RAMADHAN PERKUAT JATI DIRI
Ramadhan Perkuat Jati Diri
BAGAIMANA kondisi
keimanan dan ketakwaan seorang muslim di luar bulan ramadhan, apakah akan lemah,
atau tetap kuat menjaga nilai spiritualitasnya ? Tentu jawaban ini dapat
dijawab oleh mereka, tiap pribadi masing-masing.
Untuk mengukur sejauh
mana orang tersebut beriman dan bertakwa, pada Senin 7 Juli 2014, Ustad Samsir
Kamaludin membocorkan lewat taushiyah kepada jamaah sholat tarawih di Masjid
Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Katanya, orang yang
lemah nilai spiritulanya dapat diketahui lewat ciri karakter yang tidak tahan
terhadap hawa nafsu yang merusak. Dalam diri lebih banyak didominasi hawa
nafsu, ketimbang rasa sabar, bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT.
“Malas untuk
menjalankan perintah Allah dan mau mengerjakan apa yang dilarang oleh Allah.
Juga tidak mau mematuhi apa yang telah ditentukan rasululllah,” ujarnya, yang
kala itu Ustad Samsir mengenakan baju koko putih.
Disinggung dalam Al
Quran surat Al Furqon ayat 43, menegaskan, “atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka
itu tidak lain, hanyalah seperti bintang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu).
(sketsa by budi susilo) |
Gejala yang dilami
setiap muslim ialah mulai kendurnya keimanan dan ketakwaan saat ramadhan telah
usai. Jika puasa ramadhan selesai, dorongan untuk beribadah kepada Allah
menurun.
“Sholat di masjid
jarang, hidup mewah megah, hidup tak sosial, gemar menjalankan larangan Allah,
suka menunda sholat, malas membaca Al Quran, lebih meluangkan waktu untuk jadi
makmum di depan televisi,” urainya.
Andai saja manusia
mengikuti langkah yang tidak dibenarkan oleh Allah dan rasulullah, berarti
telah tunduk pada langkah-langkah iblis. “Sombong pada orang ini sama saja
dengan sifat iblis. Kalau kita ikut-ikutan sombong berarti sama dengan iblis,”
tuturnya.
Menurutnya, bulan
ramadhan itu adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah, kepada hamba-hambanya
untuk memperkuat jati diri menjadi seorang muslim yang sejati.
Di bulan ramadhan
bisa berpuasa, belajar menjadi manusia yang sesungguhnya, menahan godaan hawa
nafsu yang bisa membatalkan puasa dan bukan menjadikan diri berwatak syetan.
“Jangan anggap kalau
sudah selesai ramadhan kita tidak lagi rajin ibadah. Harusnya pelajaran di
ramadhan membekas sampai kapan pun,” kata Ustad Samsir.
Ia menambahkan, bahwa
segala ucapan dan tindakan diawasi langsung oleh Allah. Semua kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, baik itu aktivitas terbuka dan tertutup tetap diketahui
semuanya oleh Allah SWT.
Walau berbuat dosa secara
diam-diam hingga manusia yang lain tidak mengetahui, maka Allah akan tetap
mengetahui. “Kita, aku, kalian semua setiap detik diawasi oleh Allah. Bila kita
bisa sadari ini, pasti kita akan tetap selalu taat pada Allah, menjadi seorang
muslim yang bertakwa,” tegasnya. ( )
Komentar
Posting Komentar