BANGKIT

Bangkit
Oleh: Budi Susilo

Kebangkitan, memiliki kata dasar bangkit. Biasanya kata kebangkitan sering didengung-dengungkan setiap setahun sekali oleh bangsa Indonesia. Kebangkitan, hal yang mudah untuk diucapkan, namun kadang hampa pelaksanaannya.  

Pertanyaannya, kebangkitan itu kebangkitan apa ? bangkit dari kubur atau bangkit dari tidur. Tidaklah mengerti kebangkitan apa yang dimaksud. Katanya kebangkitan nasional yang dilakukan setiap penanggalan 20 Mei. 

Rupanya lebih cocok bangkit dari kasur, bangun pagi, gosok gigi, lalu mandi sarapan pagi, lanjut pergi mencari sesuap nasi. Ini kebangkitan yang rutin dilakukan setiap hari oleh rakyat Indonesia. 

Pengendara sepeda motor berjaket merah melaju dengan melesat di jalan yang basah dan berliku-liku di Desa Kaidundu Barat Kecamatan Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, pada Sabtu (27/4/2013) pagi. (photo by budi susilo)

Tidak ada yang lebih, harus memilih bangkit layaknya pahlawan super hero yang membasmi penjahat-penjahat dan musuh monster kejam dalam cerita dongeng anak-anak.

Bilangnya kebangkitan, tapi kebangkitan yang mana ? apa bangkit untuk korupsi ? bangkit untuk puaskan nafsu birahi ? atau bangkit mengejar kursi kekuasaan untuk mengejar meteri dunia fana.

Jangan sampai kebangkitan yang ke arah negatif. Malu jika bangsa ini bangkit pada ukuran yang tak bernilai manfaat. Malu andai anak bangsa ini hanya mampu bangkit untuk berkorupsi, puaskan nafsu birahi dan kursi jabatan.

Malu kepada siapa ? tentu saja malu kepada pahlawan-pahlawan bangsa yang telah mendahului kita semua, seperti Ki Hajar Dewantara, Haji Samanhudi, Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. 

Kalau di Sulawesi Utara, ada Sam Ratulangi, Walanda Maramis dan Wolter Monginsidi. Juga kalau di Gorontalo ada Nani Wartabone, pejuang patriot republik Indonesia.

Angka 20 bukan bilangan keramat, yang menjadi momen untuk bangkit secara nasional. Bangkit itu harus dilakukan setiap hari, tidak pada hari-hari tertentu. 

Gambaran ini di contohkan oleh mereka para manusia yang berprofesi sebagai guru dan dosen setiap hari harus mewarnai hidup dengan aura kebangkitan penuh semangat dan optimis akan nilai-nilai kebaikan. 

Jika tidak dilakukan tentu saja proses transfer ilmu pendidikan ke mahasiswanya akan gagal total, yang ada yang menghasilkan generasi bangsa yang pesimis tanpa ada gebrakan inovasi.

Mereka yang putus harapan, belum dapat pekerjaan, tetap bangkit, sebab masa depan masih berpeluang cerah. Mereka yang hilang semangat, karena merasa tak selamat dalam perjalanan hidup, harus tetap pada koridor spirit bangkit. Inilah cerminan dari pesan yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan dahulu kita. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN