API DAN AIR

Api & Air
Oleh: Budi Susilo

Sebut saja di pekampungan nelayan pesisir Pantai Leato, Kota Gorontalo, siang itu warganya gempar diselimuti rasa panik yang memuncak. Peristiwa ini pun dilengkapi raungan sedih warga setempat, sesekali ada juga warga yang tetap rileks dalam menghadapinya. “Kebakaran, kebakaran, kebakaran !!!,” teriak warga kala itu, secara serentak.  

Si jago merah melahap sebuah rumah berdindingkan tembok batako dan beratapkan genting berbahan baku tanah merah. Namun, jangan anggap remeh, sumber api kuat, tidak mau kalah kekuatannya. Kayu, tembok beton, plastik, karet, besi, oleh si api tidak bisa kompromi, dihancurkannya, membabat habis semua.  

Si api bertubuh besar, menari-nari bebas tak hirau api memporak-porandakan seisi rumah.  Tak mau kalah dengan sang smoker, si jago merah pun mengepulkan banyak asap, bahkan menghitam pekat hingga membumbung tinggi melewati atap rumah, mencoba menembus langit biru siang itu.

Meski hanya satu rumah, namun warga lainnya pun tetap pasang kuda-kuda. Kuatir akan menyambar ke rumah yang lain, maka para tetangga rumah yang terbakar secara sukarela berusaha memadamkan ganasnya api tersebut. “Siram, siram. Ambil air pantai pakai ember, di oper secara estafet !,” usul satu di antara warga. 

Tak berselang lama, berkat senjata air dan daya usaha warga tersebut, api dapat dijinakan. Walau si jago merah sudah kelewat batas, meludes satu rumah, namun warga sekitar, termasuk pemilik rumahnya telah pasrah, menerima atas bencana yang tak diundangnya itu. 
 
Air danau Rawa Pening di Jawa Tengah menjadi sumber kehidupan warga_robertusbawasungkawa
Melihat peritiwa itu, pelajaran yang dapat dipetik antara unsur api  dan air, bisa menjadi benang merah dalam filsofi kehidupan kaum insani. Api yang diibaratkan sebagai simbol emosi membabi buta, sebuah kemarahan, rasa pongah, dan keserakahan, ternyata dapat dikalahkan oleh air, yang memiliki makna damai, senyum tentram, dan sentosa.

Bagaimana jadinya bila seorang yang seperti api, lalu mesti dihadapinya dengan api juga ?. Apa kata dunia ?. Bumi beserta alam semesta lainnya, mungkin akan terguncang. Api dilawan dengan api, apa yang akan terjadi ?, tentu saja, api itu akan semakin membesar, kiamat bom atom perang dunia kedua kembali terulang.

Marilah kita menjadi air di planet bumi ini, sekeras mungkin mampu menjadi tokoh baik-baik, berhasil memainkan peran drama di dunia ini sebagai air. Bertemu sapa, bertatap muka, juga berhadapan dengan api, solusinya ialah menjadi pribadi air.  Bila tidak bisa, tentu saja resikonya akan timbul perang berwajah garang, homo homini lupus, kehancuran saling menyingkirkan tak akan terhindarkan. 

Jadilah petarung, layaknya kesatria samurai yang tanpa dipersenjatai samurai. Melawan tanpa melakukan penyerangan. Menebas lawan memakai samurai air, dalam sesingkat mungkin pasti akan seperti riwayat Mike Tyson, selalu memenangi di tiap pertandingannya, kala ia dikenal sebagai si leher beton. 

Air itu sumber kehidupan, pembawa keberkahan. Pecahkan segala persoalan kehidupan dengan modal watak seperti air yang jernih, tentram, damai, sejuk sentosa. Lalu bila tidak mau jadi air ? terserah itu adalah pilihan, asal harus mau menerima resiko seperti apa yang dikatakan oleh teori Charles Darwin, akan punah oleh seleksi alam. ( )

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA