BERALIH TENAGA UAP
Beralih Tenaga Uap
“Tak
ada beras, makan jagung pun bisa.” Ungkapan inilah yang menjadi gambaran
perusahaan-perusahaan tambang batu bara kini. Setelah pasaran dunia lesu,
perusahaan batu bara memfokuskan diri pada pasar dalam negeri.
ALIH
strategi, menjual batu bara demi memenuhi kebutuhan dalam negeri untuk
melengkapi pasokan sumber energi listrik tenaga uap. Solusi ini diambil oleh
beberapa perusahaan batu bara supaya produksi mereka tetap terpakai,
pertambangan bisa berjalan agar ‘dapur bisa tetap mengebul’.
Satu di
antaranya, perusahaan batu bara yang ada di Kabupaten Bulungan Provinsi
Kalimantan Utara tetap mempertahankan produksinya meski tidak sebesar seperti
sebelumnya. Konsumen dari luar Bulungan yang bertahan sampai sekarang hanya
Gorontalo. Provinsi di pulau Sulawesi ini masih membeli batu bara dari
Bulungan.
Batu bara bumi
Bulungan paling banyak akan dialihkan untuk sumber Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) yang nantinya diperuntukan bagi pemenuhan kawasan industri di Apung dan
pemukiman penduduk di perkotaan Tanjung Selor dan seluruh Kabupaten Bulungan.
(Sketsa by Budi Susilo) |
Kemudian lagi, di Provinsi Kalimantan Timur rencananya, melalui pemerintah provinsinya, akan memfasilitasi perusahaan batu bara untuk membuat 15 PLTU di mulut tambang, yang tiap unit PLTU memiliki daya 2x100 Megawatt.
Jaminan kemudahan membuat PLTU didukung penuh Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek dan juga sudah direstui oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.[1]
Memang, sejak
beberapa tahun belakangan, negara seperti Tiongkok, Amerika, dan India tak lagi
berminat membeli batu bara dari dalam negeri Indonesia. Negara-negara tersebut
sudah punya solusi energi alternatif, tak lagi bergantung pada batu bara.
Kondisi ini
membuat roda pertambangan batu bara di Indonesia berjalan terseok-seok. Tak
heran kemudian yang terjadi, pekerja-pekerja di sektor ini ‘dipulangkan’ ke
rumah alias kena program pengurangan karyawan, seperti halnya yang terjadi di
tambang batu bara Kalimantan Timur dan Bulungan Kalimantan Utara.
Pasar dunia
sedang tak lagi berprospek cerah karena harga pasaran dunia sedang jatuh pada
titik rendah, membuat penghasilan perusahaan batu bara menurun, bingung untuk
membayar gaji para karyawannya yang mencapai ratusan orang.
Jurus
pengalihan pasar yang memfokuskan ke dalam negeri merupakan upaya
mempertahankan ekonomi pertambangan batu bara agar tetap eksis dan bergeliat,
yang diharapkan mampu mendongkrak pendapatan daerah.
Namun satu hal yang tak boleh dilupakan juga, kegiatan pertambangan ini mesti berbasiskan pada ramah lingkungan. Ironis bila kemudian bekas-bekas galian tambang batu bara menghiasi alam Kalimantan dan memakan banyak korban di kalangan anak-anak.
Namun satu hal yang tak boleh dilupakan juga, kegiatan pertambangan ini mesti berbasiskan pada ramah lingkungan. Ironis bila kemudian bekas-bekas galian tambang batu bara menghiasi alam Kalimantan dan memakan banyak korban di kalangan anak-anak.
Idealnya,
kejarlah ekonomi setinggi-tingginya dengan tetap menjaga kelestarian alam.
Sepertinya kita mesti banyak belajar pada masyarakat Suku Badui Banten, yang
selama ini kesannya dicap suku kuno, padahal orang Badui yang
sebenarnya berperilaku modern, cerdas dan penuh bijak. ( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Awang Siap
Bangun 15 PLTU,” terbit pada Senin 28 Desember 2015, pada halaman 13 di rubrik
TribunEtam
Komentar
Posting Komentar