KITA #Pray4egypt

Kita #Pray4egypt
Oleh: Budi Susilo

Nian menyedihkan, Mesir yang merupakan negara pertama di dunia mengakui kedaulatan Indonesia pada 17 Agustus 1945, kini sedang bergejolak. Situasi politiknya sedang galau dan muram, tak heran, gejala ini pun membuat sebagian besar orang mumet, tujuh keliling.

Bagi yang sedang di Indonesia, lihat saja berita-berita di layar kaca, juga media cetak dan elektronik radio serta online, rakyat Negeri Ratu Cleopatra ini murung, karena situasi politik yang bergesekan secara seram, hampir-hampir yang mengikuti perkembangan info ini bisa dibuat murca atau pingsan tak sadarkan diri.

Mungkin saking ekstrimnya, ada puluhan korban jiwa manusia tewas akibat ikut demonstrasi, bentrokan ‘berdarah’ di jalanan antara kubu pendukung dan anti Mursi. Padahal mereka ini satu saudara, sebangsa, setanah air rakyat Mesir.

Untung saja, konflik internal rakyat Mesir tersebut tak berujung pada pengrusakan aset-aset peninggalan peradaban kuno termegah di dunia, seperti Piramid Giza, Kuil Karnak dan Kuil Ramses. Jika memang terjadi, sungguh tercela, tak mau mestarikan sejarah. Ingat, Soekarno pernah peringatkan, bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai sejarahnya. 

Bentrokan yang  menampilkan fakta drama tumpah darah rakyat Mesir itu merupakan duka mendalam bagi rakyat Mesir sendiri dan masyarakat internasional, termasuk beberapa rakyat di Republik Indonesia tercinta.

Adu otot, saling unjuk gigi antara kubu militer dan rakyat sipil dalam soal kepemimpinan negara, jadi pemandangan duka hari-hari Mesir. 

Kontan atas peristiwa ini, Susilo Bambang Yudhoyonno Presiden Republik Indonesia mengimbau rakyat Indonesia yang ada di Mesir harus menghindari konflik tersebut. Jangan melibatkan diri dalam dinamika politik Mesir.

 Krisis Politik di Mesir_Kompas Lucky Pransiska 
Kali ini juga, di Kota Tangerang, Senin (29/7/2013), aku berharap, bahwa fasis (militerisitk) yang baik adalah fasis yang mati. Jangan ada lagi pembunuhan-pembunuhan. Apalagi bunuh-membunuh sesama saudara sebangsa dan setanah air Republik Mesir.

Jangan bunuh-membunuh. Meminjam pendapat Jhon Stuart Mill (1966), penekanan dialog publik itu lebih penting dalam berdemokrasi ! Selesaikan persoalan kemasyarakatan bernegara melalui musyawarah damai, seperti apa yang pernah dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW di Madinah dahulu.

Kalau meminjam bahasa KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur, bahwa “demokrasi itu bukan hanya tak haram, tapi wajib dalam Islam. Menegakan demokrasi itu salah satu prinsip Islam yakni syuro.”

Jangan bunuh-membunuh. Menukil dari Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, “Allah tidak menolong negara zhalim, meskipun negara Islam.” Apalagi kata Islam pun bagian serapan dari kata yang bermakna “damai.”

Jangan bunuh-membunuh. Karena filosof muslim Ibnu Khaldun mengajarkan, hidup bernegara itu bukan untuk ajang pertentangan antara berbagai kelompok manusia.

Mari jangan lagi bunuh-membunuh. Ibnu Khaldun menjelaskan lagi bahwa tujuan bernegara untuk kerjasama dan tolong-menolong bagi kepentingan bersama. Aneh juga, kenapa di antara rakyat Mesir masih ada konkuren yang saling lebur hancur seperti itu.

Jangan bunuh-membunuh. Bagi aku, biasanya pembunuhan itu hal yang paling disukai oleh golongan orang-orang yang berselera pada tindakan fitnah ! Karena itu, sekali lagi janganlah bunuh-membunuh.

Mari pancarkan korenah yang memberikan rasa damai bagi semesta alam. Sebab jauh-jauh hari kiai Ahmad Dahlan, pendiri ormas Muhammadiyah menegaskan, bahwa “menghargakan kebaikan dalam hidup.”

Jangan bunuh-membunuh. Secercah hari ini dan masa depan masih ada. Yakni hal ini, dahulu Tan Malaka di Naar de Republiek (1925) menulis, “Trotsky menegaskan bahwa masa damai itu mungkin ada.”

Yang terpenting lagi, ingat jangan bunuh-membunuh. “Jika imperialisme tak ada lagi, perang imperialis pun tak akan ada.” Demikian kata Tan Malaka lagi, di karyanya berjudul Naar de Republiek. Semoga damai selalu bagi Mesir Timur Tengah. Amin ya robal alamin. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN