Memanjat Melihat Mentari SENJA sudah mulai merayapi awan Kota Tua Jakarta. Wajah matahari pun mulai jingga, tak lagi putih kilau. Sore ini, angin agak bertiup kencang. Hembusannya mampu menggoyangkan ranting-ranting pohon yang tumbuh di pinggir jalan raya. Aura gedung tua, yang dahulunya sebagai perkantoran bank di jaman Hindia Belanda mulai redup. Matahari yang akan segera pamit pergi, tidur ke dalam perut bumi, membuat gedung tua ini akan semakin buta, gelap gulita. Tak ada orang yang menghuni. Kaca gedungnya berdebu, temboknya pun dijalari tumbuhan-tumbuhan spora, warna cat tak lagi cerah, mirip rumah hantu dalam film-film horor. Inilah nasib gedung tua berlantai tiga itu, megah, namun tak dilirik, dirawat, disayang, dan dimanfaatkan.