingat perstiwa
sejarah Islam, Isra Miraj.
Senada
juga pendapat dari Pak Joy, Lurah Karame, acara ditujukan untuk menumbuhkan
semangat rasa persatuan warga, meski baru pertama kalinya digelar. Rencana
kedepan, ungkapnya, parade tidak hanya diikuti warga dari muslim, namun mereka
yang non muslim pun dapat memeriahkan, berjalan kaki melakukan Parade Obor.
Bahkan,
pria yang sudah menjadi lurah sejak 2010 ini bermimpi, akan menjadikan kegiatan
Parade Obor Isra Miraj sebagai seremonial tahunan, wisata budaya, dan sarana
pengikat bagi kerukunan antar umat beragama. ( )
[1] Kelurahan Karame memiliki luas 123 ribu kilometer dan masuk dalam
Kecamatan Singkil Kotamadya Manado Provinsi Sulawesi Utara (data 2011)
[2] Data di Kecamatan Singkil per Desember 2011 mengungkapkan untuk
kelurahan Karame penganut agama Islam yang terbesar mencapai 3296 orang,
Protestan 1200 orang, Katolik 63 orang dan Budha hanya 30 orang.
Komentar
Posting Komentar