BIOLA PEMBERIAN WM VAN ELDICK
Lewat Biola Lahirlah
Indonesia Raya
HATI yang dimiliki WM Van
Eldick bertunas indah. Saking indahnya, dia pun mau memberikan biola
bertuliskan Nicolaus Amatus Fecit In Cremona 16 secara cuma-cuma kepada sosok
Wage Rudolf (WR) Supratman.
Eldick membeli biolanya di
Makassar pada tahun 1914 masehi. Berkat buah hatinya Eldick, lantas kemudian
‘menyeret’ WR Supratman menjadi seorang pemain musik.
Pemberian biola Eldcik
dimanfaatkan dengan baik-baik oleh WR Supratman. Ini Supratman buktikan, biola
pemberiannya tak digantung begitu saja.
Biolanya dijadikan Supratman
sebagai alat menggali inovasi dalam berseni musik. Biolanya diibaratkan sebagai
teman dekat Supratman.
Lewat usaha kerasnya,
Supratman pun mampu menaklukan biolanya, sehingga dia pun berganti jubah
sebagai pemain band. Supratman bergabung dalam grup band Black and White Jazz.
Tak hanya itu, Supratman pun
merambah ke panggung yang lain. Pada tahun 1924 masehi, dia bermain biola di
Gedung Societet Concordia, atau Gedung Merdeka di Bandung.
Hal lain yang paling
monumental bagi Supratman ketika dirinya dipercaya membuat sebuah lagu berjudul
Indonesia di tahun 1928.
Bermodalkan sebuah biola,
Supratman pun mampu menorehkan karya lagu bertema kebangsaan, yang kemudian dia
persembahkan di ranah Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106 Jakarta pada 28
Oktober 1928.
Saat itu, dalam kongres
pemuda, lagunya diganti judul menjadi Indonesia Raya. Dan kemudian, hingga
sampai jaman sekarang, lagunya Supratman disepakati sebagai lagu resmi negara
Republik Indonesia.
Nah kebetulan, saat saya
memiliki waktu senggang, saya pun menyempatkan diri berkunjung ke Jakarta
Convention Center (JCC), Jakarta Selatan, pada Senin 24 November 2014.
Waktu itu, di ruang
Cendrawasih JCC, sedang ada penyelenggaraan event pameran museum-musem
Indonesia, dengan tajuk “Sabuk Peradaban Nusantara, Jejak 1,5 juta tahun.”
Di tempat ini, saya
beruntung dapat berjodoh bisa melihat langsung biola coklat milik WR Supratman.
Kondisi biola dan sampulnya masih berkondisi bagus dan terawat.
Kesempatan emas ini, tentu
saja saya manfaatkan dengan mengambil dokumentasi lewat kamera saya, dan
mempelajari informasi-informasi yang telah tersaji. ( )
Sumber info: Museum Sumpah Pemuda Jakarta
Komentar
Posting Komentar