BURUH

Buruh !
Oleh: budi susilo

Hidup Buruh !, Buruh bersatu tak bisa dikalahkan. Inilah prinsip perjuangan dalam sarekat pekerja di Indonesia bahkan seluruh dunia. Mereka beraksi turun ke jalan-jalan, mogok kerja, bagian strategi buruh dalam menggugat atas kedigdayaan para pemilik modal. Melawan penindasan, menuntut perbaikan kesejahteraan ekonomi, mendesak penegakan keadilan ekonomi suatu keinginan yang terbendung dan akhirnya meledak-ledak di permukaan.

Sejak dulu, kelas pekerja ini seakan tidak pernah berhenti, bergesekan dengan kepentingan arus kapitalisme.  Digambarkan lewat teori pertentangan kelas oleh Karl Marx, di Das Kapital, suatu catatan bahwa, konflik atau pergesekan itu membawa perubahan sosial.

Analisis sosial oleh pria yang dilahirkan tahun 1818  di Kota Trier, Jerman tersebut, hingga kini ilmunya tak pernah luntur, teraplikasikan dalam realitas kehidupan kaum urban, di kelas pekerja. Keberadaan kaum buruh itu ada sejak kemunculan Revolusi Industri di tahun 1750 hingga 1850, yang dimulai dari Britania Raya, Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang dan merembet ke beberapa wilayah lain.

Presiden Soekarno menggagas Marhenisme membela buruh wong cilik_budisusilo
Bagai lorong goa yang tak berujung, dua kutub antara buruh dan kapital ini tak ada lelahnya untuk berhenti pada satu titik tujuan dan cita-cita bersama, tetapi satu sama lain selalu ada perbedaan pandangan dan kepentingan. Satu hal yang kini ramai diperbincangkan di Indonesia, mengenai sistem outsourcing, yang bagi kaum pekerja sistem ini sangat merugikan, tapi bagi pemilik modal hal yang menguntungkan.

Pekerja yang dirugikan tentu akan berbanding lurus dengan profesionalitas dan militansi terhadap aset perusahaan milik para kapital. Buruh akan bekerja minim, buruk dan tidak menghasilkan memuaskan.  Sebaliknya, mereka kaum kapital mendengungkan kepada para pekerja, bahwa akan peroleh upah tinggi kala hasil usaha yang dilakukannya maksimal, memberi keuntungan yang besar bagi perusahaan.  Lalu dimana titik kebenarannya ? Carl Marx menjawab, kaum buruh itu memproduksi kekayaan bagi kaum kapital, juga menghasilkan kesangsaraan diri sendiri atas kerja mereka yang teraliensi (terasing).

Paradigma Marx  membagi peran kerja, yakni kerja produktif sebagai cara untuk menciptakan masyarakat dan kerja teraliensi sebagai cara kaum buruh menciptakan sistem serta kelas dominan yang menindas dan menghisap mereka sendiri. 

Mereka para pekerja itu mendambakan harumnya surga bernama sosialisme. Oleh John Stuart Mill (1806-1873), sosialisme kegiatan untuk menolong orang-orang yang tidak beruntung dan tertindas, dengan sedikit, tergantung dari bantuan pemerintah. Sosialisme diartikan sebagai bentuk perekonomian dimana pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak dipercayai oleh seluruh warga masyarakat dan menasionalisasikan industri-industri besar lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak. 

Sementara itu, berbeda dalam paradigma pemilik modal, kalau menurut  Milton H Spencer (1977), dalam bukunya Contemporary Economics, kapitalisme itu sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi, pabrik-pabrik, jalan kereta api dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif.

Indonesia yang segudang memiliki tenaga kerja dan beragam banyak industri, tidak pernah absen apa itu yang namanya ‘buruh menggugat’, hingga kadang, aksi buruh di tempat-tempat tertentu berujung ricuh. Akibatnya, kadang membuat pusing pemerintahnya, yang juga dianggap oleh buruh tidak memberikan kebijakan yang pro kepentingan pekerja.

Di sisi kaum pekerja atau buruh, teramat kuatir dan cemas terhadap mereka golongan pemodal, sebagaimana gambaran dari Adam Smith, The Wealth of Nations (1776), yang mendefinisikan, “Dengan mengarahkan industri itu sedemikian, sehingga hasilnya mendatangkan manfaat sebesar-besarnya, tujuannya hanya untuk keuntungannya sendiri, dan ia dalam hal ini, seperti dalam banyak kasus lain, dituntun oleh sebuah tangan yang tidak kelihatan untuk menuju ke suatu tempat yang bukan bagian dari kehendaknya.” ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA