UNDERCOVER DAGANG SAPI KNPI

Undercover Dagang Sapi KNPI
Oleh: Budi Susilo

JIKALAU ada yang mau bagi-bagi uang, semua orang tentu menyukainya. Bahasa kasarnya, orang tanpa uang hidup bakal tidak tenang, ada uang orang bisa hidup senang. Ungkapan inilah yang kemudian, oleh beberapa orang dianggap cara yang ampuh, untuk membuktikan kepada seseorang, bahwa ia itu ada perasaan cinta kasih, mampu ungkapkan simpati empati karena dapat memberikan kesenangan lewat keuangan. 

Dalam gelaran Musyawarah Provinsi (Musprov) XII Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2012, yang digelar di hotel Sintesa Peninsula Manado, Kamis (26/4/2012), pemberian uang satu hal warna dalam kegiatan pemilihan ketua KNPI ini. Dugaan beri uang untuk mencari simpati, menunjukan ia peduli, sambil ia berharap ada imbal-balik peroleh dukungan.

FOTO: Suasana kantor pengurus wilayah KNPI Sulut_budisusilo
Usut punya usut, satu di antara Organisasi Kepemudaan (OKP) Sulut yang kala itu tercatat sebagai peserta, pemilik hak suara, terhembus telah memperoleh uang dari kandidat tertentu. Ada satu kandidat yang secara kekuatan finansial selalu rajin mendekat, pandai lobby, pokoknya hebatlah. Kalau penilaian untuk ijasahnya, ia dapat nilai B plus dalam aksi tersebut.. 

Modusnya itu, organisasi kepemudaan diberikan uang, memang tidak salah orang berikan uang, tidak ada hukumnya, melarang orang untuk berbuat baik memberikan uang. Sebaliknya harus ada apresiasi atas kebaikannya itu. Persoalannya, yang membuat bingung itu, entah uang apa yang diberikannya, tapi yang pasti ia memberikan uang saat dalam kondisi mencalonkan diri merebut kursi ketua, yang pasti jawabanya itu adalah meminta dukungan penuh.

Cerita lain. Saking baiknya, sang kandidat itu pun menanggung sebagian fasilitas seperti makan minum dan kamar hotel peserta pemilik hak suara. Katanya sih, uang yang diberi itu satu juta per orang, bahkan ada yang benar-benar terjadi dilapangan diberi uang sampai sentuh angka dua juta. Menolak pemberiannya itu mubazir, lebih baik diterima untuk dimanfaatkan pergerakan organisasi ke depan. Toh tidak ada yang salah, ia memberi sesuatu. Apalagi tidak ada aturan yang melarang, jadi lebih baik diterima saja sebagai ungkapan penghoramatan kepada sang pemberi.  

Itulah demokrasi, ada yang mengeluh biaya berdemokrasi itu terlalu mahal. Untuk sekelas gelaran KNPI Sulut itu saja, sang panitia penyelenggara katanya sampai menghabiskan dana sekitar Rp 315 juta. Dana suntikan dari APBD Rp 100 juta, selebihnya itu dari satu di antara kandidat yang mencalonkan diri. Yah untung saja, sebagian lebihnya ada yang berasal dari satu kandidat tertentu, yang terpenting jangan sampai membebani anggaran negara, yang terpenting sih, kandidat itu rela membantu demi kelancaran musyarawahnya, tidak lebih.

Memang betul-betul wow, luar biasa mewah, acaranya sampai menelan dana ratusan juta. Berdasarkan pengakuan satu di antara panitia penyelenggara, hitungan pengeluaran selama digelarnya Musprov XII KNPI Sulut, dana yang dikonsumsi sampai Rp 315 juta. Pemakaian ini bila di rinci diperuntukan untuk penyewaan tempat sidang, biaya kamar peserta dan panitia, serta pembiayaan makan dan minum peserta serta panita. Pesertanya mencapai hingga 200-an orang. Jadi harus memberikan makan sampai 200-an orang, belum lagi ada kamar sewa sampai 20 ruangan. Wajarlah kalau habis hingga ratusan juta.

Selain ada yang mewarnai aksi perebutan KNPI Sulut dengan bagi-bagi uang, ternyata ada juga yang pakai pendekatan balas jasa, berupa kemudahan relasi pemerintahan. Kandidat ini menggembor-gemborkan dengan janji, andai ia dipilih dipercaya mempimpin tiga tahun kedepan, pastinya yang mendukung, memperoleh kemudahan kegiatan organisasi dari pemerintah daerah tertentu. Kalau mau buat kegiatan, dibantu sisi dananya oleh pemerintah yang dimaksud.

Itulah dunia pasar politik 'dagang sapi' yang sudah lumrah terjadi dimana-mana, tidak hanya dialami di organisasi pemuda biru itu. Denyut politik itu bagai deru pasar tradisional, ada pekikan pedagang menawarkan kepada pembeli, transaksi jual beli itulah hal yang dipraktekan, ada terjadi tawar menawar untuk memperoleh sesuatu hal. Inilah definisi sederhana dari politik pragmatis, entah dari sejarah mana yang telah mencontohkan awal mulanya. Kalau meminjam bahasa Iwan Fals, di judul lagunya yang berjudul Asik Nggak Asik, bahwa Dunia politik punya hukum sendiri. Colong sana colong sini atau colong colongan. Seperti orang nyolong mangga. Kalau nggak nyolong nggak asik. ( )

Komentar

  1. Yah...Jongs, apa yang mau diharapkan dari wadah yang katanya memediasi seluruh kepentingan pemuda ini. Lebih baik KNPI dibubarkan saja. Alokasi dananya diberikan untuk pelayanan kesehatan gratis dan subsidi biaya pendidikan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN