BANGKIT
Bangkit
Oleh: Budi Susilo
Kebangkitan, memiliki kata dasar bangkit. Biasanya
kata kebangkitan sering didengung-dengungkan setiap setahun sekali oleh bangsa
Indonesia. Kebangkitan, hal yang mudah untuk diucapkan, namun kadang hampa pelaksanaannya.
Pertanyaannya,
kebangkitan itu kebangkitan apa ? bangkit dari kubur atau bangkit dari tidur. Tidaklah
mengerti kebangkitan apa yang dimaksud. Katanya kebangkitan nasional yang dilakukan
setiap penanggalan 20 Mei.
Rupanya
lebih cocok bangkit dari kasur, bangun pagi, gosok gigi, lalu mandi sarapan
pagi, lanjut pergi mencari sesuap nasi. Ini kebangkitan yang rutin dilakukan setiap hari oleh rakyat Indonesia.
Tidak ada
yang lebih, harus memilih bangkit layaknya pahlawan super hero yang membasmi
penjahat-penjahat dan musuh monster kejam dalam cerita dongeng anak-anak.
Bilangnya
kebangkitan, tapi kebangkitan yang mana ? apa bangkit untuk korupsi ? bangkit
untuk puaskan nafsu birahi ? atau bangkit mengejar kursi kekuasaan untuk
mengejar meteri dunia fana.
Jangan
sampai kebangkitan yang ke arah negatif. Malu jika bangsa ini bangkit pada
ukuran yang tak bernilai manfaat. Malu andai anak bangsa ini hanya mampu
bangkit untuk berkorupsi, puaskan nafsu birahi dan kursi jabatan.
Malu kepada
siapa ? tentu saja malu kepada pahlawan-pahlawan bangsa yang telah mendahului
kita semua, seperti Ki Hajar Dewantara, Haji Samanhudi, Tjipto Mangunkusumo dan
Douwes Dekker.
Kalau di
Sulawesi Utara, ada Sam Ratulangi, Walanda Maramis dan Wolter Monginsidi. Juga
kalau di Gorontalo ada Nani Wartabone, pejuang patriot republik Indonesia.
Angka 20
bukan bilangan keramat, yang menjadi momen untuk bangkit secara nasional.
Bangkit itu harus dilakukan setiap hari, tidak pada hari-hari tertentu.
Gambaran ini
di contohkan oleh mereka para manusia yang berprofesi sebagai guru dan dosen
setiap hari harus mewarnai hidup dengan aura kebangkitan penuh semangat dan
optimis akan nilai-nilai kebaikan.
Jika tidak
dilakukan tentu saja proses transfer ilmu pendidikan ke mahasiswanya akan gagal
total, yang ada yang menghasilkan generasi bangsa yang pesimis tanpa ada gebrakan
inovasi.
Mereka yang
putus harapan, belum dapat pekerjaan, tetap bangkit, sebab masa depan masih
berpeluang cerah. Mereka yang hilang semangat, karena merasa tak selamat dalam
perjalanan hidup, harus tetap pada koridor spirit bangkit. Inilah cerminan dari pesan
yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan dahulu kita. ( )
Komentar
Posting Komentar