MONUMEN WOLTER-PIERRE MANADO
Mengingat
Sejarah Perjuangan Bangsa
Fajar terbit
menerangi Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu 4 Mei 2013. Sinarnya itu
membelakangi taman monumen dua pahlawan Indonesia dari daerah Sulawesi Utara.
Maklum saja,
monumen yang berdekatan dengan pesisir pantai ini menghadap ke arah barat, kala
pagi mentari bersinar dari timur hanya membelakangi monumen.
Monumen Wolter dan Pierre di Kota Manado, Sabtu 4 Mei 2013 pagi. (photo by Jongfajar Kelana) |
Keberadaan
monumen ini berada di paling sudut pertigaan jalan. Monumen ini seolah menjadi
penanda masuknya ke kawasan bisnis on
bisnis Boulevard Kota Manado yang menyuguhkan banyak bangunan pusat-pusat
perbelanjaan dan perkantoran swasta.
Posisi taman
monumen ini menghadap ke daerah Malalayang yang berdekatan dengan Tugu Boboca
merah jambu yang bentuknya menyerupai gurita laut. Di tempat inilah jadi garis
batas yang berdekatan dengan perbatasan dua wilayah antara Kota Manado dan
Kabupaten Minahasa.
Monumen dua
pahlawan nasional itu sering disebut oleh warga setempat taman patung Wolter
Monginsidi. Monumen diresmikan pada 26
September 1986 oleh Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang
saat itu masih dijabat oleh Try Sutrisno.
Dari arah
depan monumen, terlihat patung Robert Wolter Monginsidi berdiri tegap di sisi
kanan. Sedangkan yang satunya lagi, disebut pahlawan revolusi bernama Pierre
Tendean Kapt CZI Anumerta kokoh berdiri di sisi kiri.
Kedua tokoh
ini merupakan pejuang Indonesia asal Minahasa, Sulawesi Utara yang
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dari kaum-kaum penjajah negara
kolonial dan memperjuangkan kedaulatan negara berbangsa Pancasila.
Robert
Wolter Monginsidi hidup dari tahun 1925 hingga di tahun 1949 tutup usia. Pria kelahiran
Malalayang Kota Manado ini dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh
Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973.
Sementara, pahlawan
revolusi Pierre Tendean Kapt CZI Anumerta lahir pada tahun 1939 dan meninggal
dunia di Jakarta tahun 1965. Pierre keturunan campuran Minahasa dan Perancis yang juga seorang korban peristiwa
Gerakan 30 September.
Di monumen
ini kita bisa duduk bersantai, menikmati beberapa pemandangan pohon-pohon hijau
dan lautan Bahu. Kita bisa bebas masuk tanpa dipungut biaya. Meski bebas, namun
harus sopan, menjaga kebersihan dan tidak merusak taman. ( )
Patung Pierre Tendean di Kota Manado. (photo by Jongfajar Kelana) |
Patung dioarama masa revolusi Indonesia (photo by Jongfajar Kelana) |
Patung Wolter Monginsidi di Kota Manado (photo by Jongfajar Kelana) |
Diorama ketika perang kemerdekaan Republik Indonesia (photo by Jongfajar Kelana) |
Komentar
Posting Komentar