GORONTALO HIJAU
Gorontalo Hijau
Oleh Budi Susilo
SETIAP manusia mendambakan kebahagiaan. Kualitas hidup yang
lebih baik itu sebuah pengharapan besar dari setiap orang. Termasuk satu di
antarnya mencapai kehidupan perkotaan di Gorontalo yang hijau asri, tentram,
aman dan sentosa.
Semua yang dimiliki oleh Kota Gorontalo, dengan segala
kelebihan dan kekurangannya , di hari Tata Ruang yang tiap 8 November dirayakan,
dapat jadi titik refleksi dan ukuran sejauh mana program tata ruang yang ideal
tersebut berjalan baik, membawa perubahan bagi semua masyarakat.
Sebagian areal Danau Limboto berfungsi jadi daratan ladang jagung_budisusilo |
Dimaklumi, Gorontalo yang merupakan wilayah terbaru dalam
pemekaran provinsi di Indonesia, masih butuh proses panjang dan perjuangan
keras menuju kota maju nan modern.
Dimekarkan pada tahun 2001, tidak seharusnya Gorontalo pesimis, merasa
kalah dengan daerah-daerah lainnya.
Kemajuan itu dapat diraih, bahkan mampu melewati kemajuan
dari daerah-daerah lain dengan satu syarat, masing-masing pribadi manusia yang
bertempat-tinggal di Gorontalo mampu bertekad mencapai kesalehan individu dan
kebangkitan berpikir yang paripurna.
Nilai poin syarat itu dapat dilihat dari contoh pengalaman
yang dilakukan Cina. Negeri tirai bambu ini meski berhaluan komunis, yang
selalu di identikan tanpa percaya akan keberadaan Tuhan, mampu mempraktekan
kesalehan individu. Mampu mengubah diri, mereformasi sistem untuk tak berbuat
korupsi, sebab siapa yang bersalah melakukan pidana korupsi, maka ia menerima
hukuman mati. Berkat ini, negara Cina kini seolah dapat sejajar dengan negara
adi daya Amerika Serikat.
Juga setelah sejarah Cina mencatat penuh penderitaan,
kekacauan berabad-abad, kini Cina berusaha menerapkan keteraturan dan
stabilitas dengan menjamin kebebasan tanpa chaos
dan anarki. Dan hasilnya, oleh English
People’s Daily (2007), dipaparkan dalam Report:
Cina to Complete First Stage of Modernization by 2015, Cina mengalami dua
tingkatan modernisasi. Yang pertama dicirikan dengan angka-angka
industrialisasi dan urbanisasi, serta yang kedua dicirikan oleh masyarakat yang
didorong maju oleh informasi dan pengetahuan.
Sementara, untuk pengalaman kebangkitan berpikir itu ada di
negara Jepang. Negara matahari terbit ini usai porak-poranda di bombardir
nuklir oleh Amerika Serikat, lantas tak putus asa, tak menyerah dan pesimis menjadi
negara terbelakang. Kena bencana kekejaman nuklir dari Amerika Serikat
masing-masing warga Jepang bangkit.
Semua guru dan orang berilmu di Jepang berkumpul, melakukan
restorasi kebangkitan berpikir demi satu
tujuan membangun Jepang yang berjaya. Hasilnya terbukti, produk tekonologi yang
diciptakan Jepang membanjiri di semua belahan dunia. Kini Jepang dikenal,
Jepang merajai dan Jepang terhebat di mata dunia.
Kemudian Bangladesh, yang selalu diasosiasikan sebagai
negara miskin di Asia, melalui kebangkitan berpikir mampu keluar dari
cengkraman kemiskinan. Lewat terobosan kebangkitan berpikir melalui tekonologi
komunikasi GrameenPhone yang didirikan Iqbal Quadir, bahwa lewat ponsel itu
dapat terjadinya konektivitas yang merupakan simbol produktivitas. Karena
inilah, oleh Nick Sullivan dalam bukunya You
Can Hear Me Now: How Microloans and Cell Phones are Conecting the World’s Poor
to teh Global Economy (2007), bahwa ekonomi Bangladesh telah melesat naik
karena dampak dua persen pemakai ponsel.
Gorontalo mau seperti itu, bisa saja, asal amunisi kesalehan
individu dan kebangkitan berpikir mampu dilakukan secara tekad bulat. Kembali
ke persoalan tata ruang perkotaan yang ada di Gorontalo, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menunjang tata ruang perkotaan yang selalu didambakan, yakni sebuah perancangan
kota yang bernuansa ramah lingkungan, dengan
bermodalkan semangat moril kesalehan individu dan kebangkitan berpikir.
Oleh Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dengan
tema besar perjuangan Green City for
Better Life, bahwa tata ruang harus memuat konsep ruang terbuka hijau, konsumsi
energi yang efisen, pengelolaan air, pengelolaan limbah, bangunan hemat energi,
penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan dan peningkatan peran masyarakat
sebagai komunitas hijau.
Soal ruang terbuka hijau, Kota Gorontalo masih harus banyak
belajar. Arti konsep desain ‘terbuka hijau’ belum dipahami betul oleh para
konseptor dan para penyelenggara pemerintahan daerah Gorontalo. Padahal terkait
ini, diamanahkan betul dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 mengenai
Penataan Ruang yang menegaskan ruang terbuka hijau itu 30 persen dari luas
wilayah, dengan rincian 20 persen ruang publik dan 10 persen untuk ruang
pribadi.
Satu contoh pengamatan di lapangan perkotaan Gorontalo,
pembuatan taman di persimpangan lima tugu Adipura oleh pemerintah daerah
digarap secara ‘betonisasi’, berkeramik hitam tanpa ada terlihat hijau rindang
tetumbuhan apalagi bunga-bunga mekar berwarna.
Padahal oleh Ir Nirwana Joga, MLA, landscape architect dari Universitas Trisakti, (Intisari-online.com), mewujudkan Kota
Hijau itu satu upaya dalam mengantisipasi, adaptasi dan mitigasi terhadap perbahan iklim,
sehingga sudah harus menjadi perhatian bersama.
Konsumsi energi yang efisen, apa betul warga masyarakat Gorontalo sudah melakukan
hal ini. Kenapa di titik-titik pengisian bahan bakar masih terjadi antrian
panjang kendaraan bermotor. Juga membeli bensin tidak tangung-tanggung, membawa
banyak jerigen agar dapat memborong banyak.
Apakah karena harga minyaknya murah disubsidi oleh
permerintah sehingga terdorong untuk mengkonsumsi tanpa kontrol. Kesan ini
menandakan, penggunaan energi yang tidak terbarukan masih belum bisa ditekan
rendah, boros membakar uang rakyat, penggunaan anggaran negara yang masih diragukan
efektifitasnya.
Kemudian, pengelolaan air, pengelolaan limbah, dan bangunan
hemat energi, sebuah satu kesatuan perangkat konsep bangunan hijau yang tidak
bisa terlepaskan. Keberadaan bangunan rumah sakit, pusat perbelanjaan mall,
hotel, dan beberapa gedung perkantoran dan pemukiman penduduk harus tahu betul
posisinya dalam penggunaan sumber air, pengelolaan buangan limbah dan pola
pemakaian hemat energi yang benar.
Soal penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan di
Kota Gorontalo belum terpola baik di permukaan. Aura yang ada, masih bersifat
liar belum tersistem baik. Mau cari kendaraan taxi resmi, belum ada. Mau cari
angkutan mobil mikro tidak merata, apalagi mini bus way.
Terkait insentif dari Kementrian Perubuhan Republik
Indonesia atas penyediaan bus Saum Hulonthalangi sebanyak 15 unit dengan
dilengkapi tiga koridor layanan bus masih dinanti-nanti peran maksimalnya,
sebab eksistensinya masih kalah dengan kendaraan Bentor dan mobil pribadi.
Idealnya, sebuah kota yang dinamis dibutuhkan alat
tranportasi yang teratur, yang mampu berikan pelayanan transportasi publik yang
baik tidak menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan lalu-lintas.
Tentu saja, hal tersebut akan bisa terwujud bila di dalam
masyarakat, secara sadar berupaya melakukan peningkatan peran masyarakat
sebagai komunitas hijau. Lewat embrio kantung-kantung kelompok ‘hijau’ tentu
warga Gorontalo akan timbul sebuah kesedaran tinggi terhadap konsep ‘kota
hijau’, yang nantinya akan memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan
program pembangunan kota berbasiskan ramah lingkungan.
Namun bagi Gorontalo, itu semua masih sebatas mimpi, lalu
kapan ini akan terwujud ? tentu harus secepatnya, bila perlu harus hari ini
juga. Melalui kesadaran bersama, bisa terwujud mimpi-mimpi tersebut. Gorontalo
Indonesia kita, spirit Indonesia baru. Majulah Gorontalo, berjayalah Indonesia.
Amin ya robal alamin ! ( )
Komentar
Posting Komentar