HUJAN PENUH RAHMAT
Hujan
Penuh Rahmat
MENJELANG subuh,
hujan mengguyur bumi Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan
Utara, pada Jumat 11 September 2015. Air hujan yang turun dari langit merupakan
rahmat dari Allah SWT.
Dianggap rahmat dari Allah, sebab selama ini Kabupaten
Bulungan, khususnya Tanjung Selor, sudah lama tidak dihampiri rintik hujan.
Saban hari, Tanjung Selor selalu disinari terik matahari, tanpa ada guyuran
basah hujan.
Sebagai hamba Allah, hujan itu dianggap berkat. Di
beberapa tempat, ada titik-titik kebakaran hutan semak belukar tuk dijadikan
ladang, asap mengempung daratan Kalimantan Utara. Hujan sebagai obat, hujan
merupakan limpahan nikmat yang patut disyukuri.
Air tanah untuk mandi menjadi dingin, nikmat tiada tara.
Lintasan jalur yang biasanya berdebu dan berkerikil, berubah menjadi sahabat
yang baik dalam perjalanan, tidak lagi seperti neraka jalanan. Daun-daun pohon
jadi tampak lebih segar dan tanah pun menjadi basah memancarkan ketentraman.
Inilah manfaat turunnya hujan secara kasat mata.
Disinggung dalam Al Quran surah Al An’aam ayat 99, disebutkan, “Dan
Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak, dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang beriman.”
Kadang lupa, bahwa manusia hidup di muka bumi hanya
sementara, akan dilanjutkan ke alam akhirat yang kekal abadi. Manusia serakah
dengan segala kesombongannya akan berbuat merusak, tidak peduli dengan yang
lainnya.
Hutan belantara yang polos, hidup rindang menghijau dan
kemudian tiba-tiba datanglah manusia, membakar, membasmi semua mahluk hidup
yang tinggal di hutan itu, adalah wujud keserakahan manusia.
Padahal hutan dicederai, yang rugi tidak hanya dia
sendiri, tetapi semua orang dan mahluk lainnya yang tinggal di planet bumi pun,
bakal mengalami hidup sengsara, duka tiada akhir.
Hutan rusak, negara akan diambang resesi. Hari-hari,
pastinya akan mengalami duka tingkat ‘dewa’. Sekarang tinggal pilih, mau alam
lestari, atau pepohonan tumbang rusak berantakan. Terserah anda. ( )
Komentar
Posting Komentar