MEMBUMIKAN KOMUNITAS ASEAN 2015

Membumikan Komunitas ASEAN 2015
Oleh: Budi Susilo

Tidak seperti biasanya, ruangan interior Gedung Carakaloka Pusdiklat Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia dipenuhi orang-orang berkaos putih, Sabtu (24/8/2013).

Hampir ada ratusan orang yang berkumpul di dalam ruangan. Ini tak lain karena gelaran seminar pencerahan mengenai komunitas Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) 2015.

Para pembicara memaparkan mengenai dunia Asean, Sabtu (24/8/2013)_budisusilo

Mereka yang datang adalah para blogger dan para mahasiswa yang peduli terhadap dinamika hubungan internasional. Bercampur aduk, dari pria wanita, muda dan tua menyatu dalam kebersamaan. Selain itu, kegiatan tersebut juga menghadirkan pembicara-pembicara yang terpercaya dibidangnya.

Diantaranya I Gusti Agung Waseka Puja Dirjen Kerjasama Asean Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Menteri Komunikasi dan Infromatika RI Tifatul Sembiring, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Raja Sapta Oktohari dan Aidir Akbar Madjid dari Independen Finance Planner.

ASEAN itu bagian dari organisasi geopolitik dan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara. Sudah lama didirikan, tepatnya pada 8 Agustus 1967 di Bangkok Thailand.

Melihat perkembangan yang dinamis, maka di tahun 2015 nanti, berdasarkan kesepakatan ada penetapan komunitas ekonomi ASEAN 2015. Sebagai ajang sosialisasi dan upaya Indonesia memantapkan di kancah tersebut maka dibuat pertemuan diskusi interaktif.

Tajuk yang diangkat di seminar tersebut adalah “Asean Connectivity menuju komunitas ekonomi ASEAN 2015: peran dan kontribusi blogger dan sosial media dalam dalam menghadapi integrasi ekonomi ASEAN.”

Antusias para blogger luar biasa. Menyimak para pemateri, sejauh mana akan perkembangan ASEAN, tantangan dan keuntungannya bagi negara Indonesia. Tidak semua orang mengetahui apa itu ASEAN ? Dan apa, serta mengapa lahirnya komunitas ASEAN 2015.

ASEAN Diramalkan Kawasan Maju
Dikesempatannya, I Gusti Agung Weseka Puja pembicara seminar, bercerita mengenai kebanggaannya menjadi penduduk ASEAN, sebagai kawasan yang akan berkembang maju.

Secara geografis, bangganya, ASEAN memiliki luas daratan sebanyak 4,46 juta kilometer persegi. Indonesia masuk sebagai negara terluas di antara negara-negara ASEAN. “Konektivitas negara-negara ASEAN syarat penting bagi ekonomi yang berkelanjutan,” katanya. 

Baginya, komunitas ASEAN terbentuk maka jalinan kerjasama antar negara lain semakin baik dan mendalam, terutama bagi kepentingan nasional, mengingat Indonesia memiliki keunggulan. “Kita mampu bersaing, punya sumber daya manusia yang besar. Tidak ada lagi keraguan, kita siap sambut dan optimis,” urai Gusti.

Komunitas ASEAN, rencananya akan mulai resmi berjalan pada 31 Desember 2015. Perlu kesiapan matang dengan melakukan sosialisasi sejak dini, mengingat agenda komunitas ASEAN dirancang untuk kemajuan bersama, kemakmuran rakyat Indonesia. “Harus siap, sejak dini dilakukan untuk sambut tantangan di 2015 nanti,” tegasnya.

Modal terpenting lainnya bagi Indonesia ialah wilayah geografis yang strategis dan menguntungkan, mengingat memiliki lautan luas. Pasalnya, pembangunan kedepan lebih banyak mengandalkan maritim. “Bukan lagi daratan, sudah berubah,” ungkap Gusti.

Terlebih lagi, tambah Gusti, posisi Indonesia pada tahun 2011 masuk peringkat 16 pertumbuhan ekonomi terbaik dunia dengan pendapatan domestik bruto sebesar Rp 11 triliun. “Di tahun 2045 kita targetkan masuk peringkat 8 dunia,” tegasnya.

Wadah Bibit Perdamaian
Semenjak terbentuknya organisasi ASEAN, suasana perdamaian tercipta dengan baik, hubungan antar negara terjalin erat. Tidak heran, kata Rizal Affandi Lukman, Deputi VII bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementrian Koordinator bidang Perekonomian RI, merasakan hubungan terbina baik sampai puluhan tahun hingga sekarang.

“45 tahuin kita nikmati perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Kita mampu bentuk wadah negara-negara ASEAN, yang menguntungkan kita semua, kita akan lakukan juga di 2015 nanti, kawasan ekonomi,” katanya.

Tetapi ungkapnya, komunitas ekonomi ASEAN 2015 nanti juga akan mencakup pilar budaya dan politik agar keutuhan dan kekuatan negara-negara ASEAN semakin kokoh.  “Komunitas 2015 nanti adalah keinginan dari bangsa kita juga. Mimpi ini sudah dicanangkan pada tahun 2003 lalu di Bali,” urainya.

Yang terpenting, tambahnya, Indonesia harus mau mengubah dari dalam diri sendiri dahulu. Mampu berbenah, menambah pengetahuan dan terus belajar demi meningkatkan kualitas diri agar dapat bersaing di kancah internasional kawasan ASEAN. 

“Kita sekarang punya 55 juta usaha kecil menengah. Ini jadi kekuatan ekonomi kita, yang penting jangan merasa puas dan nyaman, di luar sana ada pesaing yang bisa lebih dari kita,” imbuhnya.

Bekerja Secara Sinambung
Sebagai langkah strategi menghadapi komunitas ASEAN 2015, Menteri Komunikasi dan Telekomunikasi RI, Tifatul Sembiring menegaskan, bangsa ini harus ada keberlanjutan dalam berkegiatan. 

Jangan sudah merasa sukses, tetapi terus berdinamisasi dengan inovasi yang membawa perubahan dan kemajuan, mengingat Indonesia itu merupakan daerah yang memiliki prospek cemerlang, tak ayal Indonesia diidentikan sebagai pasar yang seksi.

“Indonesia punya modal. Kita negara terluas di ASEAN. Bayangkan kalau kita terbang dari sabang sampai marauke butuh waktu 9 jam,” katanya, yang mengawali pidatonya dengan pantun jenaka.

Senada, Aidir Akbar Madjid, dari Independence Financial Planner mengungkapkan, dari total keseluruhan dana pihak ketiga di perbankan Singapura, 60 persen merupakan milik warga negara Indonesia. “Setidaknya negara ini nanti akan menjadi pemimpin ASEAN,” imbuhnya.

Seminar Komunitas Asean 2015 dipenuhi pengunjung, Sabtu (24/8/2013)_budisusilo

Belum lagi katanya, cerita di tahun 2000-an ada semacam ‘serangan’ financial market ke Indonesia, yang dilakukan para penggiat usaha finansial asal negeri singa. “Singapura mampu raih pasar di Indonesia, per nasabahnya bisa kumpulkan satu juta dolar dari orang Indonesia,” ungkap pria berkacamata ini.    

Karenanya, siap atau tidak Indonesia pada tahun 2015, tergantung dari masyarakatnya, apakah komunitas ekonomi ASEAN 2015 sebagai ancaman atau peluang emas yang membawa dampak positif bagi kemajuan nasional Indonesia.

“Tadinya mau di 2011, tapi diundur ke 2015. Negara Indonesia yang minta mengundurkannya,” ungkap dari Raja Sapto Oktohari, seorang pengusaha yang kini menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia).

Jalan keluar agar bisa bersaing di kancah ASEAN, Indonesia mesti berbenah. Selain penguasaan bahasa asing, orang Indonesia harus juga mampu menguasai pasar nasionalnya sendiri dan membenahi pengurusan birokrasi ijin usaha. 

“Urus ijin di Indonesia butuh 46 hari. Harus bawa 4 karton, uang Rp 18 juta. Prosedurnya lama dan mahal. Harus ada satu pintu agar cepat ringkas,” tegas pria yang pernah sebagai pembicara seminar di Universitas Negeri Gorontalo ini.  ( )  
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA