PENANGGULANGAN TERORIS DI BULUNGAN
Bukan Mati di Jalan Allah tapi Mati
di Jalan Thamrin
Saat muncul kejadian aksi terorisme di Sarinah, Jalan Thamrin, Kota
Jakarta, semua mata teruju pada peristiwa ini, termasuk mereka yang bertempat
tinggal di Kabupaten Bulungan, menyaksikan peristiwanya melalui media massa.
Orang-orang sebagian besar mengutuk keras atas aksi itu. Termasuk satu di
antaranya, Dandim 0903 Tanjung Selor, Letkol Gema Repelita, menilai karena
pelaku-pelaku teror itu dianggap tidak berperikemanusiaan dan bukan bagian dari
perjuangan yang benar.
Itu ia ungkapkan saat dirinya melakukan pidato di kegaitan Rapat
Koordinasi Peningkatan Penanggulangan Teroris di Wilayah Kabupaten Bulungan,
Rabu 20 Januari 2016, di Gedung Balai Diklat Bulungan, Jalan Agatis, Tanjung
Selor.
Saking ‘gemasnya’ Dandim pada pelaku terduga teroris, ia pun bercerita
mengenai seorang santri yang sedang berbincang bersama kyiai. Santri bertanya
kepada kiyai, “Apakah pelaku itu dianggap berjihad di jalan Allah?.”
Sang Kyiai lalu menjawab, pelaku bom bunuh diri itu mati tidak di jalan
Allah, akan tetapi pelakunya mati di Jalan Thamrin. “Karena memang kejadiannya
ada di Sarinah Jalan Thamrin,” ungkap Dandim, yang ternyata hanya berseloroh.
Sebenarnya, kata Dandim, teroris itu ada disekeliling terdekat kehidupan
masyarakat, termasuk ke pemukiman penduduk wilayah Kabupaten Bulungan. “Daerah
kita ini bukan lagi tempat yang aman. Daerah kita sudah jadi daerah yang
rawan,” ujarnya.
Tidak takut teroris tapi takut sama makanan berkolestrol ngeri tubuhnya jadi berpenyakit |
Sekarang ini, bentuk gerakan teroris tidak terlihat, alias sudah
berkamuflase. Lihat saja yang di Sarinah, terduga terorisnya mengenakan pakaian
celana jeans, berkaus trendi dan bertopi. “Mereka tampilannya sudah sama
seperti kita. Tidak ada lagi tampilan yang aneh-aneh,” ujarnya.
Pandangan Kapolres Bulungan, AKBP Ahmad Sulaiman, model terorisme di
Indonesia menggunakan ideologi dan agama. Cara masuknya ke tengah masyarakat,
bergaya gaul. “Peran kita deteksi dini. Cegah dini. Aktifkan lagi wajib lapor
di tiap lingkungan tempat tinggal,” ujarnya.
Lainnya, Penjabat Bupati Bulungan, Syaiful Herman menjelaskan, kekerasan
yang memunculkan aksi terorisme sudah mulai mengancam kehidupan masyarakat.
Karena itulah, melalui pertemuan ini, berkoordinasi untuk bersama-sama mencegah
terorisme di daerahnya masing-masing.
“Daerah kita bisa menjadi sasaran jaringan teroris. Mereka menginap di
daerah, beristirahat, menyusun strategi kegiatan terorisme di daerah. Kita
semua yang disini mesti waspada,” katanya.
Belum lagi, tambah dia, wilayah Kabupaten Bulungan merupakan wilayah
rawan jaringan narkoba. Menurutnya, jaringan narkoba dan teroris sama-sama
berbahaya, bisa mengancam keamanan wilayah.
Karena itu, sengaja dikumpulkan seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat
dalam satu rapat koordinasi di Tanjung Selor agar bisa secara bersama-sama
mampu menangkal aksi-aksi terorisme di daerah Bulungan.
“Urusan penanganan teroris bukan hanya tugas polisi tetapi perlu juga
keterlibatan kita semua. Kita pantau saja bila ada orang-orang yang baru datang
ke Bulungan,” ungkapnya.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Rakor
Peningkatan Peanggulangan Teroris di Bulungan: Bukan Mati di Jalan Allah tapi
di Jalan Thamrin,” terbit pada Kamis 21 Januari 2016, di halaman 17 bersambung
di halaman 23, rubrik Tribunkaltara, tulisan kaki.
Komentar
Posting Komentar