OPTIMISME EKONOMI SULUT 2012

Optimisme Ekonomi Sulut 2012
Oleh: Budi Susilo

MENATAP Ekonomi Sulut 2012 menjadi tema perbincangan khalayak masyarakat ekonom. Semisal di mata Yuliansyah, peneliti senior Bank Indonesia Manado, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III di tahun 2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73 persen (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy).

Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut.

Pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan IV diprediksi berada pada kisaran 7,61-7,81 persen. Pertumbuhan didorong kinerja sektor-sektor perdagangan hotel dan restoran yang mengalami peningkatan seiring dengan maraknya event di Sulut.

Selain itu kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV juga karena peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru. Bukan itu saja, pada sektor bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran.

Di sisi lain, sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat. "Ini jika kita bandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," ujarnya.

Ia mengaku optimistis, di tahun 2012, perbankan Sulut terus melakukan ekspansi kreditnya. Hal ini karena karena perkembangan berbagai indikator perekonomian Sulut yang terus mengalami pertumbuhan. "Kami memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulut pada 2012 levelnya optimistis," tegasnya.

Kemudian perkembangan kredit macet atau non performing loan (NPL) perbankan di Sulut masih terjaga, masih menunjukkan penilaian stabil sebab angka yang diperoleh masih berada di bawah rata-rata. "Ambang batas 3,4 persen," tuturnya.

Perbankan di Sulut, hingga posisi bulan oktober 2011 mampu menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 13,4 triliun, hal ini lebih kecil ketimbang dari porsi penyaluran kredit perbankan. "Akibatnya perbankan harus mengambil dana dari luar wilayah Sulut," ungkapnya.

Sementara Agny Irsyad, Pemimpin Bank Bukopin Manado menyatakan, pola konsumsi masyarakat Sulut akan mengalami perubahan ke arah jasa transportasi dan perdagangan karena itu diperlukan stabilitas keamanan dan infrastruktur seperti jalan yang memadai. "Di tahun 2012 orang akan semakin banyak membeli mobil, motor," urainya.

Selain itu, pertumbuhan jualan barang-barang elektronik berprospek baik. Semisal produk handphone, televisi. Orang sudah menganggap, pemenuhan barang-barang elektronik itu seperti kebutuhan pangan. "Apalagi sekarang yang lagi ramai produk i Pad, tablet," ujarnya.

Sebab itulah, meningkatnya kebutuhan akan elektronik semestinya diimbangi keberadaan kelengkapan infrastruktur tenaga listrik. "Sekarang kalau mati lampu bagaimana mau pakai, jadi harus dipikirkan," katanya.

Di sisi pemerintah daerah, perbankan mengharapkan adanya program pemetaan wisata. Pasalnya bila wisatawan berkunjung ke Sulut, tidak mungkin hanya berada di hotel, pastinya memerlukan lokasi wisata.

Semisal lokasi khusus kuliner di Manado Wakeke sudah tidak lagi mendukung infrastrukturnya. "Tiap Jumat di Wakeke selalu padat kendaraan, mau berkunjung tidak nyaman," ungkapnya.

Sedang ekonom yang juga Dirut Bank Sulut, Jeffery Wurangian melihat secara optimistis Sulut dapat meraih kemajuan. Ia mengaitkan optimismenya dengan bercerita pengalaman ratusan tahun lalu yang dialami Singapura.

Dahulu kondisi Singapura yang berada di wilayah jajahan Belanda kondisinya masih hutan belantara, tetapi kemudian daerah ini dilirik negara Inggris dengan kompensasi pemberian Bengkulu yang sudah lebih maju.

"Inggris melihat saat itu Singapura dekat dengan Selat Malaka, sangat strategis. Dan sekarang terbukti Singapura berhasil. Sulut pasti bisa karena sama dekat dengan bibir Asia Pasifik," tuturnya.

Sedang mengenai perkembangan bank, dikatakannya keberadaan Bank Sulut sudah melanglang buana sampai 45 tahun, berkeinginan menjadi raja tetapi melihat realitasnya permodalan terbatas yang dari tahun 1996 hanya Rp 7 miliar. "Apa mungkin kita modal dengkul bisa jadi raja, makanya kita berusaha cari terobosan dengan melepas IPO,'' katanya.

Sulitnya Bank Sulut adalah setiap pergantian pemerintahan di tiap daerah karena pemilik saham adalah para kepala daerah. Kondisi ini membuat kinerja harus langkah cepat, menyesuaikan masa tenggang waktu yang kesempatannya lima tahun sekali.

"Ada ganti bupati, wali kota, harus ganti strategi. Dan hasilnya sekarang bisa dinikmati. Kita bisa buka bank di luar Sulut dan mendapatkan dana dari pihak ketiga," ujarnya penuh semangat. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN