HAIK DAN BABEKO NUSA TENGGARA TIMUR
Pohon Lontar Mengilhami Kulinernya
SELAIN
ragam masakannya, Nusa Tenggara Timur juga memiliki aneka cara sajian
kulinernya. Kebudayannya lebih bercorak pada alam sekitarnya. Misalkan,
alat-alat sajian kulinernya diadopsi dari alam lingkungannya.
Saat
saya berkunjung ke pameran alat saji nasional di Balai Sidang Jakarta Senayan, Minggu
(22/9/2013), berjumpa dengan seorang perempuan kelahiran Flores. Nama perempuan
ini adalah Stefani Kopong.
Ia
diberitanggungjawab untuk menjaga stand alat saji dari provinsi Nusa Tenggara
Timur. Kesempatan ini, saya pun berbincang-bincang dengannya, berbicara
mengenai topik alat saji kuliner.
Konsep alat-alat saji kuliner daerah Nusa Tenggara Timur (photo by budi susilo) |
Alat
yang ia perkenalkan pertama adalah Haik.
Alat ini bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur sebagai wadah untuk tempat minum.
Biasanya, Haik ini bagi masyarakat setempat ibarat gelas.
Namun
Haik dibuat bukan dari kaca tetapi dari daun lontar. Daun dirancang membentuk
menyerupai cekungan dengan dilengkapi pegangan tangan yang memanjang pada
bagian tengah cekungan.
Dijaman
dahulu, Haik sering dijadikan wadah untuk air saboak, sejenis minuman manis yang berasal dari buah lontar. Ciri
khas minuman ini berwarna putih, layaknya air kelapa muda.
Untuk
jaman sekarang ini, kata Stefani, minuman saboak
dijadikan simbol persahabatan bagi tamu-tamu dari luar yang baru datang ke
Nusa Tenggara Timur. Menyambut tamu dengan suguhan air saboak.
Berikutnya
yang diperkenalkan Stefani ialah babeko. Bahan
bakunya serupa dengan haik, namun yang membedakan itu adalah bentuk dan
fungsinya. Babeko ini menyerupai dompet, yang berfungsi untuk menyimpan
barang-barang yang bermuatan kecil.
Babeko
berbentuk segitiga dengan konsep anyaman. Babeko tidak bisa difungsikan untuk
menampung air karena anyamannya bercelah. Bagi warga setempat, ungkap Stefani, babeko itu gunanya sebagai tempat sirih.
Mengingat
warga disana sangat suka melakukan aktivitas menyirih[1].
Tidak memandang batasan umur dan jenis
kelamin, dari anak-anak sampai orang tua suka menghisi hari dengan menyirih.
Apalagi
tambah Stefani, sejak kecil, anak-anak disana diajarkan oleh para orang tuanya
untuk menyirih. Alasan menyirih agar gigi tumbuh baik dan memiliki kekuatan.
Selain
itu juga ada batok kelapa yang difungsikan untuk makanan sayur sup. Sebab
piring yang digunakan warga Nusa Tenggara Timur dahulu kala terbuat dari
anyaman daun lontar, tidak bisa menampung makanan yang berkuah.
Piring
lontar berbentuk bundar menyerupai piring tetapi untuk jaman sekarang ini,
beber Stefani, piring anyaman tersebut hanya untuk sebagai pelengkap tatakan
piring yang berbahan kaca atau keramik. Dilihat jadi indah, lebih artisitik,
mungkin anda yang melihat akan tertarik ingin memilikinya. ( )
Haik difungsikan sebagai wadah air minum (photo by budi susilo) |
[1] Sirih merupakan
tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon
lain. Sebagai budaya daun dan buah sirih biasa dimakan.
Komentar
Posting Komentar