PENDIDIKAN USIA DINI DI BULUNGAN
Orangtua Ajak Anak ke Sawah Sampai
Menginap
Setiap orang tua pasti
akan bangga bila buah hatinya yang belum menginjak di pendidikan formal Sekolah
Dasar tetapi sudah pintar membaca dan menulis, layaknya siswa siswi berseragam
merah putih.
Nah, kehadiran beberapa lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
atau biasa disebut PAUD, di Kabupaten Bulungan akan menelurkan anak didik
seperti itu, yang siap memasuki ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Tujuan
dibuatnya PAUD untuk mengembangkan anak sejak lahir hingga usia enam tahun.
“Memberi
rangsangan pertumbuhan jasmani dan rohani agar lebih matang,” ujar Lafang,
Kepala Seksi PAUD Dinas Pendidikan Kabuparten Bulungan, saat membuka Diklat
Lanjutan Pendidik PAUD, pada Selasa 6 Oktober 2015.
Namun,
kemanfaatan pendidikan PAUD itu belum banyak disadari oleh mereka para orang
tua yang berada di daerah pedesaan pelosok. Satu di antaranya, ada ungkapan
dari guru PAUD yang bertugas di Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas
Barat, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Namanya
Sofianti Sima, umur 39 tahun. Kesadaran warga Desa Long Beluah akan pendidikan
usia dini masih minim. Di antara anak-anak yang sudah terdaftar di sekolah PAUD
Kasih Ibu, banyak yang tidak hadir.
“Kami
guru-guru kadang melakukan antar jemput. Berusaha memberi semangat ke mereka
untuk mau pergi bersekolah di PAUD,” kata Sima, perempuan kelahiran Long Beluah
27 Oktober 1979 ini.
Sejak
didirkan tahun 2012, PAUD Kasih Ibu berusaha memberikan pengajaran keilmuan
yang berisi muatan kearifan lokal. Jumlah anak didiknya yang terdaftar di tahun
2015 ini ada 35 orang. “Yang aktif datang paling hanya sampai 12 orang saja,”
ungkap Sima.
Alasan mereka
tidak hadir karena para orang tuanya tidak mendukung, acuh tak acuh terhadap
dunia pendidikan. Mengganggap, pendidikan itu bukan yang utama, hanya sebagai
pengisi waktu kosong bagi anak-anak.
Senada dengan
pengalaman di PAUD Tunas Bangsa Desa Long Sam yang memiliki anak didik sebanyak
37 orang. Saat memasuki masa musim tanam padi di sawah pegunungan Gilian, para
muridnya banyak yang tidak hadir.
Itu
diungkapkan, guru PAUD Tunas Bangsa, Noviana Liling, umur 30 tahun. Katanya,
ruang kelas kosong, karena anak-anak diajak orang tuanya pergi bertani. Orang
tua mengajak anak-anak menanam padi di pegunungan sampai menginap, tidak pulang
ke rumah.
“Menetap lama
di sawah pegunungan, tidak bisa berangkat sekolah. Anak didik kami kebanyakan
orang tuanya bekerja sebagai petani,” ungkap perempuan kelahiran 29 November
1985 ini.
Dia berharap
pada kesadaran orang tuanya, untuk turut mendukung anak-anaknya menuntut ilmu sejak dini. Tanpa dukungan
orang tua, maka anak-anak tidak akan tumbuh berkembang secara baik. “Kami sudah
berusaha sosialisasikan ke orang tua, tapi kembali lagi diserahkan ke orang tua
bagaimana pilihannya,” ujar Noviana. ( )
Komentar
Posting Komentar