KRI AJAK 653 DI TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Siap Menerkam Bak Anjing Hutan
Tepian dermaga Pelabuhan Malundung
Kota Tarakan kala itu bermandikan sinar fajar yang hangat, Minggu 3 April 2016
pagi. Pancaran mataharinya menerangi pelabuhan yang saat itu sedang kedatangan
tamu, hadirnya Kapal KRI Ajak 653.
KEBERADAAN
kapal itu di Kota Tarakan dalam rangka latihan militer gabungan Tentara NasionaI
Indonesia (TNI) yang diselenggarakan di perairan Mamburungan Kota Tarakan,
Provinsi Kalimantan Utara.
Merapatnya
Kapal KRI Ajak di Pelabuhan Malundung Pelindo 4, seolah artis pendatang baru.
Pagi itu, masyarakat yang sedang berjalan-jalan berolah-raga di dalam
pelabuhan, memanfaatkan waktu untuk memotret perahu ke dalam rekaman perangkat
gawai.
Warga kagum,
Republik Indonesia mempunyai peralatan militer yang berdaya guna, yang
dilengkapi peralatan canggih. Apalagi kapal ini jarang sekali bisa dilihat
secara langsung lebih dekat.
Waktu itu, Tribun
dipercaya terlibat dalam kegiatan pelatihan militer, diberi kesempatan untuk
naik ke Kapal KRI Ajak melihat situasi kondisi geladak kapal, sudut-sudut kapal
hingga masuk ke dalam ruangan kemudi nakhoda kapal.
Tidak hanya
itu saja, sekitar pukul 07.00 Wita, Tribun dibawa berlayar memakai Kapal KRI Ajak
ke tengah lautan mengarah ke lautan Mamburungan sebuah kawasan perairan yang
sangat dekat dengan markas Lantamal XIII Tarakan.
Kapal ini
digunakan bukan untuk latihan perang namun sebagai sarana bagi Tribun untuk
menyaksikan latihan militer di lautan secara lebih dekat agar bisa memahami
alur drama latihan perangnya.
Turut serta
di Kapal KRI Ajak itu Panglima
Komando Cadangan Startegis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letnan Jendral TNI Edy
Rahmayadi yang didampingi Pangdam Kodam VI Mulawarman, Mayor Jendral TNI Benny
Indra Pujihastono dan Danlatamal XIII Tarakan, Laksamana Pertama
TNI AL Wahyudi H Dwiyono.
Tema latihan
perang yang diangkat mengenai pembebasan sandera dari tangan para teroris yang
telah membajak kapal tangker milik sandera. Lokasi adegan ini ada di perairan
laut Mamburungan.
Pembebasan
sandera itu dilakukan oleh tim Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC), yang ahli
dalam bertugas menangani sandera di kapal laut, pesawat terbang, bus, kereta
api, pegunungan, perbukitan, bangunan gedung dan hutan belantara.
Soal Kapal
KRI Ajak sendiri, lahir di bumi pertiwi tahun 1989, yang perakitan kapalnya
dilakukan di Surabaya sedangkan bahan baku dan semua onderdilnya berasal dari
Lurssen Jerman.
Diberi nama
Ajak bukan berarti bermakna “melibatkan” apalagi kapal yang sering “mengajak”
pergi berlayar. Penyebutan KRI Ajak ini memiliki filosofis tersendiri, yang
diambil dari nama seekor binatang anjing hutan asli Indonesia yang ada di Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa.
“Kasih nama
Ajak adalah anjing hutan yang punya kecepatan, yang bisa mencapai ke sasaran
secara efektif. Bisa cepat menaklukan incaran,” ungkap Letnan Kolonel Sumardji
Bimoaji, Komandan KRI Ajak 653 yang juga di tahun 1998 pernah menerima Adi
Makayasa Akademi Angkatan Laut.[1] ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Kehadiran KRI
Ajak 653 di Latgab TNI: Siap Menerkam Bak Anjing Hutan,” terbit pada Kamis 7
April 2016, di halaman 23 rubrik Tribunline.
Komentar
Posting Komentar