DATANG KE DATAH BILANG, PRESIDEN SOEHARTO PUN PERNAH
Jelajah Darat Susuri Melalui Air
Setelah berhasil menduduki Long Tebuan, beberapa tahun kemudian atau di tahun 1971, warga Long Ban ini pindah lagi ke Ratah Baru. Dan singkat cerita menginjak tahun 1975, warga Long Ban ini pindah lagi, menetap ke Datah Bilang.
Syukur alhamdulillah,
saya sangat senang bisa menginjakkan daratan perkampungan Desa Datah Bilang,
Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur pada
Jumat 5 Mei 2017 pagi.
Pengalaman emas ini sesuatu yang langka yang mungkin tak
bisa terulang lagi. Tempat yang jarang disinggahi kebanyakan orang, mengingat
tempatnya yang sangat jauh.
Butuh seharian penuh untuk singgah ke lokasi ini, jika berangkat dari Kota Balikpapan melalui jalur darat. Saya sendiri bisa tiba di Datah Bilang dari Kota Balikpapan melalui jalur darat dan air menggunakan speedboat.
Butuh seharian penuh untuk singgah ke lokasi ini, jika berangkat dari Kota Balikpapan melalui jalur darat. Saya sendiri bisa tiba di Datah Bilang dari Kota Balikpapan melalui jalur darat dan air menggunakan speedboat.
Perkampungan Datah Bilang memang panas terik kala cuaca
sedang cerah. Tempatnya lapang, sudah banyak berdiri bangunan rumah penduduk
yang masih terbuat dari kayu. Siang hari sepi, hanya terlihat satu dua orang
lalu-lalang.
Bagi mereka yang setiap yang menyusuri Sungai Mahakam
Ulu, pastinya bakal melintasi kampung Datah Bilang. Ciri perkampungan ini di
depannya ada warung makan mengapung di atas aliran air sungai.
Di tempat inilah yang sering menjadi langganan
orang-orang bersinggah beristirahat sebelum menuju ke Desa Long Bagun atau
sebaliknya dari Long Bagun menuju ke perkotaan Dermaga Tering, Kabupaten Kutai
Barat.
Kampung Datah Bilang diambil dari bahasa dayak. Nama
awalnya Data Bileng yang memiliki makna dataran hijau. Desa Data Bilang dihuni
manusia menjadi sebuah perkampungan dilecut dari adanya kegiatan transmigrasi.
Dahulu kala sekitar tahun 1962, masyarakat dayak dari
Long Apung melakukan perpindahan ke tempat Datah Banyau, lalu pindah lagi ke
Lutan Baru dan kemudian pindah lagi secara bersama-sama memilih Datah Bilang.
Tidak ketinggalan ada juga warga dari Long Ban, di tahun
1955 pindah tempat ke Long Tebuan melalui jalur air menggunakan perahu dan
jalur darat dengan cara berjalan kaki.
Setelah berhasil menduduki Long Tebuan, beberapa tahun kemudian atau di tahun 1971, warga Long Ban ini pindah lagi ke Ratah Baru. Dan singkat cerita menginjak tahun 1975, warga Long Ban ini pindah lagi, menetap ke Datah Bilang.
Konon di tahun 1976, Presiden Soeharto bersama istrinya
Tien Suharto, kunjungi ke tempat ini. Kedatangan presiden dari militer ini meresmikan
tempat ini, sebagai perkampungan pemukiman atau resettlement.
Saat meresmikan perkampungan, Presiden Soeharto
mengimbau, warga yang menghuni Datah Bilang untuk selalu gemar bertani tidak
perlu lagi hidup berpindah-pindah membakar hutan, menebang pohon.
Kala berpidato, Presiden Soeharto memberi instruksi
kepada Wahab Sjahrani, Gubernur Kalimantan Timur kala itu, untuk memberikan
penduduk berupa 10 bibit pohon kelapa dan 10 bibit pohon cengkeh bagi setiap
kepala keluarga.[1]
( )
Suasana tentram perkampungan di Desa Datah Bilang, Kabupaten Mahakam Ulu, Kecamatan Long Hubung, Provinsi Kalimantan Timur. Foto diambil pada Jumat 5 Mei 2017 pagi. (Jongfajar Kelana) |
[1] Antara, 29 Juli 1976, Presiden Soeharto
Kunjungi Pemukiman Penduduk di Pedalaman Kalimantan Timur.
Komentar
Posting Komentar