MASIH PILIHAN NOMOR SATU

Masih Pilihan Nomor Satu 

MAU jadi ningrat, cobalah daftar menjadi pegawai pemerintahan. Mau jadi orang kaya, bekerjalah menjadi pejabat negara. Mau di hormati dalam status sosialnya, pilihlah profesi sebagai pegawai negara.

Hal-hal itu merupakan pola pikir umum yang sering muncul dalam kehidupan di masyarakat Indonesia. Pilihan menjadi pegawai negeri sipil adalah target cita-cita besar yang harus digapai. Lantas, apa benar demikian ? Tidak juga sih.

Para orang tua pun sering mengingatkan kepada generasi-generasi di bawahnya, agar kelak jika sudah dewasa atau nanti selesai berpendidikan tinggi, jadilah pegawai negeri sipil (PNS). 

Beberapa pekerja mau menekuni pekerjaan sebagai pembersih selokan di jalanan pusat ibukota Jakarta, Minggu (15/9/2013) / (photo by budi susilo)

Sebab, jika sudah berhasil menjadi PNS hidup akan teratur, terjamin, dan jelas karirnya. Hingga akhirnya pun, PNS bukan lagi dianggap sebagai kepanjangan dari Pegawai Negeri Sipil, tetapi PNS sudah berganti menjadi makna Pilihan Nomor Satu.

Berbeda dengan wiraswasta, polanya harus mau membanting tulang hingga remuk-remuk. Tentu saja cerita ini sangat berbeda dengan profesi PNS. Biasanya wiraswasta itu bergantung pada diri sendiri, jika malas, maka hasil yang diperoleh sungguh menyedihkan, sebaliknya bila sangat super rajin, maka akan mencerahkan, karena rajin itu pangkal kaya.

Fenomena menjadi PNS di Indonesia masih merajai. Banyak orang bela-bela berjubel, mengantri mengular untuk mengurus pembuatan surat kelakuan baik di kepolisian demi memenuhi persyaratan sebagai PNS Indonesia. 

Di Provinsi Lampung saja, menurut cerita kawan, hampir ada ratusan orang yang berbondong-bondong melamar menjadi PNS di pemerintahan daerah. Tentu saja, melihat ini bukan prihatin, apalagi sedih.

Sekedar membandingkan dengan negara Singapura juga negara Amerika Serikat, syarat sebagai negara maju di dunia, mayoritas warga negaranya tidak memilih PNS sebagai profesi yang paripurna. Mereka lebih memilih wiraswasta, bergelut dengan dunia ekonomi perdagangan, bukan pemerintahan.  

Tetapi jika melihat Indonesia, profesi PNS masih jadi idola warga. Meski demikian, patut disyukuri, sungguh membanggakan, pokoknya dahsyat banget, ternyata masih banyak yang berminat untuk menjadi jongosrakyat, sangat hebat. Semoga bila lolos dan menjadi PNS mampu bekerja secara jujur dan amanah yah.

Rekrutmen PNS kali ini membawa angin segar. Jika sebelumnya di era orde baru, mau lancar jadi PNS sebaiknya kasih ‘uang pelicin’ kepada oknum-oknum tertentu. 

Sekarang ini jaman sudah berubah, jika ada yang ganjal, apalagi pungutan liar bisa dilaporkan ke lembaga-lembaga negara pengawas rekrutmen PNS atau juga di infokan ke lembaga sosial masyarakat. 

Pasalnya di jaman orde reformasi birokrasi ini, hal-hal yang terkait korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) harus diperangi, berantas habis sampai ke akar-akarnya.

Jangan sampai, pemberantasan KKN sebatas lips service, indah di mulut. KKN berdampak pada kebangkrut negara dan melanggar hak asasi manusia. Reformasi birokrasi Indonesia wajib ditegakan, agar mampu membawa kebaikan bagi anak cucu di masa mendatang. 

Haruskah kobaran ‘api metamorfosis’ mati, padam begitu saja ditelan jaman yang penuh lilitan akar-akar materialistik. Kita nantikan saja, apa benar negara ini benar-benar bersih dari penyakit KKN dan kita lihat juga, sampai kapan profesi PNS itu dambaan bagi semua orang, sebagai pilihan nomor satu. Mari kita saksikan. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN