BIBIT BARU PESEPAK BOLA INDONESIA
Bibit Baru Pesepak Bola Indonesia
SORE itu, Pieter Andrey Wambrauw (16),
berlari-lari mengejar si kulit bundar yang hampir saja keluar dari
garis lapangan hijau GOR Pertamina Simprug Jakarta Selatan, Jumat
(28/2/2014).
Tubuh Pieter berlumur keringat, hingga
baju yang dikenakan pun basah seolah habis terkena guyuran hujan.
Namun dengan kondisi ini, ia mampu meraih bolanya, semangatnya
menggebu-gebu, tanpa basa-basi ia langsung menendang kencang bolanya
jauh ke arah mulut gawang lawan.
Itulah suasana yang terekam oleh saya,
ketika sesi latihan sekolah sepak bola Pertamina Soccer School yang
berlangsung serius, dan menarik untuk disimak, mengingat kala itu pun
cuaca sedang bersahabat, membuat latihan sepak bolanya lebih
kondusif.
Bibit baru pesepak bola nasional Indonesia (sketsa by budi susilo) |
“Saya merasa asik bisa bergabung
disini. Dapat pengetahuan teori dan praktek sepak bola modern,”
ujarnya usai sesi latihannya berakhir.
Pieter merupakan pria kelahiran
Jayapura, yang mewakili daerahnya untuk ikut program Pertamina Soccer
School. Melalui seleksi yang ketat dan berliku, Pieter merasa bangga
dapat terpilih sebagai pesepakbola binaan Pertamina.
“Kalau sudah selesai sekolah disini,
saya rencananya mau ikut bergabung ke klub Persipura, dan impian
terbesarnya bisa masuk ke dalam tim nasional Indonesia,” katanya.
Di Pertamina Soccer School, Pieter
tidak sendirian. Total semuanya ada 48 anak yang berasal dari
berbagai provinsi di Indonesia. “Saya bangga dari 300 orang yang
daftar, nama saya yang lolos, bisa sekolah di Pertamina Soccer
School,” tutur Rezki Ramadhan (17) yang berasal dari Balikpapan,
Kalimantan Timur ini.
Pertamina Soccer School merupakan
program pendidikan sepak bola profesional, yang diperuntukan bagi
mereka yang masih berumuran remaja. Tahun ini, secara sungguh-sungguh
menghadirkan secara langsung pelatih impor dari Milan negara Italia, bernama Mauro.
Ditemui, Mauro menjelaskan, dalam
proses pendidikan, setiap minggunya grafik kemampuan para siswa
dipantau, akan mendapat laporan perkembangan. Jika masih buruk, maka
akan terus diperbaiki. “Saya melihat mereka-mereka ini punya
potensi bagus,” ungkapnya, yang kala itu mengenakan kaos sepak bola
berwarna merah.
Ditambahkan, Hadi Rahmaddani, Direktur
Pertamina Soccer School, bahwa anak-anak didik diajarkan ilmu sepak
bola tidak dengan kacamata sempit. Mereka itu kata Hadi, diberikan
pengetahuan sepak bola secara menyeluruh mencakup ilmu yang meluas.
Karena jelas Hadi, metode pengajaran
Pertamina Soccer School tidak terpaku pada pembidangan tertentu.
Anak-anak didik diberi ilmu posisi sebagai gelandang, penyerang, dan
posisi bertahan.
“Tidak hanya teori, tapi disini
dikombinasikan juga dengan praktiknya,” urainya. Menurut Hadi,
pendidikan sepak bola sejak dini harus bisa terlaksana. Kelemahan
Indonesia soal pendidikan sepak bola modern belum terlalu serius
digarap, padahal di negara-negara terbaik sepak bolanya, pendidikan dimulai sejak masa kanak-kanak.
“Di Eropa sana, anak-anak umur lima
tahun, enam tahun, sudah disekolahkan sepak bola profesional,”
ungkap Hadi. Sebab itulah, Pertamina merasa terpanggil untuk
berpartisipasi dalam menumbuh kembangkan sepak bola nasional dengan
menciptakan bibit-bibit baru yang unggul dari kalangan anak-anak
muda.
“Persoalannya di negara kita
(Indonesia), anak-anak yang berumur 12 tahun ke bawah masih kosong.
Tidak dapat pendidikan sepak bola yang profesional,” keluhnya.
Berbicara teknik penguasaan lapangan dan teori sepak bola, para siswa
Pertamina Soccer School angkatan kali ini sudah mengalami kemajuan
yang pesat.
Hanya saja kata Hadi, untuk ukuran
tinggi badan mereka masih di bawah rata-rata. “Mereka tinggi
badannya sebagian besar masih di angka 165 centimeter. Padahal kalau
kita mengacu ke negara-negara yang maju sepak bolanya, tinggi badan
mereka normalnya adalah 170 centimeter,” katanya.
Langkah solusi mengatasi hal itu, jelas
Hadi, Pertamina Soccer School akan mengupayakan anak-anak didiknya
mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi perkembangan
fisik mereka. “Kami akan beri mereka gizi yang baik, supaya tubuh
mereka sehat dan bagus, bisa menambah tinggi badan,” tuturnya.
Ditempat terpisah, di luar lapangan
hijau, Dewan Pembina Pertamina Soccer School, Hari Karyuliarto
menjelaskan, rekrutmen siswa yang kesemuanya berjenis kelamin pria
diambil dari keluarga kurang mampu, namun memiliki potensi bermain
sepak-bola yang bagus.
“Kami bantu mereka. Diberikan semua
fasilitas, agar bakat-bakatnya bisa buat manfaat mereka,” kata
Hari. Sebab tutur Hari, dunia sepak bola jaman sekarang sudah
selangkah lebih maju. Eranya sudah memasuki dunia industri.
Jadi bila berbicara gaji, atau
penghasilan ekonomi sebagai pemain sepak bola, sudah tentu tak bisa
lagi dipandang sebelah mata. “Semoga lewat sepak bola, kehidupan
mereka dan keluarganya bisa lebih sejahterah,” ujarnya.
Terselanggaranya sekolah sepak bola
Pertamina Soccer School disokong penuh oleh Pertamina dengan
menggelontorkan dana Rp 15 milyar untuk per tahunnya. “Tahun
mendatang kemungkinan dananya akan naik dengan diikuti juga
ketambahan jumlah siswanya.Yang sekarang jumlahnya ada 47, yang satu
sedang di klub Jepang. Tapi kalau dia sudah pulang lagi kesini
(Indonesia) totalnya jadi 48 siswa lagi,” urai Hari.
Ia mengharapkan juga, didikan dari
Pertamina Soccer School dapat memberi kontribusi bagi kemajuan sepak
bola Indonesia. Target yang akan digapai, sepak bola Indonesia mampu
berunjuk gigi, dan terbaik di kawasan regional maupun internasional.
“Siapa tahu ada siswa dari sini yang
bisa harumkan timnas Indonesia. Sekarang saja dari sini sudah ada
satu orang yang dikirim ke Gamba Osaka Jepang,” puji Hari. Gambaran
prestasi sepak bola Indonesia sejauh ini masih dirasa berat,
langkahnya masih terseok-seok.
Dari masa ke masa, sejarah sepak bola
Indonesia di pentas dunia belum dapat dibanggakan, suporter fanatik
timnas Indonesia sering dibuat sedih. Karena itu, menurut Hari, lebih
baik sekarang ini fokus memajukan pendidikan sepak bola, mencari
generasi muda yang berbakat dalam sepak bola.
“Daripada kita kirim-kirim ke program
primera, lebih bagus kita buat sekolahnya saja disini. Pertamina
telah mencoba melakukan ini,” kata Hari
Selain pendidikan sepak bola, sejumlah
siswa Pertamina Soccer School juga diberikan pengajaran ilmu
pengetahuan umum, layaknya kurikulum yang diajarkan di sekolah formal
Sekolah Menengah Umum. Mereka difasilitasi home schooling.
Jadi, usai lulus dari sini mereka juga dapat ijazah sekolah menengah
umum. “Ijazahnya resmi, bisa diakui. Mereka yang mau lanjut kuliah
ke perguruan tinggi bisa,” ungkap Otto Pellaupessy selaku Kepala
Sekolah Home Schooling Pertamina Soccer School yang punya garis keturunan dari daerah Ambon ini. ( )
sip Thanks WelCome prut.
BalasHapus