PESTA BURUH JAKARTA RAYA

Pesta Buruh Jakarta Raya
Oleh: Budi Susilo

JAKARTA mendadak ramai, jalan utama kawasan sepanjang Thamrin hingga Istana Negara Republik Indonesia dibanjiri manusia. Ribuan orang berjalan kaki, sambil menyuarakan kegelisahan mereka, para pekerja industri, Selasa (1/5/2012).

Pemandangan ini kerap terlihat di momen Hari Buruh Sedunia, yang jatuh tiap 1 Mei (Mayday). Di Indonesia, pasti ribuan buruh turun ke jalan, menggelar berbagai aksi demonstrasi yang intinya menutut adanya perbaikan kesejahteraan hidup mereka. Ibaratnya, Mayday adalah pesta kaum buruh sekaligus momen kontemplasi atas ketidakadilan yang selalu mengukung mereka. Selasa siang itu, Istana Negara dikepung oleh massa dan pekikakan 'kemarahan' dan emosi yang terpendam soal ketidakadilan.

Pukul 11.15 Wib, sepanjang jalan Sudirman Jakarta Pusat 'chaos', jalur cepat pun lumpuh total. Massa mengambil alih tempat itu untuk berjalan kaki. Berjalan kaki saja merayap, apalagi kendaraan roda dua dan empat, menunggu pasrah sambil mesin tetap menyala. Beruntung, beberapa pengendara bisa menemukan jalan tikus, alternatif menghindar kemacetan.


Seolah tanpa lelah, dengan peluh membasahi baju --apalagi matahari sangat menyengat-- mereka terus berjalan menuju Istana Negara. Sepanjang jalan riuh dengan berbagai teriakan, diwarnai kibaran bendera merah putih dan simbol-simbol buruh bersatu.

Para demonstran tertib menyampaikan aksi di Jalan Sudirman_budisusilo
Tidak ketinggalan, sejumlah perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia juga 'mengepung' Jakarta. "Buruh bersatu tak bisa dikalahkan!."Teriakan itu terdengar lantang di tengah kerumunan massa yang terus berjalan perlahan-lahan

Lokasi aksi demonstrasi AJI Indonesia dikonsentarsikan persis di depan tikungan lampu merah yang berdekatan gedung Mandarin Oriental Jakarta Bundaran HI.

Berbagai umbul-umbul spanduk bendera dibawa oleh para demonstran buruh. Khusus AJI sendiri, dalam unjuk rasanya di Hari Buruh Sedunia membawa semacam ogoh-ogoh 'gurita orange' berukuran besar yang terbuat dari bahan parasut.

Ukuran 'ogoh-ogoh' tingginya sekitar tiga meter dengan juntaian tentakel gurita sepanjang empat meter. Untuk membawa ogoh-ogoh ini pun, harus butuh 10 orang lebih.

Ogoh-ogoh Gurita menjadi simbol perjuangan bagi para buruh, pekerja media di industri pers. Makna simbol Gurita tersebut adalah menentang atas konglemerasi pemilik media yang belum sejahterahkan kaum jurnalis.

Industri media banyak menggurita dibeberapa daerah, telah berjaringan luas, tetapi dugaan keuntungannya hanya dimiliki orang tertentu. Para pekerja pers yang tergabung dalam sarekat buruh bertanya ? Apakah hanya menciptakan konglomerat segelintir, kesejahteraan pekerja persnya ada yang dilupakan ?

Mengutip dari Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia 2011, industri media bak jamur di musim hujan. Ada 1.076 media cetak, 1.248 stasiun radio, dan 76 stasiun televisi yang sekarang sedang mengajukan izin 176 serta ratusan situs berita yang merebak di Indonesia.

Tetapi fakta kondisi pekerja media, sebagaimana yang diungkapkan Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia 2011, masih ada yang memprihatinkan antara lain tak punya tabungan, jaminan kesehatan, tempat tinggal layak, tak bisa menyekolahkan anak secara memadai, bahkan banyak yang tidak memiliki biaya untuk menikah.
Satu lajur jalan dipakai para demonstran kaum buruh_budisusilo
Itulah aspirasi yang diperjuangkan kaum buruh jurnalis. Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur dalam Undang-undang nomor 13 tahun 2003 agar dapat melindungi kepentingan pekerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak perusahaan.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, kalau Presiden Soekarno mewujudkan mimpi lewat upaya memerdekakan rakyat dari penjajah. Presiden Soeharto ingin wujudkan mimpi secara sederhana mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan rakyat dan Presiden Gus Dur itu menciptakan suasana cinta di masyarakat beragam, lantas kalau presiden Susilo Bambang Yudhoyono apa ya ?

Kembali ke pergerakan buruh Indonesia, aksi protes para buruh sedunia sebenarnya sejarah telah mencatat, ini dimulai ketika pada perkembangan kapitalisme industri lahir di awal abad 19.

Pada abad itu ditandai dengan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis Eropa Barat dan Amerika Serikat, lahirlah tenaga pekerja atau buruh yang sering disebut sebagai bagian alat produksi.

Yang melatarbelakangi adanya aksi massa dari para buruh karena munculnya sistem kerja yang parah, seperti pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, buruknya kondisi kerja, dan tidak adanya jaminan kesehatan ataupun sosial di tingkatan pabrik. Kondisi-kondisi ini yang lalu melahirkan perlawanan dari kelas buruh.
Siang terik para buruh tetap semangat berdemo_budisusilo
 Masuk pada pukul 12.52 Wib, AJI Indonesia wilayah Jakarta dan juga gabungan organisasi sarekat pekerja lainnya, berada persis di depan Duta Besar Jepang.

Massa buruh yang diwakilkan oleh orator demonstrasi mengaspirasikan hak-hak buruh untuk sesuai peraturan yang berlaku dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan.

"Bagi pengusaha jepang yang tidak taat aturan, yang melanggar hukum usir dari Indonesia," tegas orator kala itu yang mewakili dari Sarekat Buruh Suzuki.

Akibat aksi massa tersebut, jalan pun ditutup, satu jalan mengarah ke istana negara dipakai untuk unjuk rasa dan kendaraan bermotor tidak dapat melintas, termasuk Bus Transjakarta akhirnya melintas contra flow, berada dijalur arus yang bersinggungan dengan arah berlawanan, bersistem arus lalu-lintas buka tutup.

Detik jarum jam menunjukan pukul 14.20 WIB. Massa demonstrasi berhenti di Jalan Merdeka Barat nomor 4-5, tempat berkantornya stasiun radio milik pemerintah, RRI. Persatuan massa buruh menginginkan ada siaran langsung on air dari pihak RRI atas sikap perjuangan kaum buruh. Tetapi berselang lama, RRI belum juga mengabulkan keinginan para demonstran. Tidak kenal putus asa, para demonstran yang diwakili koordinator lapangan tetap bersuara, menyuarakan aspirasi di depan gedung RRI dengan pengeras suara. 

Sekitar pukul 15.00 Wita, rombongan demontran langsung melanjutkan perjalanan mendekati komplek Istana Negara. Setibanya di lokasi ratusan polisi pun telah bersiap diri, berjaga mengamankan Istana Negara. Sederet halaman depan Istana Negara, polisi memberikan pembatas kawat berduri panjang. Tujuannya, agar para demonstran tidak dapat merangsek ke Istana Negara.

Kaum perempuan buruh turut serta berdemonstasi May Day di Jakarta_budisusilo
Demo berjalan damai, tidak menunjukan aksi anarkis. Hanya kerativitas para demonstran yang ditunjukan, misalnya, bernyanyi yang nada-nadanya sarat nilai kritik sosial politik dan pemerintahan.

Lagu-lagunya asik, bernada aliran musik Regge, bagi yang mendengar pasti akan ikut melantunkan dan menggerakan tubuh. Di lagu itu, ada disebut orang-orang yang di partai politik, yang telah melakukan politik busuk, hanya mengejar kekuasaan tapi inti perjuangan untuk rakyat nihil. Tentu, tidak kaku, sebab lagu yang disampaikan itu ada sedikit campuran humor, jadi kritikan yang disampaikan pun tidak panas tapi mengena. 

Lainnya ada juga dengan aksi teatrikal "Doa Poncong." Demonstran membuat Pocong-pocongan sebanyak empat. Satu di antaranya di pocong tersebut bertuliskan nama Menteri Tenaga Kerja era 2012. Maklumlah nama ini dicatut, sesuai dengan suasananya demonya yang berkaitan tentang tenaga kerja, atau buruh. Pocong-pocong ini diletakan di aspal jalan depan Istana Negara yang dilantunkan dengan dendang ayat-ayat Al-Quran dan pemberian sesajen kemenyan.

Dan pula, seorang aktivis membuat tulisan mural dengan berbahan lakban, medianya adalah aspal jalan bertulisakan "Tolak Sertifikasi Seniman."  Selain itu, ada juga yang lebih seksi, seorang demonstran membawa karton putih yang bertuliskan "Cabut Peraturan yang melarang ajaran Marxisme."

Kala itu, yang tunjukan spanduk karton itu pelegalan ajaran Marxisme adalah seorang wanita berwajah oriental. Tentu ini disebut seksi, sebab kala di jaman orde baru, ajaran yang sangat dilarang, 'diharamkan'. Siapa yang berani menyebar ajaran itu tentu akan ditangkap, dianggap sebagai aksi subversi, melawan negara. Itulah suasana kesan yang terjadi di alam reformasi sekarang ini. Bebas berpandangan, dari timur, barat, maupun utara. Ini berbeda jauh dengan kondisi lalu, saat pemerintahan di pimpin Presiden Suharto. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN