WAJAH INDUSTRI WISATA INDONESIA

Wajah Industri Wisata Indonesia
Oleh: Budi Susilo

ANUGERAH Tuhan terhadap bumi nusantara ini tak ternilai oleh materi, apalagi ungkapan kata-kata. Pesona indah, alam raya Indonesia ini jadi pesolek sempurna di seluruh jagat dunia ini. Tetapi apalah artinya itu, ternyata semua disia-siakan, sirna begitu saja. Sebagaimana lontaran kalimat ini, "Alam Indonesia yang indah itu kini diwarnai oleh sampah botol plastik, tas keresek, diapersbekas, tisu,saset sampo, kulit durian, bangkai binatang yang bercampur dengan aneka bahan beracun. Apakah menteri pariwisata pernah berbicara tentang sampah? Saya kira Anda pun tahu,mereka amat jauh dari kepedulian." Inilah ungkapan hati dari seorang Rhenald Kasali Guru Besar Universitas Indonesia di Desember 2011 atas wajah pariwisata di Nusantara ini.

FOTO: budisusilo_penutupan acara ATF di Manado

Lalu siapa yang disalahkan bila sudah terjadi demikian, karena bicara pariwisata itu berarti mencakup seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana hal ini termuat dalam konstitusi, Undang- undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, bahwa pariwisata itu adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Negeri ini mungkin lebih suka menghiasi gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) dengan fasilitas barang mahal, bermilyaran rupiah tampil elit tanpa ada kegunaan pokok, tetapi membangun fasilitas pedestarian dan taman kota asri dilupakan tidak masuk hitungan dan diperjuangkan, padahal trotoar dan taman itu daya tarik para penggila wisata yang bila ditarik secara bisnis, negara dapat keuntungan pemasukan sektor wisata.

"Hindari macet makanya gw lewat trotoar, terpaksa gw lakukan karena lagi ngejar waktu nih, udah mau telat" ujar pengendara motor ketika terjebak macet di jalanan ibu kota Jakarta. Bayangkan, trotoar sempit hanya berukuran luas satu meter para pejalan kaki harus berebutan dengan si pengemudi motor, hak pedestarian terampas oleh para korban kebobrokan transportasi masal, apakah kejadian ini dikatakan sebagai idealnya sebuah wilayah aman dan nyaman untuk dikunjungi.

Segala upaya dilakukan untuk memajukan pariwisata, termasuk baru-baru ini menggelar pertemuan dengan negara-negara regional Asean di Manado, Sulawesi Utara. Sudah memasuki umur ke-31 tahun, pertemuan ini telah berlangsung sejak tampil perdana digelar di Malaysia tahun 1981, tapi perkembangan dunia pariwisata Indonesia dapat nilai sendiri seperti apa perkembangannya, bila dibandingkan dengan kompetisi dan kualitas pariwisata seperti di negara Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Sebagai gambaran, sekilas catatan pelaksanaan Asean Tourism Forum (ATF) di acara penutupan, dimulai dengan gendrang tabuhan gendang tarian Bunga, Minggu (15/1/2012) malam, di Hotel Sutan Raja Minahasa Utara. Kala itu momennya berikan keceriaan karena penarinya menampilkan ekspresi warna-warni. Tarian Bunga yang jadi menu pembuka gerakannya energik, seakan memberikan rasa semangat. Inilah baru yang dikatakan pariwisata, dapat menghibur bagi semua orang.

Kala itu, mengenakan batik coklat bercorak Bentenan, Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang diberikan kesempatan ke depan podium untuk memberikan kesan selama gelaran ATF berlangsung di Kota Manado. Dia mengatakan, pelaksanaan ATF dari negara-negara Asean merupakan ide baru, gagasan yang baik dalam upaya memajukan pariwisata di tingkat regional Asean. "Ini akan baik di masa depan nanti, saya percaya ATF kali ini jadi kesempatan untuk bertukar pengalaman dan partisipasi memajukan pariwisata diantara kita semua," ujarnya.

Karena itulah, sebagai ungkapan apresiasi terhadap negara-negara Asean yang telah hadir di Kota Manado, mewakili masyarakat Indonesia, terkhusus Sulawesi Utara mengucapakan terima kasih banyak. "Kami sangat berterima kasih para tamu yang mau datang ke Manado, hadiri ATF untuk kemajuan pariwisata kita," tutur SHS yang saat itu dengan gaya potongan rambut belah pinggir.

Selain itu, dalam kesempatannya oleh Sekertaris Jendral Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Wardiyatmo, mengharapkan, pertemuan negara Asean di ATF ini akan terus tetap menjadi agenda kerjasama yang berkelanjutan.

"Kerjasama regional ini jadi agenda deklarasi resmi forum negara Asean, berfokus majukan pariwisata bertaraf internasional dan kita memilih Laos seabgai tuan rumah ATF berikutnya," katanya.

Di acara tersebut pun, disuguhkan pula beberapa gelaran seni tari seperti tarian Ular asal Sulawesi Utara dan tarian dari negara Laos selaku tuan rumah ATF di 2013, tak lupa pemutaran film dokumentasi selama acara ATF seperti cerita mengenai kunjungan ke beberapa tempat wisata di Manado, seperti tempat kuliner, rumah ibadah kelenteng dan panorama alam patung Yesus Memberkati Citraland.

Melihat hal ini, Wakil Gubernur Sulut, Djouhari Kansil menegaskan, Sulut sebagai tuan rumah mengambil kesempatan ini sebagai upaya memajukan pariwisata Sulut. "Kami akan terbuka bagi siapa saja yang akan berinvestasi," tuturnya.

Seperti apa pemda Sulut berikan daya tarik ke investor agar mau bangun dunia parisiwata di Sulut, tentu pemda akan bertekad memberikan fasilitas kemudahaan dengan cara sederhana dan cepat tidak berbelit-belit. "Tidak memberikan hambatan-hambatan pengurusan administarsi berinvestasi," katanya.

FOTO: rizkyadriansyah_pelabuhan penyebrangan pulau Bunaken

Senada, Vicky Lumentut, Wali Kota Manado menuturkan, memohon maaf para tamu dari negara-negara ASEAN yang singgah menikmati Kota Manado terdapat beberapa kekurangan. "Kami masih ada kekurangan disana-sini, bagi kami akan jadi pembelajaran," ujarnya.

Pelajaran penting ini tuturnya, menjadi sarana untuk membenahi dunia pariwisata kota Manado, seperti infrastruktur dan sumber daya manusia yang handal. "Kami akan memulai berikan rasa aman dan kenyamanan," katanya.

Bentuk konkrit yang dilakukan seperti apa, Vicky membuat ramuan berupa penciptaan lingkungan kota Manado yang bersih dari berbagai cemaran sampah, terus galakan lingkungan yang asri menghijau. "Kalau lingkungan bersih orang pasti akan nyaman," tuturnya.

Apa pun itu yang dikatakan oleh para penyelenggara negara, adalah jadi titik bagian optimisme dalam membangun industri pariwisata. Dan semoga, hal-hal kegundahan seperti yang digambarkan Renald Kasali mengenai masalah terbesar dunia pariwisata Indonesia ada lima hal, yaitu infrastruktur, teknologi informasi, keamanan, sumber daya manusia dan sampah dapat teratasi, mampu dibumi hanguskan, tak lagi mencengkram industri pariwisata nusantara ini. Amin, salam Grak Tuk Kebaikan. ( )






Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN