MENEBARKAN CINTA ILMU ke WARGA PUTUS SEKOLAH

Menebarkan
Cinta Ilmu ke Warga Putus Sekolah


Oleh: Budi Susilo

TAK kusangka, berawal dari niat tulus gerak tuk kebaikan melalui momen pesta demokrasi, ku dinobatkan sebagai wakil rakyat. Aku dipercaya secara berdaulat oleh rakyat melalui pemilihan secara demokratis menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia untuk wilayah Sulawesi Utara (Sulut).

Sontak, aku pun melontarkan sebuah kalimat Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Tuhan dan akan kembali pada-NYA. Sebab hal yang kualami ini adalah amanah yang teramat sakral, sebuah bencana bagi ku bila ternyata ditengah perjalanan mengingkari tanggung jawab yang secara terhormat telah diberikan oleh rakyat.

Mengawali langkah konkrit sebagai DPD, buat ku program pendidikan masyarakat jadi bidikan utama. Perjuangan pertama melakukan upaya pencerdasan warga masyarakat di Kota Bitung, persisnya para warga kampung nelayan Candi yang kini telah tergusur pindah ke daerah Girian Indah dan Wangurer Barat, meski masih ada beberapa warga yang masih tinggal dilokasi lahan gusuran milik seorang pengusaha lokal.

"Sementara tetap tinggal di lokasi gusuran lahan Candi karena dekat dengan pesisir pantai, memudahkan mencari makan ketimbang pindah ke lokasi Wangurer Barat jauh dari pantai," tutur ku mengulangi pernyataan seorang Ibu yang kini tinggal ditenda beratapkan terpal plastik di lokasi gusuran yang tidak ingin disebutkan namanya.

Jaman kekinian, aku melihat persoalan yang dihadapi warga nelayan tersebut masih banyak yang belum tersadar akan arti penting sebuah ilmu, akses pendidikan formal yang diperoleh baginya adalah sesuatu barang yang mahal, sulit dijangkau dan berkesan hanya untuk kalangan berharta melimpah.

"Saya cuma lulus Sekolah Dasar. Mau bantu orang tua cari uang, karena kalau sekolah tidak dapat uang. Lebih baik pilih ikut melaut cari ikan dapat uang bisa buat jajan dan bantu orang tua," kata ku mengulangi perkataan seorang bocah nelayan berumuran 14 tahun yang saat itu ku temui.

Kebanyakan dari mereka, terutama anak-anak yang masih berada dibawah umur, bersekolah sesuatu urusan hidup yang urutan terakhir. Pola pikir dan motivasi hidupnya dalam pencarian pendidikan formal dihadapi secara pesimis, didalam kamus hidupnya pendidikan itu bukanlah sesuatu kemanfaatan baginya.

Dari mereka umumnya, sekolah paling tinggi itu adalah jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, melanjutkan ke perguruan tinggi itu dianggap utopia. "Buat apa sekolah tinggi-tinggi paling juga nanti jadi pengangguran. Saya saja lulus SMA cuma bisa jadi buruh. Kerja sampai lelah tapi penghasilannya tidak seberapa," ujar ku, menceritakan ulang pernyataan seorang perempuan remaja di lokasi Candi yang tidak ingin namanya disebut.

FOTO: Pelabuhan Perikanan Bitung_budisusilo

Sungguh ironi bila fenomena ini terus dibiarkan dan nantinya apakah ingin Kota Bitung tetap terbelakang, padahal Kota Bitung sendiri itu telah masuk dalam perancanaan pemetaan lingkup koridor IV sebagai kawasan Indonesia yang dipercepat pembangunan ekonominya.

Bersama Kota Bitung, daerah lain seperti Jawa, Kalimantan, Bali, Papua, dan Maluku masuk dalam bingkai Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025. Dan diharapkan, Kota Bitung nantinya menjadi wilayah koridor yang mampu memaksimalkan basis perekonomian yang terintegrasi serta Kota Bitung menjadi gerbang laut asia pasifik, diandalkan untuk menunjang kelancaran sirkulasi berbagai logistik Indonesia dengan belahan negara-negara pasifik.

Melihat kondisi kedepan Kota Bitung seperti itu, apakah mungkin keberadaan sumber daya manusia di Kota Bitung akan tetap dipertahankan dalam kualitas rendah, apa mungkin warga lokal Kota Bitung dapat berkompetisi, lalu apakah mungkin warga lokal Kota Bitung bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

Karena itulah, titik modal dasar agar Kota Bitung mampu capai masa gemilang, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan adalah satu di antara cara ampuh. Karena keberadaan perjalanan Kota Bitung adalah pertaruhan nama baik Indonesia di mata internasional yang digadang-gadangan tahun 2025 jadi Kota terpenting kegiatan ekonomi global.

FOTO: Pelabuhan Samudera Bitung_budisusilo

Maka, pemerataan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat di Kota Bitung hal yang terpenting dalam upaya membangun sumber daya manusia, agar mampu bersumbangsih dalam geliat proses pembangunan Kota Bitung yang mengarah ke persaingan global.

Jangan cuma sekedar sebagai penonton dan menjadi kaum terpinggirkan dalam kegiatan pembangunan Kota Bitung. Paradigma kemanfaatan pendidikan harus dicerahkan bagi warga Kota Bitung, terkhusus bagi mereka para warga kampung nelayan yang banyak putus sekolah.

Aku pun dengan dipercayakan sebagai DPD maka melihat fakta seperti itu aku akan ambil tindakan, karena secara struktur ketatanegaraan DPD pun memiliki fungsi satu di antaranya sebagaimana di atur dalam Pasal 22 D UUD 1945, "Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR."

Sekarang ini, siapa pun mereka, dalam hal ini pemerintah yang menjabat upaya untuk perjuangkan pemberian akses pendidikan bagi anak-anak yang putus sekolah di masyarakat nelayan sampai 12 tahun, ternyata belum ada aksi nyata, masih sebatas janji manis lewat kata-kata. Aku akan ubah ini, karena bila dibiarkan terus-menerus tentu hal ini menciderai konsitusi, karena disinggung dalam pasal 9 ayat 1, sebuah Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, "Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecederdasannya sesuai minat dan bakatnya."

Sebagai senator asal Sulut, aku pun menargetkan dalam waktu tiga bulan akan lakukan gebrakan dengan mengeluarkan program bernama Cinta Ilmu, sebuah akses pendidikan untuk jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi bagi kalangan ekonomi lemah masyarakat nelayan Candi, sebelum konsentrasi ke daerah-daerah lainnya di Sulut.

FOTO: Pantai Madidir Bitung_budisusilo

Gambaran strateginya, satu bulan pertama melakukan pemetaan dan pendataan anak-anak yang putus sekolah dengan disinambungkan penetapan pola sistem pendidikan gratis berkualitas yang dibiayai oleh negara maupun sumbangsih dari kalangan industriawan yang telah tumbuh berkembang banyak di Kota Bitung.

Dan memasuki dibulan keduanya, yaitu mensosialisasikan program pendidikan Cinta Ilmu berbasiskan pendidikan formal bernuansa kearifan lokal agraria dan bahari serta pendidikan non formal yang memusatkan pada pengembangan bakat dan minat keterampilan masing-masing anak. Serta selanjutnya di bulan ketiga adalah pelaksanaan program Cinta Ilmu dengan tetap memperbolehkan dan mendukung penuh pemenuhan hak-hak anak nelayan tetap melaut mencari ikan.

Ini penting dan segera dilakukan dalam tempo sesingkat-singkatnya, karena era pasar bebas berwajah globalisasi semakin mendekati Indonesia termasuk di Bitung. Pencetakan generasi muda yang berpendidikan dan berkarakter kuat hal yang wajib dilakukan, pasalnya merekalah generasi penerus pengisi pembangunan Kota Bitung.

Namun akan lebih menyedihkan bila ini kita tetap abaikan dan akhirnya pun mereka akan menjadi generasi yang tersisihkan, hanya jadi penonton dan seperti tamu di rumahnya sendiri. Tetapi secara pribadi pun, aku menyayangkan karena semua ini cuma sekadar diskripsi impian Andai Aku jadi Anggota DPD. Toh tidak ada salahnya, semoga tulisan ku ini pun jadi bahan aspirasi untuk para anggota DPD Sulut dalam upaya memajukan negeri ini, amin ya robal alamin, akhir kata ku ucapkan "Salam Grak Tuk Kebaikan". ( )

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN