KORUPTOR JADIKAN 'SEMPAK' BOLA

Koruptor Jadikan 'Sempak' Bola
Oleh: Budi Susilo

GARA-gara petasan, yang mungkin sisa lebaran kemarin, telah benar-benar jadi sarana penghibur bagi para pesepakbola negara Bahrain di stadion Gelora Bung Karno, Selasa (6/9/2011). Aku pun tak ketinggalan berucap, "Selamat yah, menggondol juara sepak bola di Jakarta atas Indonesia," dengan rasa dongkolnya.

Beda dengan ku, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluapkan kekecewaan mendalam akibat ulah suporter Indonesia yang menyalakan petasan saat pertandingan kualifikasi piala dunia sepakbola antara Indonesia dan Bahrain.

Bunyi petasan yang dinyalakan suporter dalam pandangan para pemain Bahrain dan orang-orang berkepentingan menganggap ulah suporter itu mengganggu pertandingan. Akhirnya si wasit yang merasa bersikap bijak pun ambil keputusan penghentian pertandingan ketika Indonesia kalah dengan skor 2-0.

Tak banyak komentar, Presiden langsung meninggalkan pertandingan dari lantai dua tempat VVIP ke lantai satu menuju parkiran mobilnya untuk selanjutnya meninggalkan stadion proyek mercusuar era Presiden Soekarno itu .

Melihat kondisi pertandingan buruk timnas Indonesia itu, aku pun merasa sesak, gondok di benak, sampai pikiran menyasar ke para koruptor. Cobalah renungkan koruptor, bertobatlah bagi para pejabat serakah, kembalilah pada kitahnya sebagai seorang jongosrakyat.

Koruptor, pikirkanlah uang negara yang kau makan sendiri, itu sebenarnya membuat derita rakyat Indonesia keseluruhan. Jadilah malaikat penyelamat publik yang baik. Idealnya itu, uang yang kau korupsi sebenarnya bisa dimanfaatkan bagi kemajuan sepakbola, mampu beri hiburan dan jadi pelepas dahaga alfa juara. Bukan kau buat jadi Sempak Bola.

"Harta Koruptor mesti disita buat dana pembinaan kader pesepakbola Indonesia. Sungguh malu aku, Garuda sering jadi sempak bola," tegas ku.

Rasa optimis sudah sering aku lakukan untuk kebanggaan timnas berkostum merah berlogo Garuda. Bahkan sampai-sampai sebelum pertunjukan bergulir jantung ku berdebar untuk saksikan gebrakan kepakan sayap Garuda tuk dapat taklukan Bahrain di Senayan.

Apa daya, sejarah berkata lain, dewi fortuna masih berpihak pada Bahrain, timnas Garuda tumbang oleh negara jazirah Arab tersebut, tapi aku merasa itu adalah kesuksesan tertunda, ku yakin ke depan menang.

"Kalau kau tak super hero, ku selalu mengagumi mu. Walau kau sering galau, ku selalu menyemangatimu. Meski kau susah, ku tetap mendekap. Jayalah sepakbola Indonesia," tutur ku. ()

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN