BERHATI AL QURAN
Berhati Al Quran
RAMADHAN biasa
disebut juga bulannya Quran, sebab pada bulan ramadhan, lewat malaikat Jibril,
Al Quran diturunkan oleh Allah SWT ke bumi. Maka kemudian, pada bulan ramadhan
inilah masyarakat muslim banyak yang membaca Al Quran.
“Orang-orang banyak
baca Al Quran, tidak seperti biasanya di bulan-bulan luar bulan ramadhan,” ujar
Ustad Mahfudh Makmun, dalam tausiyah sholat tarawih di Masjid Agung Al Azhar
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa 15 Juli 2014.
DI bulan ramadhan ini,
orang-orang berlomba membaca Al Quran terbanyak. Setiap umat yang bertakwa
menargetkan, membaca Al Quran di bulan ramadhan harus mencapai khatam.
“Yang belum bisa baca
target harus bisa baca Quran. Yang bisa khatam, targetkan baca terjemahannya.
Yang sudah bisa khatam dan terjemahan maka targetkan juga pelaksanaannya,”
urainya.
Menurutnya, Al Quran
sengaja diturunkan oleh Allah ke muka bumi karena tujuannya untuk memberi
petunjuk umat manusia. Al Quran dijadikan pedoman hidup manusia. Hidup tanpa Al
Quran, manusia akan tersesat.
(sketsa by budi susilo) |
“Kita kalau
membacanya saja dapat pahala, apalagi mau menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, pasti pahalanya berlipat ganda, kita akan menghuni surganya Allah,”
tutur Ustad Mahfudh.
Jangan heran,
belakangan ini di Indonesia sudah mulai ramai anak didik yang mahir membaca Al
Quran, bahkan mampu menghafalnya, tanpa harus membaca.
Makanya, imbau dia,
setiap ibu-ibu yang sedang memasuki proses mengandung anak, sebaiknya melakukan
aktivitas membaca atau mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Quran.
Ekses buat mereka
yang mau membaca Quran adalah, akan memberi pikiran menjadi cerdas. “Membaca
satu huruf saja, kita akan dibalas sepuluh kebaikan,” ungkapnya.
Serupa Ember Bolong
Mengenai aktivitas
membaca, ada cerita asik antara seorang anak (cucu) dan kakek. Cerita ini
bermula dari kegemaran sang Kakek membaca Al Quran. Kala kakek sedang membaca
Al Quran di teras rumah, datanglah cucunya. Lalu cucu ini bertanya kepada
Kakek.
“Kek, saya lihat, kok kakek sering membaca Al Quran. Emang
manfaatnya apa kek ? Apakah kakek tahu terjemahan dari Al Quran itu ?,” ujar
cucu dengan pertanyaan yang bernada kritis.
Secara sederhana
Kakek pun menjawab pertanyaan cucunya dengan singkat dan tegas. “Kalau soal
terjemahan isi Al Quran, kakek memang belum tahu banyak. Masih sebatas membaca
saja,” ungkapnya.
Dan langsung di
komentari cucunya, “Lho, kalau tidak
tahu artinya, kenapa kakek mau membacanya ? Itu sama juga sia-sia dong, membaca tapi tidak tahu artinya.
Gimana sih kakek ini ?,” keluhnya.
Karena sang kakek
sudah berumur tua, dan sudah banyak makan asam garam kehidupan, lalu si kakek
menjawab pertanyaan cucunya dengan sebuah ember plastik yang sudah
berselimutkan debu.
“Coba sekarang kamu
harus turuti kata kakek ya. Ayo kamu ke belakang rumah ambil ember dan paku
untuk dibawa kesini,” perintah kakek. Tanpa berpikir panjang, sang cucu pun
langsung bergegas tuk melaksanakan perintah kakeknya.
Singkat cerita,
setelah dapat ember dan paku lalu sang cucu kembali mendapat instruksi dari
kakenya. “Nah sudah ada ember dan
paku. Sekarang kamu lubangkan ember itu dengan paku. Ayo sekarang juga !,”
perintah sang kakek kepada cucunya.
Usai embernya
dilubangi, kemudian sang cucu kembali diberi perintah lagi. “Tindakan
selanjutnya kamu harus pergi ke sungai sana, membawa ember, lalu isi ember itu
dengan air,” urainya.
Kalau nanti sudah
terisi dengan air, jangan lupa langsung bawa kembali kepada kakek. “Ada lagi
yang mau ditanyakan ? Kalau sudah jelas, ayo segera pergi laksanan perintah
kakek !,” tegasnya.
Pergilah anak itu ke
sungai. Anak itu menuruti perintah kakeknya. Dan kemudian sekembalinya ke rumah
dengan napas ngos-ngosan, si cucu agak linglung.
“Waduh kek, airnya tadi sudah saya tampung di
ember tapi airnya mengucur karena embernya sudah bocor,” lapornya kepada sang
kakek.
“Hemmm, kakek tidak mau tahun. Coba sekarang lakukan sekali lagi.
Ayo lekas pergi lagi ke sungai sana,” perintah kakek. “Baiklah kek,” celetuk si
cucu tanpa keluh kesah.
Nah, beberapa menit kemudian,
ketika si cucu menghadap ke kakek ternyata hasilnya sama dengan yang
sebelumnya, membawa ember tanpa ada isi air. “Waduh kek, saya menyerah. Maksud
dari ini semua apa ya ?,” tanyanya.
Kemari nak, duduk
disini. Bersantai dulu, atur nafas mu, biar tubuh mu lebih terasa rileks. “Mau
tahu jawabannya,” tanya kakek, yang mencoba membuat rasa penasaran cucunya.
“Iya mau dong kek, apa maksud dari
ini semua,” ujar si cucu.
Jadi apa yang kamu
lakukan itu semua adalah analogi yang dihubungkan ke aktivitas membaca Al
Quran. Buat mereka yang baca Al Quran tetapi belum tahu artinya, sama halnya
dengan ember bolong yang kosong, tak dapat dipakai untuk menampung air.
Maksud spesifiknya,
membaca Al Quran itu dapat memberi hati jadi jernih, bersih, meski
terjemahannya belum mengerti. Sama dengan ember bolong, walau airnya tumpah
karena lubang-lubang, tapi kondisi ember jadi lebih bersih ketimbang dari
kondisi sebelumnya. ( )
Komentar
Posting Komentar