DERU PENGHUJUNG 2011 MANADO

Deru Penghujung 2011 Manado



CERITA ini berangkat dari pendapat nurani saya sendiri, timbul dari pengalaman pribadi di negeri Nyiur Melambai. Beginilah alur ceritanya. Saya sudah hampir empat bulan lamanya tidak bertempat tinggal di ibu kota Sulawesi Utara, Manado, tapi serasa peroleh angin perubahan.

Dianggap oleh saya ini adalah pertanda dinamisasi Kota Manado yang sedang menuju sebuah daerah metropolitan, yang terus diusahakan oleh pemerintah daerah bersama kalangan swasta serta masyarakat akar rumput.

Seolah berjalan tanpa henti selalu dikejar waktu yang tidak kenal kompromi, pembangunan demi pembangunan jadi hal utama dalam dinamika Kota Manado, layaknya di kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti di antaranya Tenggarong, Tangerang Banten, Palembang dan Bandung.

Ceritanya bukan bahagia, malahan yang ada adalah ungkapan rasa kesal terlontar dalam jiwa, pasalnya setiba di Manado pada 21 November 2011, disuguhkan dilema kemacetan lalu-lintas. Maklumlah semenjak meninggalkan Kota Manado, lebih banyak beraktivitas di Kota Bitung sejak Senin 11 Juli 2011, suguhan kemacetannya tidaklah separah seperti di jelang detik-detik akhir tahun 2011 ini.

Kondisi arus lalu-lintas kawasan Boulevard IT Center Mando pada Rabu 30 November 2011 siang. (photo by rizky adriansyah)

Apalagi bercerita sejarah kebelakang yang ketika itu adalah aksi perdana injak tanah Manado sekitar Oktober 2009, atmosfir lalu-lintas di pusat kota seperti Boulevard masih lengang, tidak padat merayap, kendaraan bermotor dapat bergerak secara leluasa. Melanggang bebas bagai burung terbang dari sangkarnya.

Ketika itu, melaju di sepanjang jalan dari arah bandara penerbangan Sam Ratulangi menuju Pall Dua masih lengang, mata pun masih mudah memandangi pemandangan hamparan lahan hijau dan dipenuhi alam bebas semak belukar. Tetapi ini rupanya tinggal kenangan, cerita untuk generasi masa yang akan datang.

Pasalnya kini sangat berbeda. Semisal satu di antara pusat perbelanjaan yang ada di bilangan Jalan Piere Tendean, Sabtu 3 Desember 2011, lahan parkirnya dipenuhi oleh jumlah kendaraan bermotor. Padahal sebelumnya di periode Oktober 2009, masih terdapat sisa ruang lahan parkir tapi kali ini padat, lahan parkir bagian depan, samping dan belakang dijejali mobil dan motor.

Bagai air yang terus mengalir menuju titik tujuan, Manado tanpa henti-hentinya selalu berinovasi. Dilihat dari adanya kegiatan pelebaran jalan, perluasan dan penambahan pusat perbelanjaan jadi ciri khas geliatnya Kota Manado di penghujung tahun 2011.

Lihatlah di kawasan Kairagi, kompleks Grand Kawanua yang dahulu lahan hijau tumbuhan disulap menjadi lahan bisnis properti, dibangun beragam perumahan penduduk dengan berbagai tipe yang bersegmentasi lapisan ekonomi ke atas serta mall megah.

Belum lagi jalan-jalan ke arah Pall Dua terdapat bangunan pasar tradisonal berkonsep modern Pasar Segar menambah denyut ekonomi Manado berdetak kencang. Dan di kawasan Boulevard sampai menuju Bahu Mall sudah ketambahan tiga pusat perbelanjaan megah yakni Mega Trade Center, Manado Town Square (Mantos) Dua dan Star Square.

Gejala macetnya arus lalu lintas Manado tidak terlepas dari meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Masyarakat dimudahkan memiliki mobil atau pun motor, dengan uang muka ringan serta cicilan kredit rendah membuat masyarakat lapisan ekonomi menengah pun mampu memperolehnya.

Situasi arus lalu lintas padat merayap di daerah kairagi Jalan AA maramis (photo by rizky adriansyah tribunmanado)

Tetapi sayangnya, hal ini tidak diimbangi infrastruktur jalan dan transportasi masal yang baik, mengakibatkan beberapa jalan di titik keramaian macet padat merayap, banyak orang berkeluh kesah sudah tidak nyaman bertinggal di Manado.

Memang jalan keluar atasi tata Kota Manado bukanlah melalui keluh kesah, tetapi lebih kepada kemauan secara bersama, berniat kuat menguras tenaga dan pikiran mewujudkan Manado tertata kota yang aman dan nyaman.

Denyut nadi pembangunan di Sulawesi Utara, terkhusus di Manado telah menciptakan gairah kemajuan bidang ketenagakerjaan. Hal ini terlihat dari hasil kajian ekonomi regional Bank Indonesia Manado, indikator ketenagakerjaan triwulan satu di 2011 di Sulawesi Utara mengalami peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja.

Konkritnya, dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja di Februari 2010 capai 62,79 persen sedangkan memasuki Februari 2011 berhasil sentuh angka 64,71 persen.

Tentu kondisi progres dunia ketenagakerjaan membawa tingkat kesejahterahaan masyarakat di Sulawesi Utara meningkat di awal tahun 2011 sebab adanya peningkatan upah minimum provinsi serta dampak langsung terpilihnya Sulawesi Utara sebagai tempat penyelenggaraan berbagai event internasional.

Fenomena inilah yang menjadikan Manado sebagai magnet, satu daya tarik si manusia untuk menempati Manado, berkegiatan perekonomian. Gambarannya ada gula ada semut, orang-orang pun akan berpacu berstatus kaum urban, berkompetisi sebagai orang perkotaan yang sifat individualistik dan heterogen.

Semoga Manado kini dan kedepan tidaklah berwujud menjadi seperti wajah Kota Jakarta yang telah rumit semrawut, sesak oleh hingar-bingar manusia urban bahkan yang sampai sekarang Gubernurnya telah berganti-ganti, Jakarta masih hadapi banjir, macet dan tingkat polusi udara buruk serta sistem transportasi masal yang tidak memadai. Majulah daerah ku, Jayalah negeriku Indonesia. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN