SERPIHAN KUNO GORONTALO 4

Jembatan Polohungo Ala Belanda

Adu satu hal menarik saat mengunjungi Desa Polohungo pada Minggu 14 April 2013 pagi. Perkampungan ini sungguh bersejarah, menyimpan saksi perjalanan republik ini di jaman perang dunia dahulu kala. 

Desa yang terletak di Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo ini memiliki warisan infrastruktur jembatan era kolonial Belanda. Beginilah menurut warga asli setempat, jembatan diciptakan saat Belanda bercokol di Bumi Hulandalo Gorontalo.

Jembatan yang terbuat dari kayu di jaman Belanda pada Minggu 14 April 2013. (Jongfajar Kelana)

Jembatan tersebut terbuat dari kayu-kayu yang berkualitas, tahan lama umurnya, masih bertahan kuat hingga jaman sekarang. Kondisi kayu pada jembatan tidak rusak, apalagi sampai di gerogoti hewan rayap.

Hanya saja, kondisi jembatan buatan pemerintahan kolonial Belanda itu berdebu, seolah tidak terawat karena jembatan ini tidak berfungsi sebagai alat penyebarangan.

Keberadaan jembatan coklat itu telah tersaingi oleh jembatan yang telah dibuat oleh pemerintah Republik Indonesia, yang posisinya persis disampingnya. Seolah jembatan karya Belanda tersebut dipensiunkan, karena mungkin sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkini.

Lorong jembatan peninggalan Belanda pada Minggu 14 April 2013. (Jongfajar Kelana)

Berbeda dengan buatan pemerintah Republik Indonesia, jembatan Belanda ruangnya sempit, hanya mampu dilewati satu kendaraan roda empat. 

Lapisan jembatan semuanya terbuat dari kayu, termasuk pagar jembatan pun mengambil dari bahan-bahan kayu juga. Hanya saja, untuk pondasi jembatan terbuat dari bebatuan beton semen. 

Sebagai pelengkap keindahan, jembatan Belanda dihiasi oleh atap menyerupai rumah-rumah. Atap jembatan itu terbuat dari lempengan seng yang bergelombang. 

Jembatan ala Belanda di Desa Polohungo pada Minggu 14 April 2013. (Jongfajar Kelana)

Jadi bila ada mobil seperti truk, melintas dengan membawa barang bawaan banyak dan menumpuk, tentu tidak bisa melewati, sebab terhalang oleh atap seng jembatan.

Untung saja, pemerintah Republik Indonesia telah menggantinya dengan jembatan baru yang lebih memadai. Muatan jembatan lebih luas, dapat dilewati dua kendaraan roda empat. Daya kekuatannya pun sangat baik, karena jembatan dibuat dari aspal dengan pondasi beton dan baja.

Jembatan jaman Belanda tetap dilestarikan keberadaannya pada Minggu 14 April 2013. (Jongfajar Kelana)

Mari kita sama-sama lestarikan jembatan produksi Belanda itu agar terus menjadi warisan, saksi sejarah daerah Boalemo Gorontalo dalam sepanjang masa Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Dan tentu harapannya menjadi hikmah, pelajaran penting dan bermanfaat bagi anak cucu kita nanti, sebab ada kalimat bijak yang dilontarkan presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, bahwa jangan sekali-sekali melupakan sejarah !. ( )
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN