GORONTALO BERBAHAGIA

Gorontalo Berbahagia
Oleh: Budi Susilo

Setiap orang mendambakan hidup bahagia. Hidup tanpa ada perang, mudah berkegiatan ekonomi, bisa menikmati kesejukan alam, juga memiliki kekokohan lembaga pemberantasan penyakit korupsi. Baru-baru, negara Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, masuk dalam jajaran 20 besar negara paling bahagia di dunia. Apa benar demikian ? , lalu bagaimana dengan perasaaan warga masyarakat yang bertempat tinggal di provinsi Gorontalo, Indonesia ?  apakah hidup bahagia.

Model rumah adat penduduk asli Gorontalo yang eksotis_syamsulhuda
Patut berbangga, Indonesia berada di peringkat 14 besar negara paling bahagia dari 20 negara. Sebenarnya, faktor kemunculan penghargaan inilah, yang membuat warga Indonesia bahagia. Sebab dalam tataran praktis kehidupan berbangsa dan bernegara, kondisi Indonesia masih carut-marut, sedang mencari jati diri sebagai bangsa super power.

Lihat saja cermin Indonesia, banyak pejabat negara yang diseret ke pengadilan karena kasus korupsi, merampok uang rakyat. Kemudian ada lagi, isu yang menghembus dari Rancangan Undang-undang Keamanan Nasional, ada upaya pengembalian pola-pola gerakan militerisme diktator gaya orde baru dan kemudian aksi kekerasan berbau sentimen agama dan suku tertentu. Apa layak disebut negara bahagia ?

Di media online,  Detik.com, Kamis (4/10/2012), Yayasan dari London, New Economics Foundation (NEF) survei bertajuk Happy Planet Index (HPI), peringkat pertama di duduki oleh Kosta Rika dengan nilai 64, penilaian ini indikatornya adalah keramahan penduduk dan kelestarian alamnya. Indonesia masuk dalam 20 besar negara paling bahagia di dunia, berada di urutan 14 dengan nilai 56,5. Indonesia berhasil mengalahkan Israel (55,2) dan Thailand (53,5).

Bila memang acuan negara bahagia itu penilaiannya pada keramahan penduduk dan alamnya yang lestari, bagaimana dengan penilaian kondisi di Gorontalo khususnya ?. Melihat data dari Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo tahun 2011, Gorontalo telah kehilangan satu persen hutannya. Jika setiap tahunnya terjadi areal hutan hilang, maka diprediksi selang 20 tahun ke depan daerah ini akan kehilangan seluruh potensi hutan jika tidak ada usaha konservasi dan rehabilitasi. 

Tambahan juga ada studi dari David Henley, Fretility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi 1600-1930 (2005), memperlihatkan, peta sejarah Gorontalo seperti kondisi hutan, danau Limboto, Teluk Gorontalo, kondisi irigasi, jenis tanaman, jenis-jenis penyakit, kondisi kependudukan dan masalah ketersediaan air telah terjadi krisis lingkungan sejak awal abad 17.

Pada tahun 1923, tambah David Henley, Kota Gorontalo mengalami krisis air bersih. Perambahan hutan dan banjir sudah sering terjadi secara intensif sejak 1677, akibatnya parah di sekitar sungai Bone dan Bolango. Banjir besar tahun 1694 praktis semua tanaman rakyat hancur dan sulit mencari makan. Beberapa tahun sebelumnya di tahun 1686, VOC membebaskan upeti bagi Gorontalo karena parahnya kerusakan banjir. Kondisi ini terjadi sejak abad 17 sampai awal abad 20.

Juga mengacu Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo tahun 2011, luas lahan kritis Gorontalo pada hutan konservasi 92.353 hektar, hutan lindung 59.434 hektar, hutan produksi 52.915 hektar, hutan produksi terbatas 152.200 hektar dan hutan konversi 14.683 hektar. Akibat ini, akan terjadi banjir, penurunan produktivitas, menurunya keanekaragaman hayati, erosi tanah dan menurunnya kualitas air sungai.

Berkuda di pusat Kota Gorontalo mengangkut hasil perkebunan_budisusilo
 Belum lagi di Kota Gorontalo, pusat Ibu Kota provinsi ini masih semrawut. Arus lalu-lintas padat, warga masyarakatnya masih sulit peroleh transportasi publik memadai. Mau mencari taman kota yang sejuk dan lengkap fasilitas, masih belum memuaskan. Mau berkunjung ke museum sebagai pusat pendidikan adalah barang yang langka. Apakah ini bisa dikatakan bahagia ? Gorontalo Indonesia kita masih berbenah, sebagai daerah yang nyaman, aman, sentosa untuk ditinggali memang butuh proses, ada keseriusan dan komitmen semua orang. 

Penobatan Indonesia negara paling bahagia di peringkat 14 besar dari 20 negara di dunia, lantas tak harus membuat Indonesia merasa puas. Secara konkrit, tetap memaksimalkan potensi yang dimiliki, bekerja keras, mampu berkompetitif secara sportif dengan negara-negara lainnya. Gorontalo yang masuk dalam provinsi Republik Indonesia, masih ada harapan yang terbentang luas, menjadi daerah populer dan disukai oleh seluruh warga penjuru dunia. Tentu kunci keberhasilannya, ada di mereka sendiri, yang bertempat tinggal dan mencintai Gorontalo Indonesia Kita. Pasti kita bisa, bersama kita jaya.  ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN