METAMORFOSA LALU LINTAS MANADO
Metamorfosa Lalu lintas Manado
Oleh: Budi Susilo
Saat kondisinya tepat, reptil Bunglon melakukan Mimikri, beradaptasi mengikuti ruang habitatnya, sebagai upaya mempertahankan diri dari serangan musuh. Pelajaran Bunglon melalui proses Mimikri menandakan makhluk tidak berakal pun perlu adanya sebuah perubahan.Oleh: Budi Susilo
Semua di alam semesta ini, apa itu yang namanya evolusi maupun revolusi adalah bagian yang pernah dialami. Seolah, perubahan itu bagai dua mata uang keping, yang tidak bisa terpisah. Satu sama lain menjadi pengiring perjalanan kehidupan, tidak terkecuali mereka para mahkluk berakal yang bernama manusia.
Itulah kenapa tokoh sang reformis dunia, Nabi Muhammad SAW pun, di tahun 622 berhijrah, melakukan perubahan ke kota Madinah, kota yang berjarak 200 mil dari sebelah utara Mekkah. Bersama umatnya di Madinah, membentuk masyarakat yang Baldatun Toyyibatun Wa Rabbun Ghaffur, sebuah negeri makmur sejahterah sehat sentosa, yang belum pernah mereka peroleh di kota sebelumnya, Mekkah.
Baru-baru ini pun tokoh politisi abad 21 yang pernah bertempat tinggal di Jakarta, ibukota Indonesia, yakni Barack Obama, yang pada 20 Januari 2009 telah bertahta di kursi orang nomor satu Amerika Serikat pernah di antara isi pidatonya mendengungkan sebuah kata perubahan. "All things are possible ! Yes, we can !," katanya. Melalui arti optimis ini, kemudian membuat dirinya dengan kendaraan partai politiknya bernama Demokrat, ia menang menjadi seorang presiden Amerika Serikat yang ke 44, menggantikan George Walker Bush Jr.
Perubahan itu semacam bentuk aksi berani, keluar dari kebiasaan. Mendobrak batas-batas kaku, lebih mencari nilai fleksibel, mengikuti pola alur dinamisasi. Mereka yang melakukan perubahan dan berhasil menciptakan suasana lebih baik dianggap sakti mandra guna. Dianggap penggagas modernisasi, pelengkap bagian unsur para tradisionalis.
Berbicara perubahan, sejarah pun berkata, Jumat (27/8/2010), ibukota provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Kota Manado rupaya bermetamorfosa, berusaha melakukan perubahan tata perkotaan lalu lintas. Kota yang bercita-cita menjadi daerah pariwisata dunia ini mencoba menerapkan jalur satu arah (One Way Traffic). Meski pihak kepolisian menyatakan barulah uji coba, perubahan ini seolah hasilnya tidak menyelesaikan persoalan lalu lintas perkotaan.
Bayangkan, ketika digulirkan satu jalur di sektiar pukul 08.00 Wita, ruas Jalan Piere Tendean, Sam Ratulangi, dan Sarapung padat dipenuhi oleh tumpukan kemacetan kendaraan bermotor. Ironisnya, kendaraan seperti mobil tidak satu pun yang sama sekali bisa bergerak. Banyak masyarakat Sulut yang malah mengumpat pemberlakuan sistem tersebut, seperti antara lain melalui situs jejaring sosial Facebook. "Macet total. Sistem gagal. Bikin tambah pusing kepala," ujar satu di antara Facebokers yang mengumpat di situs Facebook-nya.
Mereka yang ungkapkan kekesalan di luar dunia maya, seperti Juhimin, sopir angkutan umum jurusan Malalayang sangat mengeluh kesah. "Perubahan jalur ini menyulitkan kami sebagai supir untuk mencari penumpang. Bisa mempengharuhi hasil setoran kami menjadi turun," katanya.
Pemerintah daerah Kota Manado menerapkan hal ini mengaku berangkat dari kecintaannya terhadap penciptaan Kota Manado sebagai tempat hunian yang ideal. "Kan baru ujicoba. Nantinya kalau sudah ditemukan alternatif lain ada hasilnya. Tapi intinya ini untuk menghindari dan menjadikan lalu-lintas di Kota Manado semakin lebih baik menuju kota maju," ujar Penjabat Walikota Manado, Robby Mamuaja yang juga Plh Gubernur Sulut.
Semoga, persoalan apa yang dialami pemerintah bersama rakyatnya tersebut adalah bagian wujud kecintaannya terhadap Kota Manado. Berupaya menciptakan cita-cita luhur, kota yang aman, nyaman dan tentram untuk semua. Meminjam ungkapan arti cinta dari Khalil Gibran, hakikat cinta adalah rintihan panjang yang dikeluhkan oleh lautan perasaan kasih sayang. Ia adalah cucuran air mata kepedihan langit pikiran. Ia adalah senyuman ceria kebun-kebun bunga jiwa.
Mengubah sesuatu itu butuh proses, terkadang tidaklah langsung sukses. Melakukan perubahan ada semacam yang di istilahkan oleh Barack Obama, perlu ada sedikit kemunduran sesaat untuk mencapai kemajuan yang jauh lebih besar. "There are many who won't agree with every decision or policy I make as president, and we know that government can't solve every problem. But I will always be honest with you about the challenges we face." katanya.
Apalagi mengatasi kemacetan perkotaan, bukan seperti si tokoh dongeng asal Timur Tengah Aladin yang menggosokan lampu wasiat milikinya, keluar Jin, segala persoalan terselesaikan secara sekajap dan hasilnya pun mujarab. Modal utama melakukan perubahan itu perbuatan, dengan pertimbangan yang matang, ketimbang berdiam dan bersikap bimbang yang merupakan sumber dari segala sumber hambatan. Intinya, harus ada tekad juang untuk menerjang segala halang yang merintang.
Mengubah kemacetan lalu-lintas menjadi tertata lancar serta tertib, diperlukan usaha keras serta cerdas. Sebagai upaya solusi, Pengamat Perkotaan Manado Audi Rumayar melontarkan gagasan untuk memecah kepadatan lalu-lintas jantung Manado, diperlukan adanya pembangunan Jalan Boulevard II, perampungan Jembatan Soekarno dan proyek Ring Road. "Semua menjadi prioritas," katanya, Selasa (31/8/2010).
Terkait ini, sebelumnya, Senin (30/9/2010), Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sulut Alex Wowor, menuturkan, akan segera menggesa pengerjaan proyek penuntasan kemacetan Manado. Ditargetkan tahun ini mulai dengan anggaran sebesar Rp 147 miliar, berupa pembangunan jalan dari Maumbi ke Bengkol agar mampu memangkas kepadatan jalur Bitung Manado. Bahkan kemungkinan proyek jalan lingkar tahap III tidak terelakkan. "Menghubungkan perumahan Citraland Winangun dengan kawasan selatan Manado," tuturnya.
Apalah itu namanya, semoga ucapan yang terlontar dari para pemangku pemerintahan dan pihak pendonor seperti Korea Selatan bukanlah hanya sebatas surga ditelinga, manis di ujung bibir. Berbicara perencanaan tetapi sampai tahap tindakan terlupakan. Masyarakat butuh bukti, bukan janji. Perubahan harus menciptakan ke arah perbaikan, tidaklah kemunduran.
Kota yang modern tidak akan bisa terlepas dari permasalahan masyarakatnya yang dinamis. Perubahannya cukup cepat, mengikuti perkembangan kebutuhan jaman yang telah mengglobalisasi, dan kemacetan kota adalah bagian dari masalah perkotaan yang terus berkembang. Kemacetan bukanlah persoalan yang harus menjadi sumber keputusasaan, tetapi lebih untuk dijawab persoalan tersebut. Mengatasi, menaklukan, dan menjadikan tantangan untuk kebaikan ke depan.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010, laju pertumbuhan penduduk provinsi Sulut per tahun selama sepuluh tahun terakhir 2000 hingga 2010 sebesar 1,41 persen dengan total jumlah penduduk sementara adalah 2.265.937 jiwa yang terdiri dari 1.157.559 jumlah laki-laki dan 1.108.378 perempuan. Dan penyebaran penduduk Provinsi Sulut pun masih bertumpu di Kota Manado, yakni 18,0 persen, dengan laju pertumbuhan penduduk yakni 0,92 persen.
Makanya tidak heran, dampak pesat jumlah penduduk di kota turut berpengaruh terhadap iklim berlalu lintas dan binis otomotif pun sangatlah menggairahkan. Inilah yang turut menyumbang menjadi biang kemacetan jalan. Karena logikanya, semakin bertumbuh penduduknya, maka moda transportasi seperti motor dan mobil sangatlah diperlukan dalam menunjang keberhasilan aktivitas keseharian dan perlengkapan infrastruktur tidak mampu menandinginya, maka penataan lalu lintas mesti ada perubahan. Menyeimbangkan, mengembangkan dan menyesuaikan sesuai kebutuhan perkotaan.
Berbicara kepadatan lalu lintas kota Manado, yang membuat kemacetan perkotaan itu tidak bisa terlepas dari ceruk manisnya bisnis roda empat di Sulut. Perkembangan bisnis otomotif di Bumi Kawanua Sulawesi Utara (Sulut) bagai gula pasir manis dikerumuni ratusan semut. Perputaran roda perdagangan industri kendaraan bermotor roda empat di Sulut seakan tidak pernah mati, melesat menyentuh atap langit bumi. Perkembangan jumlah permintaanya selalu membuat senyum para produsen otomotif.
Peta pasar otomotif di Sulut mengandung prospek cerah, segementasi konsumen mampu tergarap secara positif. Pengalaman inilah dirasakan oleh satu di antara perusahaan otomotif terkemuka asal Jepang, Daihatsu. Sejak lama, sekitar di tahun 1982, Daihatsu telah menancapkan kuku bisnisnya di Sulut menandakan perusahaan ini masih eksis mengibarkan bendera Brand Market Product sampai sekarang ini berkat dukungan iklim pasar Sulut yang baik.
"Di tahun 2010 ini, tiga bulan terakhir tren-nya terus naik. Ini kenaikannya di semua tipe mobil baik itu di cabang delaer Manando, Malalayang dan di Gorontalo," ungkap Branch Manager Daihatsu Sulut dan Gorontalo, Tulus Pambudi ketika berbincang di ruang kerjanya Jalan Martadinata, Rabu (25/8/2010).
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, perhitungan dari Mei, Juni hingga Juli di tahun 2010 total penjualan di Manado tumbuh 19 persen, dan cabang Malalayang menyentuh angka pertumbuhan 26 persen serta di Gorontalo berada di posisi 14 persen. "Kontribusi penyumbang penjualan ada di mobil tipe Xenia sebesar 50-an persen dan berikutnya di susul mobil Grand Max dan Pick Up sejumlah 25-an persen," kata Tulus.
Ia menjelaskan, tren kenaikan penjualan di tiga bulan terakhir tidak terlepas dari adanya faktor internal. Daihatsu memiliki pelanggan setia, berkat pelayanan yang diberikan memuaskan dan program promo yang menggiurkan semisal adanya pengembalian uang bayar sampai Rp 12 juta di tipe tertentu. "Kami pun rutin juga melakukan pameran-pameran di pusat perbelanjaan. Untuk lebih mendekatkan lagi ke para konsumen," tuturnya.
Sisi eksternal pun turut mendongkrak volume jualan Daihatsu, jelas Tulus. Semisal maraknya lembaga keuangan yang memberi berbagai promo menjadikan pasaran kredit mobil Daihatsu turut kecipratan rezeki. Pasalnya, banyaknya lembaga keuangan Leasing, mau tidak mau masing-masing mengumbarkan program promo yang menarik buat konsumen yang berkeinginan kredit. "Belakangan lembaga Leasing sangat agresif. Mengeluarkan paket promo potongan uang muka ringan sebanyak 10 persen, bahkan bunga cicilan per tahun cuma 4 persen," katanya.
Berikut faktor eksternal lainnya, tambah Tulus adalah berkat di untungkan oleh kondisi sosial kultural masyarakat yang bertempat tinggal di Sulut dan Gorontalo mampu menciptakan suasana keamanan dan ketertiban yang baik. "Stabilitas kondusif buat iklim investasi dan berbisnis akan berjalan mulus. Kondisi masyarakatnya dalam keadaan rusuh pasti akan mengganggu roda perekonomian," ujarnya.
Ia menuturkan, di Sulut yang baru usai menggelar pesta demokrasi, memilih pemimpin kepala daerah tidak sempat terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Bergulir tanpa ada kerusahan masal, kedamaian tetap terjaga.
"Di daerah lain belum tentu bisa seperti Sulut. Tapi hebatnya Pemilukada di Sulut berjalan damai. Tidak mengganggu aktivias perekonomian. Malahan adanya pelaksanaan Pemilukada yang serentak di Sulut membuat banyak uang yang dibelanjakan dan beredar di pasaran Sulut," kata Tulus.
Di tempat terpisah, Sales Manager Main Dealer Toyota Sulut PT Hasjrat Abadi, Harlod Kansil menuturkan, pasar mobil Toyota di Sulut besar, tetapi sayangnya ketersediaan unit yang ada terbatas. "Penjualan mobil Toyota di Juni ke Juli mengalami kenaikan 30 persen. Ini terlihat sejak adanya panen raya cengkeh," tuturnya.
Hal senada, Yudha Hendarwan, Manager Operational Suzuki Mobil PT Sinar Galesong Pratama, menuturkan, jualan mobil Suzuki sangat dirasakan mengalami kenaikan. Terhitung dari Juni ke Juli naiknya 50 persen. Kebanyakan pasar meminati mobil Suzuki APV, yang mampu muat banyak untuk keluarga. "Mobil APV cocok buat mereka yang ingin mudik lebaran sekeluarga," katanya yang kemudian menjelaskan pasaran pertama kali mobil merek Suzuki di Indonesia adalah kota Manado oleh Soebronto Laras, Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional.
Lainnya, Rudi Wirawan Nawing, Sales Supervisor PT Astra Internasional Isuzu Manado menuturkan, terhitung Juni sampai Agustus 2010 terjadi kenaikan penjualan dari 16 persen hingga mencapai 42 persen. "Paling mencolok pada mobil Truk. Kami telah menjadi nomor satu dalam penjualan. Semua berkat inovasi, kerja tim dan memberlakukan harga yang kompetitif," ungkapnya, Jumat (27/8/2010).
Sementara, berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Sulut, mencatat pada Juli 2010 kendaraan roda empat yang berlalu-lalang di sekitaran kota Manado menyentuh angka 66.156 unit. Sedangkan hitungan secara keseluruhan provini Sulut, total roda empat adalah 105.937 unit. Bila rata-ratanya penambahan mobil di Sulut 2000 sampai 3000 unit per bulan dan Manado menjadi kota yang pesat jumlahnya yakni antara 70 sampai 100 unit per bulan.
Pengamat Ekonomi Sulut, Agus Tonny Poputra menjelaskan, untuk mempertahankan dan bahkan untuk meningkatkan bisnis otomotif kendaraan mobil di Sulut, pemerintah daerah mesti terus meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur jalan yang memadai. "Tidak mungkin jalan rusak mobil bisa jalan. Orang akan malas beli mobil jika jalan rusak," ujarnya.
Selain itu tambahnya, pendapatan masyarakat harus diperhatikan. Setidaknya tetap terjaga normal. Sebab, pendapatan turut pula mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap mobil. "Pendapatan masyarakat tinggi akan banyak masyarakat yang mampu membeli mobil," tegasnya.
Untuk itu, jelasnya, penduduk Sulut yang sebagian besar sekitar 34 persen menekuni profesi di sektor perikanan, pertanian dan perkebunan mesti mendapat dukungan pemberdayaan dari semua pihak, baik itu pemerintah maupun swasta. "Sektor perikanan, pertanian dan perkebunan menyumbang 20 persen pendapatan daerah. Makanya sektor Agrobisnis di Sulut harus tetap diberdayakan," tuturnya.
Mengenai perilaku pengemudi pun tidak bisa dilepaskan terhadap kemajuan pasar mobil di Sulut. Menurutnya, tidak mungkin bila para pengemudi yang tidak tertib mampu menciptakan kondisi berlalu lintas yang aman dan nyaman. Satu di antara orang membeli mobil itu adalah untuk alat transportasi yang tentu perlu ada prasyarat kenyamanan dan keamanan memakai mobil, jika tidak tidak, mungkin akan membeli mobil. "Ada tugas bagi para penegak hukum untuk menegakan Undang-undang lalu lintas secara tegas. Serta kesadaran masyarakat untuk berlalu lintas secara disiplin tidak merugiakan banyak orang," ujar Agus.
Betul memang, sehebat apapun itu infrastruktur perkotaan tidak didukung oleh kedisiplinan masyarakatnya dalam berlalu-lintas, hambar rasanya, bagai sayur asam tanpa garam. Menanggalkan kedisiplinan mengemudi itu berarti menghidupkan kecelakaan, seakan mengundang bencana besar di masyarakat berlalu lintas, dampaknya kehidupan bermasyarakat tidak tercipta kenyamanan, ketenangan dan kedamaian. ()
Komentar
Posting Komentar