GOTONG-ROYONG TENTARA DAN PETANI GUNUNG BINJAI

Bangun Bendungan
dari Ribuan Karung Pasir

Menjelang matahari terbenam, sinar surya yang masih sepenggelan menyinari hamparan persawahan yang menghijau di Gunung Binjai, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Kamis 13 Oktober 2016.

SUASANA alamnya yang permai perdesaan, memberi warna kota minyak sebagai metropolitan yang masih menonjolkan agrarisnya. Pengelolaan sawah ditempat ini dibangun dengan suasana kekeluargaan.

Kala itu, Romadhan yang ditemani istri dan rekannya dari Babinsa, masih terlihat sibuk menancapkan bibit padi di sebidang tanah sekitar satu hektar. Kegiatan bertani itu memasuki masa tanam kedua.

Pelaksanaan pertanian di RT 15 itu dilangsungkan secara gotong-royong, antara satu petani dengan petani yang lainnya bersatu membangun ekonomi bersama dengan unsur Babinsa Kodim Balikpapan. Pertanian dianggap sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat setempat, mengingat daerah ini subur, sangat cocok ditanami tanaman pangan.

"Saya sudah dari tahun 1992 bertani disini (Gunung Binjai). Dari mulai habis menikah sampai saya punya anak lima masih bertani disini. Betah sampai sekarang," ungkap Romadhan yang lahir di Penajam Paser Utara pada 7 Juli 1965 ini.

Menurutnya, pertanian di Gunung Binjai dikerjakan secara kelompok yang diberikan pendampingan dari Babinsa Kodim 0905 Balikpapan. Segala persoalan yang menggelayut pada dunia pertanian dihadapi secara musyawarah, mencari solusi bersama.

Photo by Tribunkaltim

Seperti yang terjadi belakangan ini, bendungan irigasi persawahan sempat jebol akibat pembangunan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dianggap tidak tangguh. Usia infrastruktur irigasinya masih seumur jagung, belum berpuluh-puluh tahun namun sudah rapuh.

Akibat kondisi itu, pengairan ke sawah tidak beraturan. Distribusi pengairan sawah hancur berantakan. Ketika musim hujan deras berhari-hari, air sungai Selok Api meluap, dan air masuk melimpah melewati irigasi yang jebol, kawasan persawahan Gunung Binjai terendam air tinggi.

"Sawah saya sempat terendam. Untungnya masih baru tanam, masih bibit, kena rendam air banyak tidak rusak. Kalau sudah tinggi dewasa kena air pasti tidak keluar padi. Gagal panen," ungkap Romadhan, yang pernah dua kali sawahnya terendam genangan air.

Melihat kondisi itu, petani bersama Babinsa memutar otak. Cara yang pertama mengusulkan bantuan ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk memperbaiki irigasi sawah yang rusak. Tetapi akhirnya berujung menggantung, sampai berhari-hari ditunggu tidak kunjung datang bala bantuan dari Pemda.

Tidak patah arang, petani dan TNI mengambil pepatah "Banyak Jalan Menuju Roma," bersama-sama mengatasi melalui swadaya dengan kreativitas dari alat-alat yang tersedia. Puluhan petani bersama 15 orang tentara kerja bakti membangun bendungan sendiri, menggunakan karung bekas yang diisi pasir.

Photo by Tribunkaltim

Tenaga manusia sampai puluhan dikerahkan turun ke lokasi jebolnya irigasi karena yang jebol itu dipasang sampai sekitar 2000 karung. Satu di antara yang ikut, Yusran, Babinsa Teritip, mengungkapkan, pengerjaan mesti segera dilakukan, tidak perlu berharap banyak kepada pemda. Andai tidak cepat diatasi, para petani akan mundur masa tanamnya.

"Panen bisa dua kali dalam setahun. Kalau irigasi masih rusak petani nanti hanya bisa merasakan panen sekali saja dalam setahun. Rugi. Kasihan banyak yang mengandalkan rezekinya dari pertanian," tutur Yusran, yang lahir di Kota Samarinda ini.

Sebenarnya, tidak soal itu saja, peran Babinsa Teritip. Seperti lainnya, babinsa turut memberi jembatan penyaluran bantuan pupuk bersubsidi dari pemerintah ke para petani. 

Babinsa posisinya hanya mendampingi serta mengawasi supaya pupuk subsidi tidak diselewengkan. "Pupuk yang diberikan itu bisa sampai 350 kilogram untuk per kelompok petani," ujar mantan atlet pegulat berprestasi ini.

Selain itu, upaya mensukseskan intensifikasi pertanian, babinsa juga memberikan penyuluhan edukasi soal perkembangan terkini dunia pertanian. Termasuk dalam penggunaan teknologi bajak sawah.

Petani di Gunung Binjai tidak lagi memakai hewan kerabu, tetapi diberi fasilitas mesin traktor dengan cara didorong. "Traktor siapa saja bisa pakai. Bukan milik pribadi. Saya hanya tugas mengawasi penggunaannya," katanya.[1] ( )


[1] Koran Tribunkaltim, “Gotong-royong Tentara dan Petani Gunung Binjai; Bangun Bendungan dari 2000 Karung Pasir,” terbit pada Jumat 14 Oktober 2016, pada halaman depan yang bersambung ke halaman 11, rubrik Tribunline.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN