JALAN JALAN TANJUNG PALAS UTARA
Nebeng
Ngeng Ngeng Plat Merah
Pagi
yang cerah menyelimuti Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Matahari bersinar terang, menghangatkan bumi Tanjung Selor. Seusai mandi pun,
badan lebih terasa segar, saat sinar fajar membelai kulit tubuh.
KAMI bertiga, saya, Maman, dan Sigit keluar kosan untuk
menuju ke rumah dinas Wakil Bupati Bulungan, Liet Ingai, untuk melihat
pembagian beras raskin gratis di kantor Camat Tanjung Palas Utara, pada Senin
10 Agustus 2015.
Nebeng ke
Tanjung Palas Utara, memakai mobil plat merah Dinas Sosial Bulungan, pokoknya
dari rakyat dan untuk rakyat, bukan hanya tuk birokrat senior tok. Kami nebeng mobil plat merah dari rumah dinas Wakil Bupati Bulungan.
Tujuan ikut perjalanan itu untuk melihat peristiwa apa
saja yang ada di desa-desa Tanjung Palas Utara. Perjuangan kami hanya sebatas
mengenalkan desa-desa ke penjuru dunia melalui jendela internet. Jika diukur,
perjuangan kami masih kalah hebat dengan para birokrat senior, yang notabene telah lama ‘mencari nafkah’ di
‘negara’ Bulungan.
Nebeng
mobil plat merah adalah satu di antara cara agar kami bisa sampai ke lokasi
Tanjung Palas Utara tanpa harus mengeluarkan uang bensin, alias gratis. Tinggal
naik, “ngeng-ngeng”, sampailah di
tempat yang dituju.
Pendapatan kami yang pas-pasan, tentu saja prinsip hidup
seperti itu mesti dilakukan agar efisen dan efektif, serta bisa puas
mengunjungi ke desa-desa yang ada di Tanjung Palas Utara. Kapan lagi bisa
seperti ini, melihat alam desa dan belantara hutan Bulungan, Kalimantan Utara.
Berada di mobil bak terbuka menuju Tanjung Palas Utara (photo by maman) |
Namanya nebeng,
tidak jadi masalah kami berada di bagian belakang mobil bak terbuka. Selama
dalam perjalanan, kami tersentuh terik matahari Kalimantan. Belum lagi
jalanannya yang rusak berlubang, perut kami dikocok-kocok, mirip botol minuman
soda.
Ada satu teman yang tidak cocok dengan situasi seperti
itu. Maman namanya. Medan perjalanannya yang cadas nan liar, Maman terlihat
bosan. Gejala perut mual dan kepala pusing dirasakannya.
Sementara Sigit tertidur, untuk menghilangkan rasa
jenuhnya. Kalau saya, hanya kepalanya saja yang agak mirip orang linglung,
kelieng-kelieng. Untung pemandangan alamnya hijau lestari, bisa menjadi hiburan
perjalanan.
Maklum saja, mobil yang kami tumpangi melaju sangat
cepat. Ada jalanan berlubang, berkerikil, kubangan air, berdebu, dihantam tanpa
kompromi. Debu jalanan menyelimuti seluruh tubuh kami dan barang-barang bawaan
kami.
Inilah pengalaman pertama kami melakukan perjalanan jauh
ke Tanjung Palas Utara, yang menghabiskan waktu sampai satu setengah jam lebih.
Alhamdulillah. Untung saja cuaca
bersahabat. Jika turun hujan deras, maka habislah sudah, tentunya akan banyak kisah
menantang yang bisa kami ceritakan. ( )
Komentar
Posting Komentar