BERBAHAGIA RAIH KEMENANGAN

Berbahagia Raih Kemenangan
Oleh: Budi Susilo

ALLAH Akbar, Allah Akbar. Gema takbir berkumandang  di seluruh penjuru nusantara.  Sukacita kemenangan sambut satu Syawal (Minggu 19 Agustus 2012), menandakan Indonesia telah memasuki akhir ibadah Puasa Ramadan, dan kini yang telah meninggalkan kita semua. Insya Allah di tahun depan, kita dipertemukan lagi, dibulan suci Ramadan yang penuh berkah, barokah.

Rindu hati selalu butuh akan ibadah Puasa Ramadan, supaya terus bergulir agar panji keimanan dan ketakwaan bisa berkibar. Takbir sambut satu syawal berkobar, alhamdulillah ini menandakan kemenangan melawan hawa nafsu, insyaallah amin.

Setan-setan tersenyum, Ramadan telah pergi, setan tak lagi terborgol, ia bebas lepas dan akan kembali menteror di bumi untuk mengganggu, menggoda para insani agar terjerumus pada lubang hitamnya yang sesat merugikan.

Tak perlu risau, malaikat akan tetap berdiri bersebelahan menemani para insan, sebagai penasehat yang setia memberikan bisikan-bisikan sifat ketuhanan. Apalagi berbekal ilmu selama Ramadan, semakin kokoh keimanan dan ketakwaan kita, amin ya robal alamin.   

Idul Fitri itu, momen menggapai kemenangan dari ‘perang’ hawa nafsu di bulan Ramadan. Idul asal kata yang diambil dari ied, yang memiliki definisi kembali. Sedangkan Fitri, kata ini diserap dari kata Fithr atau Fathoro, Yafthuru, Ifthor, yang artinya berbuka.

Berarti Idul Fitri itu Kembali Berbuka. Maksud dari ini, kita setelah menjalani puasa sampai pada 1 syawal, umat muslim dihalalkan makan-minum yang halal, juga diharamkan para insah untuk berpuasa. Karena inilah,  tepat sang fajar tiba masuk 1 Syawal, para insan berbuka kembali, sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan.

Hal ini sebagaimana yang disinggung dalam hadis, dari Abi hurairah berkata, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: “Shaum atau pusa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (idul) Adlha  itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan.” (Hadits Shahih Dikeluarkan oleh imam-imma: Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No.2324, Ibnu Majah No.1660, Ad-Darquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah dan lafadz dari riwayat Imma Tirmidzi).

Monumen Pejuang Nani Wartabone simbol kemerdekaan rakyat Indonesia di Gorontalo_budisusilo
Gairah yang menggelora melawan hawa nafsu di Ramadan, tentu harapannya akan terus terpatri dalam setiap sanubari, nurani, jiwa, raga para insani., dalam usaha menggapai kemerdekaan dari hawa nafsu yang merusak. Meski Ramadan beranjak meninggalkan para insani, ditandai masuk ke bulan syawal, tibalah waktunya untuk saling mengikatkan tali silaturahmi.

Indonesia dengan segala ragam suku adat dan budaya, silaturahmi bagian yang tidak terpisahkan. Idul Fitri media yang sering dipakai untuk silaturahmi dengan melandaskan pada dalil Quran al-Anfal ayat 1; “Bertakwalah kamu kepada Allah dan perbaikilah keadaan perhubungan di antara kamu, serta taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika betul kamu orang-orang yang beriman.” Juga di Quran al-Nisa ayat 1, “Bertakwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut nama-Nya serta peliharalah hubungan silaturahim kaum kerabat."

Tak ayal, di hari Idul Fitri itulah kita pun dianjurkan untuk saling menyapa antar sesama insan. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengucapkan, Taqobalallahu Minna Waminka Waminkum, Waja’alana Minal Adin Wal Faizin, “Semoga  Allah menerima amaliyah Ramadan saya dan Ramadan anda, maka kita akan menjadi orang yang kembali dan orang yang berbahagia karena telah beroleh kemenangan.”

Itulah kenapa, rakyat Indonesia usai tunaikan sholat Idul Fitri membumikan budaya salam-salaman, sebagai pengikat simbol silaturahim yang bermakna, jadi bahasa persatuan perbuatan manusia Indonesia yang beradab, berbudipekerti luhur. 

"Ciri-ciri mukmin yang sejati ialah menghormati tetangganya, menyambungkan tali persaudaraan dan memiliki perhatian terhadap penderitaan yang dirasakan oleh saudaranya di sekitarnya.” (Hadis diriwayatkan oleh Bukhari).

Tidak lupa juga, sebelum memasuki satu syawal, jelang detik penantian bergulirnya lebaran Idul Fitri,  para insani pun diwajibkan tunaikan zakat fitrah, sebagai pensucian secara paripurna.  Jamaah ahli hadis meriwayatkan, hadis Rasullah SAW dari Ibnu Umar; “Sesungguhnya Rasullah SAW, telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum kepada setiap orang yang merdeka, hamba sahaya, laki-laki maupun perempuan dari kaum muslimin.” (Muntaqal Akbar-Nail al-Authar, jilid4, hal 181).

Itulah kenapa, pakar hukum Islam, Prof DR Yusuf Qardawi memberikan penjelasan hikmah dari perbuatan zakat. Di dalam sebuah bukunya, berjudul Hukum Zakat (2010), Hikmah  zakat fitrah adalah menyempurnakan orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadan. Manusia dengan kelemahan sebagai manusia kadangkala dalam berpuasa terjerumus perbuatan yang tidak ada manfaat.

Sebagian Ulama menerupakan zakat dengan sujud sahwi, berkata Waki’ bin Jarrah: “Zakat fitrah pada bulan Ramadan berfungsi untuk menambal kekurangan puasa, seperti halnya sujud sahwi, untuk menambal kekurangan sholat.”

Dan hikmah kedua, oleh beliau dijelaskan bahwa, zakat menumbuhkan rasa kecintaan orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkannya. Hari raya itu, hari gembira dan bersuka cita tahunan, karennya kegembiraan harus ditebarkan keseluruh anggota masyarakat muslim.

Sebagai kalimat penutup,  maka sekali lagi mengucapkan, Selamat merayakan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah, Minggu 19 Agustus 2012 Masehi. Taqobalallahu Minna Waminka Waminkum, Waja’alana Minal Adin Wal Faizin, “Semoga  Allah menerima amaliyah Ramadan saya dan Ramadan anda, maka kita akan menjadi orang yang kembali dan orang yang berbahagia karena telah beroleh kemenangan.” Amin ya robal alamin. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN