JAKARTA KOTA DIPLOMATIK ASEAN
Duh Ile Jakarta Kota Diplomatik
Ngaca Yah
Oleh: Budi Susilo
Ouh Jakarta, masih jaman saja sih, Kopaja berjalan miring dipenuhi
jubelan manusia. Sebentar lagi globalisasi Asia Tenggara loh. Banyak orang-orang luar negeri datang ke Indonesia.
Ih Jakarta, begitu-begitu saja yah, sudah tahun 2013 nih, Metromini masih rajin keluarkan
asap hitam dari lubang knalpotnya. Memangnya tak ganggu pengguna jalan lainnya yak.
Alamak, tahun 2015 mau mendekat nih, denyut pasar Asia Tenggara sudah
mau terbuka bebas, tapi kok, jalanan
di Jakarta masih macet disana-sini, padat semrawut. Mau berbisnis bukannya
untung, nanti malah buntung dong.
Belum
lagi parahnya, anggaran pembangunan jalan sudah tersedia, tetapi jalan juga
masih berdebu, masih berlubang-lubang. Akibatnya jadi terasa ‘asik’ kalau jalan-jalan
di Jakarta, sering bergoyang-goyang walau tanpa diiringi dendang irama lagu
populer.
Kesalnya,
jika masuk musim penghujan sepanjang hari tanpa henti, Jakarta berganti watak
bak amphibi. Dari yang tadinya gersang berdebu, oleh hujan deras 180 derajat
berubah menjadi basah kuyup, banjir menggenang bak kota air.
Untung
saja, genangan banjir Jakarta itu tak separah daerah yang dihuni oleh Kevin
Costner yang dijuluki Ichthyo Sapiens
dalam kisah film sains fiksi Water World
pada tahun 1995 lalu.
![]() |
Revitalisasi sungai Kemang tuk atasi banjir Jakarta, Rabu (4/9/2013)_budisusilo |
Memang
keunggulannya, Jakarta itu apa saja lengkap, serba ada bagai toserba. Mau yang
ini, sampai yang itu tersedia. Asal isi dompet tebal, kantong tak tipis dan
pesimis, kata Iwan Fals, semua mimpi-mimpi mu dapat terbeli.
Ada
uang disayang. Ada uang semua bisa diwujudkan, tanpa lagi pakai kata
sungkan-sungkan. Mau bukti ? Segera sambangi Jakarta dengan membawa segepok uang, dijamin secara pasti
disayang-sayang penuh sanjung, yang bisa membuat anda selalu tersanjung.
Itulah
wajah Jakarta. Masih banyak yang perlu dibenahi oleh Gubernur baru Jokowi dan
wakilnya Ahok. Janji-janji kala kampanye dulu diharapkan oleh rakyat Jakarta
untuk segera direalisir supaya ada perubahan secara signifikan ketimbang saat Gubernur berkumis dulu menjabat.
Pekerjaan
rumah Jakarta masih menggunung, dari persoalan tranportasi masal, urbanisasi ,
pemukiman penduduk, kesehatan dan pendidikan warga, kelestarian lingkungan,
tenaga kerja dan turunan lain-lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu disini.
Jakarta
penuh dinamika. Ibukota Republik Indonesia ini juga digadang-gadangkan sebagai
kota bertaraf internasional. Belakangan Jakarta dipromosikan sebagai Kota
Diplomatik bagi kawasan Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Pertanyaannya, apa iya bisa ?
Mengutip
dari situs kemlu.go.id, pria
kelahiran Bandung 22 Maret 1963, Marty Natalegawa di Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ke-21 ASEAN di Phnom Penh, Kamboja melakukan gerakan Jakarta harus
terpilih sebagai kota diplomatik.
Di
sela-sela konferensi berkelas internasional itu, Marty yang kapasitasnya
sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia menyerahkan Piagam Pengesahan (Instrument of Ratification) kepada
ASEAN.
Persetujuan
tersebut inti pokoknya Indonesia sebagai ketuanrumahan dan diberi keistimewaan
serta kekebalan kepada Sekretariat ASEAN (Host Country Agreement) kepada
Sekretaris Jenderal ASEAN.
Host Country Agreement dimaksudkan agar pemberian
fasilitas dan keistimewaan kepada Sekretariat ASEAN dan memastikan Sekretariat
ASEAN dapat beroperasi sebagai pusat Komunitas ASEAN dan Jakarta sebagai Ibu
Kota Diplomatik ASEAN.
Mengacu
pada Pasal 22 dalam perjanjian yang dilakukan Menteri Luar Negeri RI dengan
Sekretaris Jenderal ASEAN yang saat itu dijabat Dr. Surin Pitsuwan, bahwa Host Country Agreement resmi berlaku
ketika ‘palu diketuk’ yang menandai penyerahan Piagam Pengesahan oleh Indonesia
kepada Sekretariat ASEAN.
“Perjanjian
ini juga diharapakan dapat semakin mendukung tugas dan fungsi Sekretariat ASEAN
dan proses pembentukan Komunitas ASEAN 2015,” tutur suami dari Sranya
Bamrungphong ini kepada kemlu.go.id
Sebenarnya
tidak ada yang salah Jakarta dinobatkan sebagai kota diplomatik bagi ASEAN.
Melihat sejarahnya, Kota Jakarta telah terkenal dan merasa paling siap secara
tingkat keamanan dan infrastrukturnya.
Kota
Jakarta dikenal pusat bisnis di
Indonesia, bahkan dahulu jaman eranya penjajahan kolonial negara barat, pelabuhan Sunda Kelapanya dianggap yang paling tersibuk
di dunia bersama Gujarat dan Makassar Bugis.
Kota
Jakarta sudah populer dengan namanya sebagai pusat pemerintahan Republik
Indonesia. Semua gedung-gedung bertingkat kementrian berada di Jakarta. Istana
presiden dan wakil presiden juga berdomisili di Jakarta.
Sekarang
Kota Jakarta menjadi kota diplomatik ASEAN. Duh
ile, Kota Jakarta jadi kota diplomatik ASEAN, ngaca dulu dong. Ditengah
kemegahan Kota Jakarta, daerah kelahiran Benyamin Sueb ini sudah sumpek, padat semrawut, karut marut.
Memangnya
pilihan kota diplomatik tak ada yang lain ? Di daerah provinsi yang lain masih
ada yang menghampar lebar. Indonesia ini bukan Jakarta saja, kan. Indonesia ini
daeranya terbentang luas dari Aceh sampai Papua. Tetapi kenapa masih Jakarta
saja yang dipilih sebagai kota diplomatik ASEAN ?
Kenapa
misalnya tidak pilih Kota Manado Sulawesi Utara atau Kalimantan bagian utara.
Secara geografis, kedua daerah ini berdekatan sekali dengan tetangga
negara-negara Asia Tenggara. Cukup startegis, efisen dan potensinya masih banyak
yang ‘perawan’
Secara
kelengkapan infrastruktur Manado dan Kalimantan masih kalah jauh bila
dibandingkan dengan Jakarta. Tetapi setidaknya dicoba, harus berani melakukan
perubahan dalam pemerataan pembangunan di kawasan Indonesia. Dijamin pasti bisa
bila ada kemauan politik.
Bila
berkaca pada negara Kazakhstan, berani melakukan gebrakan pembangunan daerah
dan hasilnya sukses. Negara pecahan Uni Soviet ini mengubah daerah ‘perawan’ bernama
Astana sebagai pusat pemerintahan. Kenapa disebut daerah perawan ? Karena Kota
Astana dahulunya masih beratmosfir semak-semak rumput ilalang.
Sebelumnya,
negara yang dipimpin presiden Nursultan Nazarbayev ini pusat pemerintahan dan
pusat bisnisnya ada di daerah Almaty. Daerah ini memang dikenal padat seperti
Kota Jakarta di Indonesia.
Tetapi
berbekal kemauan politik dan rasa optimis dari para penyelenggara negaranya, sekarang Astana berpenampilan ciamik bak kota-kota metropolitan di belahan dunia
lainnya. Maju, kokoh, dan sungguh luar biasa.
Setidaknya
kota diplomatik ASEAN ditempatkan di daerah lain selain Jakarta yang sudah crowded. Jakarta sudah jadi pusat
bisnis, pemerintahan, pusat hiburan seni budaya, ketambahan lagi sebagai pusat
diplomatik ASEAN, apa tidak pusing tujung keliling si Jokowi dan Ahok.
Dua
tahun lagi akan menghadapi masyarakat komunitas ASEAN. Dua tahun dimulai dari
tahun 2013, bukanlah waktu yang lama lagi. Dua tahun itu, bak mata dua kali
kedip sudah berada di tahun 2015.
Bagaimana
dengan kondisi Jakarta yang masih macet jalanannya, banjir dan becek jika musim
hujan, transportasi masalnya yang belum memadai, apakah siap Jakarta dapat
ketambahan status kota diplomatik ASEAN.
![]() |
Komunitas satu ASEAN akan dimulai 31 Desember 2015_istimewa |
Sebagai
warga negara Indonesia, mendukung penuh atas dipercayakannya Indonesia sebagai
‘markas besar’ masyarakat organisasi internasional ASEAN dan rumah diplomatik bagi
Asia Tenggara. Sangat bangga dan terharu atas kepercayaan yang diberikan
masyarakat Asia Tenggara kepada ibu pertiwi Indonesia.
Namun
melihat fenomena itu, tak ingin kebanggan itu berubah menjadi ‘bumerang’ yang memilukan bagi rakyat Indonesia.
Dan jangan sampai nanti ketika garis start
31 Desember 2015, Kota Jakarta masih berwajah seperti jaman foke dahulu yang lebih banyak mengeluarkan kalimat bijak “serahkan
pada ahlinya.”
Kota diplomatik itu kota bertaraf internasional. Warga negara dari 10 negara Asia
Tenggara juga ketambahan dari Cina, Korea Selatan, Amerika Serikat akan sering
datang ke negeri si Pitung, Jakarta ini.
Inginnya,
sebagai warga negara Indonesia, tamu-tamu dari luar negeri tersebut tidak
mengeluh, kapok datang ke Jakarta.
Cari tranportasi yang nyaman dan aman sulit. Mau jalan-jalan keluar, apesnya kena knalpot asap hitam
kendaraan. Mau belanja ke pasar murah meriah kena copet dan jambret.
Aduh, jikalau nanti tahun 2015 Kota
Jakarta masih sangar seperti ini,
tidak tertutup kemungkinan wajah Indonesia akan tercoreng di mata masyarakat
internasional. Qua Vadis komunitas ASEAN 2015 nanti ?
Sebagai
warga negara Indonesia, tentu timbul rasa malu jika kondisinya masih itu, itu
saja. Ingin rasanya mengubah kewarganegaraan lain seperti ke Singapura atau
Australia yang lebih maju tata kotanya.
Dan
sebagai warga negara Indonesia, tentu saja berdoa agar hal-hal demikian dapat
musnah dari jagad nusantara ini. Jalan bijaknya, tanamkan dalam hati dan
pikiran, bahwa tetap yakin dan komitmen untuk kerja nyata, pasti Indonesia bisa
berbenah ke arah yang lebih baik.
Hal
ini tentunya dapat dilakukan bukan saja dimulai dari perubahan jati diri
seorang presiden, menteri, gubernur dan bupati saja, tetapi harus dari semua
elemen masyarakat Indonesia, termasuk saya sebagai penulis blog untuk bertekad
mengubah diri menjadi pribadi yang beradab nan budi luhur, guna menuju
Indonesia yang jaya dan mendunia. ( )
Komentar
Posting Komentar