TANJUNG SELOR BANJIR 4 | KABUPATEN BULUNGAN | KALIMANTAN UTARA
Catatan Rabu
11 Febuari 2015
Menginap di Gedung Wanita bersama para pengungsi banjir. Alhamdulillah,
bisa tidur nyeyak. Saya tidur di Gedung Wanita dengan menggunakan kursi-kursi
kecil yang dijejer membentuk kursi memanjang. Tubuh saya bisa rebahan di
kursi-kursi ini, pokoknya asyik sekali.
Tidur sekitar jam 01.00 Wita, bangun paginya sekitar
pukul 05.30 Wita. Bangun tidur saya langsung keluar Gedung Wanita mencari
Masjid Al Munawwarah di Jalan Serindit Tanjung Selor.
Pergi ke masjid untuk mencari air bersih, untuk mencuci
tangan, kaki dan wajah, bersih-berih tubuh. Untuk menggapai ke masjid dengan
cara berjalan kaki, jaraknya hanya sekitar satu kilometer saja. Hitung-hitung
sambil berolah-raga, jalan kaki sehat.
Usai bersih-bersih di masjid, saya pun kembali lagi ke
Gedung Wanita dengan berjalan kaki sendiri. Tiba di Gedung Wanita sekitar pukul
06.30 wita. Sempat duduk-duduk santai, sambil ngobrol bersama teman-teman
jurnalis lainnya yang kebetulan juga ada yang menginap di Gedung Wanita.
Memasuki jam 07.19 Wita, rombongan dari Gubernur Kaltara,
mendatangi Gedung Wanita, sambil membawa ratusan nasi bungkus siap santap, yang
dipersembahkan bagi para ratusan pengungsi.
Penjabat Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, saat itu hadir
bersama istrinya, berbincang-bincang bersama warga pengungsi, memberi pesan
rasa semangat menghadapi cobaan.
Evakuasi korban banjir Tanjung Selor Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara pada Rabu 11 Februari 2015. Para korban banjir Tanjung Selor diungsikan ke Gedung Wanita. (photo by budi susilo) |
Tidak lama rombongan Gubernur meninggalkan Gedung Wanita,
datanglah puluhan anak berseragam kaos lengan panjang orange. Mereka ini
bertugas membersihkan sampah-sampah yang ada di lingkungan Gedung Wanita.
Singkat cerita, siangnya saya ikut dengan relawan dari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah provinsi Kaltara, untuk melihat situasi dan
kondisi kegiatan evakuasi warga korban banjir.
Bersama mereka, saya menggunakan kendaraan evakuasi
berupa truk berukuran besar. Truk ini berhenti di titik-titik evakuasi,
menjemput para korban banjir untuk dibawa ke tempat yang aman di Gedung Wanita.
Untuk titik-titik evakuasinya, ada di Jalan Sengkawit, Monumen Perdamaian
Burung Enggang, dan sampai di kawasan Pelabuhan Speedboat kecil.
Nah, siang itu, Sa’idah (61) bersama cucu perempuannya
bernama Ajeng Rahayu (3) menaiki perahu kecil, menyusuri lorong gang sempit
yang telah digenangi air banjir. Mereka berdua adalah korban banjir luapan
Sungai Kayan yang ada di Jalan Katamso, Gang Nurul Jannah, Kecamatan Tanjung
Selor, Kabupaten Bulungan, Rabu 11 Februari 2015.
Saat proses evakuasi di rumahnya, kondisi genangan air
banjir sudah masuk ke dalam rumahnya, setinggi dengkul orang dewasa. Karena
orang lansia dan anak balita, pihak relawan mengambil langkah evakuasi ke
truknya menggunakan perahu kecil, agar keduanya tidak mengalami gejala demam
dan gatal-gatal.
“Kami mau cari tempat yang aman. Padahal semalam itu,
banjir hanya semata kaki tetapi waktu masuk pagi hari air banjir semakin tinggi
naik sampai sedengkul orang dewasa,” ungkap Sa’idah, di dalam kendaraan truk
evakuasi milik BPBD Kaltara.
Yang pasti, tambahnya, dia tidak menyangka kalau banjir
awal tahun ini begitu dahsyat. Dia memperkirakan banjir akan cepat usai tetapi
kenyataannya sampai berhari-hari. “Kalau tahu begini kondisnya, sejak awal saya
langung mengungsi ke gedung Wanita saja ya,” ujar Sa’idah, yang kala itu
mengenakan jilbab coklat.
Personel BPBD Kaltara kala itu beroperasi menjemput warga
untuk dibawa ke lokasi yang aman, di Gedung Wanita, kawasan dataran tinggi .Kegiatan
itu saya ikuti sampai sore hari.
Dan seperti biasanya, usai dari lapangan kegiatan
selanjutnya mengolah data-data menjadi sebuah informasi yang bisa dikonsumsi
bagi pembaca media cetak. Saya lagi-lagi kembali ke kantor telkom untuk
menikmati wifi.id corner. Tempat ini membuat saya bisa lebih leluasa mengirim
karya-karya saya selama bencana banjir di Tanjung Selor.
Saya di kantor badan usaha negara ini sampai larut malam,
hingga saya pun menjatuhkan hati untuk menjadikan tempat ini sebagai lokasi
tidur. Pasalnya, jelang dini hari saya mencoba datang ke Gedung Wanita tetapi
ternyata lokasinya sudah penuh. Melihat kondisi ini, saya mau pilih tempat
tidur jadi tidak leluasa.
Akhirnya, saya pun memutuskan untuk bermalam di kantor
telkom Tanjung Selor meski harus diselimuti angin dingin dan ditemani
nyamuk-nyamuk genit yang rajin menyubit. Sungguh sumpah, saya tidak bisa tidur
nyenyak. Tak apalah. Namanya juga kondisi daurat. ( )
Komentar
Posting Komentar