PENDIDIKAN INDONESIA KINI

Pendidikan Indonesia Kini
Oleh: Budi Susilo

SUDAH dikenal di penjuru nusantara, Ki Hajar Dewantara itu bapak pendidikan Indonesia di masa abad pertengahan 19, saat era penjajahan kolonial Belanda. 

Pondasi nilai perjuangan pahlawan nasional ini, ada pada bidang pendidikan yang diimplementasikan dalam sebuah sekolah formal bernama taman siswa. 

Ia menanamkan bibit-bibit nasionalisme bangsa Indonesia di ladang negara, agar mencapai cita-cita merdeka dan berdaulat, dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa. 

Baginya, pendidikan itu terpenting bagi masyarakat seluruh Indonesia. Pembangunan bangsa lebih beradab dan maju terdepan, ada di pundak sebuah keberhasilan penerapan dan ketulusan dalam pengajaran pendidikan. 

Ironinya, pendidikan formal di Indonesia sekarang, bagi sebagian orang tertentu, seolah bagai ladang uang kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang menggunung. 

Mencari pendidikan formal yang murah meriah dan berkualitas, bila meminjam judul lagu dari Iwan Falls hanya sebatas mimpi yang tidak terbeli. 

Soalnya gejala fenomena globalisasi ini, pendidikan sudah berganti wajah menjadi industri yang mengejar keuntungan kapital. 

Ada uang, ada barang dan jasa. Siapa yang berani bayar banyak, kualitas barangnya peroleh jaminan teratas. Inilah perumpamaan pepatah dalam industri pendidikan kapital liberal. 

Bagi mereka yang berada dalam ekonomi papan atas, tidaklah bermasalah. Lalu bagaimana masyarakat yang ada di pusaran kemiskinan perekonomian, mampukah menikmati gurihnya pendidikan berkualitas ?

Katanya, negara menjamin dalam penyediaan pendidikan berkualitas bagi rakyatnya, tetapi hanyalah kata-kata yang indah di atas kertas. 

Indonesia di tahun 2013 ini memiliki 34 provinsi. Tiap-tiap daerah memiliki perbedaan kualitas pendidikan. Daerah terpencil misalnya, ada bangunan sekolah tak layak, banyak yang rusak. 

Menuju ke sekolah pun, harus ada yang bersusah-payah berjalan kaki berkilo-kilo, atau juga melewati kali dengan hati-hati karena tanpa dilengkapi jembatan yang memadai. 

Belum lagi mengenai Ujian Nasional, managemen carut-marut, jadwal pelaksanaan tidak tepat waktu, cetakan soal ujian berantakan, banyak pelajar yang dikecewakan. 

Apa yang salah dari pendidikan Indonesia, apa karena menteri pendidikan ? Atau karena guru-guru dan dosen serta presiden ? 

Tidaklah penting mencari siapa yang salah. Inti dari semuanya adalah rakyat mengharap, ada rajutan pendidikan Indonesia yang berkarakter, mengedepankan peradaban dan menajamkan kecerdasan dan moralitas yang paripurna. 

Inilah pekerjaan rumah bangsa Indonesia yang belum tertuntaskan. Ke depan harus ada perbaikan, agar di kala momen hari pendidikan nasional di tahun mendatang ada yang bisa dibanggakan ! ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA