MASJID AR RAHIM GORONTALO
Desa Bilato
Kabupaten Gorontalo
Hampir Tiga Tahun Tak Bernama
Kumandang
azan sholat jumat menggema di Desa Bilota. Suara panggilan ibadah sholat itu,
membuat seluruh warga muslim di Desa Bilota termasuk aku, bergegas pergi ke
masjid untuk tunaikan sholat Jumat berjamaah.
Usai
mengambil air wudhu, aku pun memasuki ruangan masjid. Seketika masuk masjid,
rasa yang didapat begitu nyaman. Walau cuaca di luar sana panas oleh terik
matahari, tetapi saat masuk ke dalam masjid, suasana berubah menjadi teduh.
Masjid Ar Rahim Desa Bilato Kabupaten Gorontalo dari tampak depan_budisusilo |
Masjid yang berada
di alamat lengkap Desa Bilota Kecamatan Bilota Kabupaten Gorontalo ini
menampilkan kutbah Jumat mengenai prasangka buruk. Kesempatan kutbah ini
disampaikan oleh Hendrik Joana, Jumat (19/4/2013).
Tema kutbah
yang diangkat sungguh berisi. Bermanfaat bagi kerukunan masyarakat. Pasalnya,
sang pengkutbah mengingatkan, agar setiap muslim menghindari sikap prasangka
karena dapat menimbulkan bencana dan dosa.
“Prasangka
yang belum tentu benar faktanya dapat menimbulkan adu domba, yang bisa memecah
belah warga,” tegas Hendrik saat menyampaikan kutbahnya.
Menurutnya,
kehadiran Islam di tengah masyarakat untuk menciptakan nilai-nilai perdamaian
yang abadi. Hilangkan prasangka buruk terhadap seseorang. Prasangka-prasangka
menimbulkan rasa ketidakjujuran yang akan memberi efek negatif. “Mari kita
taati aturan Quran dan Hadis nabi,” imbuh Hendrik.
Itulah tema
besar di mesjid Desa Bilato yang saat itu dihadiri cukup banyak kaum muslim. Keberadaan
masjid di Desa Bilota memberi warna tersendiri bagi kehidupan religi dan
harmoni warga setempat. Fungsi masjid seolah memupuki kehidupan bersama dan beragama.
Di desa ini,
ada sebuah bangunan masjid telah berdiri sejak tahun 1974 dengan model dan
ukuran yang sederhana. Fisik bangunan masjid di tahun ini belum ada
namanya. Lahir ke desa tanpa nama.
Pemberian
nama masjid saat masuk di penghujung tahun 1977, diberi nama Masjid Ar- Rahim.
Ini diungkapkan, Ketua Takmirul Masjid Ar-Rahim, Yanis Wontolu (62), usai
sholat Jumat.
“Dulu
awalnya masjid belum ada nama. Tapi sudah jadi tempat ibadah dan pertemuan kaum
muslim disini,” ujarnya.
Ketika desa
di pimpin Abdul kadir Taliki, masjid pun diberi nama. Ini juga atas anjuran
dari Bupati saat itu. Dan akhirnya masjid disebut dengan Ar-Rahim. “Sampai
sekarang masjid namanya Ar-Rahim,” kata Yanis.
Mengikuti
dinamika kehidupan Desa Bilato, masjid pun sinergi dengan kebutuhan banyak
warga. Luasan masjid diperluas dan diperbagus sisi tampilan fisiknya.
Renovasi
total terjadi tahun 1980. Masjid kata Yanis, diperluas dari ukuran 8x8 menjadi
13x13, yang mampu menampung jamaah lebih banyak. “Dulunya disini pekarangan
masjid. Sekarang pekarangan sudah masuk interior masjid. Diperluas sesuai
jumlah penduduk yang semakin bertambah,” ungkapnya.
Posisi
Masjid Ar Rahim Desa Bilato berada di tempat strategis. Berada di pinggir jalan
utama desa yang bernama Jalan Raja Pelehu. Dilihat dari model bangunan,
mengadopsi masjid-masjid yang ada di tanah jawa, bermodel joglo.
Penasaran
seperti apa masjid tersebut, sambangi saja di alamat Desa Bilato Kecamatan
Bilato. Dari perbatasan antara Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo, dapat
ditempuh jaraknya sekitar 30 menit melalui jalan darat yang berkelok-kelok. ( )
Masjid Ar Rahim masih dalam proses penyempurnaan pembangunan, Jumat (19/4/2013)_budisusilo |
Jamaah Masjid Ar Rahim Bilotu mendengarkan kutbah jumat secara khusuk, Jumat (19/4/2013)_budisusilo |
Suasana interior Masjid Ar Rahim yang memancarkan warna putih dan hijau, Jumat (19/4/2013)_budisusilo |
Anak-anak Desa Bilotu berada dalam Masjid Ar Rahim, Jumat (19/4/2013)_budisusilo |
Foto bersama warga Desa Bilotu di Masjid Ar Rahim Gorontalo, Jumat (19/4/2013)_mujionopohi |
Komentar
Posting Komentar