RELAWAN DI PENAMPUNGAN BEKAS GAFATAR
Pengungsi Membantu Memasak dan Memberi Sayur
Kesibukan para relawan di tempat
pengungsian orang-orang bekas pengikut Gafatar tak pernah surut. Aktivitasnya
masih terpacu untuk melayani para pengungsi, Selasa 26 Januari 2016. Keberadaan
para relawan ini sangat dibutuhkan para pengungsi, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
pangan dan kesehatan.
MEREKA para relawan yang sudah
tiga hari mengabdi kepada pengungsi yang ditempatkan di pendopo Palang Merah
Indonesia (PMI) Kabupaten Bulungan, Jalan Cendrawasih, Tanjung Selor, Kabupaten
Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Satu di antaranya Rina Lesmana,
40 tahun. Ibu beranak satu ini bersama relawan-relawan yang lain mesti
bertanggungjawab memenuhi kebutuhan pangan para pengungsi. “Masak untuk makan
pagi, makan siang, dan makan malam,” urainya.
Namun, kata Rina, dalam hal ini,
dia merasa tidak berat menjalankan misi suci ini. Sebab banyak tenaga masak
yang membantunya, seperti halnya kaum ibu-ibu para pengungsi. “Mereka datang
sendiri ke dapur umum. Mau membantu ikut memasak,” katanya.
Sempat Rina mengobrol dengan
beberapa ibu-ibu pengungsi, katanya, ikut memasak menjadi hiburan mengisi
keseharian. Daripada diam berdiri di pendopo, lebih baik ikut membantu.
Dia pun memperbolehkan ibu-ibu
yang mengungsi membantu relawan tim memasak. “Saya setuju saja mereka itu
membantu memasak. Orang yang tidak ada pekerjaan membuat rasa bosan. Saya
setuju mereka mencari kesibukan buat melupakan kejenuhan,” tutur Rina yang
lahir di Tanjung Palas ini.
Bahkan, tidak hanya soal
menyumbang tenaga, mereka para pengungsi juga ada yang berinisiatif menyumbang
lauk-pauk dari kebun mereka yang ada di Penisir Desa Pejalin.
“Mereka menyuruh kami untuk
mengambil sayuran di kebun Pejalin. Kebetulan sudah memasuki masa panen. Ada
sayur terong, cabe, bayam, dan kangkung. Sudah kami ambil, tetapi belum
semuanya,” katanya.
Rina di tim ini sebagai
Koordinator Dapur Umum Lapangan Tagana Tanjung Selor. Sejak sebelum diungsikan
ke PMI Bulungan, Rina sudah lebih awal turun ke lapangan, ke Penisir Desa
Pejalin.
Sebelum di evakuasi di PMI
Bulungan, kelompok bekas pengikut Gafatar membuat pemukiman dan lahan pertanian
di Jalan Penisir, Desa Pejalin, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan,
Provinsi Kalimantan Utara.
“Saya mendata-data warga yang
akan diungsikan, sampai tengah malam. Sampai sekarang mereka lebih akrab dengan
saya ketimbang dengan relawan-relawan yang lain,” kata Rina yang juga
berprofesi sebagai dosen ilmu managemen di Universitas Kaltara ini.
Dia menambahkan, apabila ada yang
ingin berminat menyumbang memberi kebutuhan logistik kehidupan sehari-hari ke
para pengungsi, silakan datang ke PMI Bulungan, sebab masih sangat diperlukan.
“Saya sarankan jangan memberi
sumbangan uang. Lebih bagus dalam bentuk barang saja. Kami siap menampung
disini, untuk digunakan bagi keperluan para pengungsi,” ungkap perempuan
lulusan Magister Manajemen Universitas Muhamadiyah Yogyakarta ini.
Relawan lainnya, Aswandi, Kepala
Pelayanan PMI Kabupaten Bulungan, mengatakan, timnya fokus pada pelayanan
medis, memeriksa kesehatan dan memberi pengobatan.
“Dari awal sampai sekarang belum
ada penyakit yang menular. Rata-rata penyakit yang dialami pengungsi itu diare,
sakit pegal, gatal-gatal, dan sakit perut,” tutur pria lulusan Universitas
Borneo Tarakan, jurusan Bahasa Inggris ini.
Sementara bagi anak-anak, juga
dilakukan pembinaan, di antaranya setiap menjelang senja, relawan PMI melakukan
program terapi pisikologi supaya anak-anak tidak trauma dan mengalami kejenuhan.
“Kami ajak bermain, yang bisa
menyenangkan mereka. Tertawa-tawa dan memberikan motivasi,” ungkap Aswandi,
yang lahir di Kota Tarakan ini. Sementara untuk pria dewasanya, setiap sore
memilih bermain sepak bola di lapangan markas PMI Bulungan. ( )
Komentar
Posting Komentar