PONPES KULLIYATUL MUBALLIGHIIN BALIKPAPAN 2
Santri
Dibekali Keahlian Menjahit dan Bekam
Santri pria maupun
wanita yang menimba ilmu di Pondok Pesantren (Ponpes) Kulliyatul Muballighiin
Kota Balikpapan, mendapat ilmu perbekalan dunia akherat juga pengetahuan
mengenai keduniaan. Antara ilmu agama dan dunia disinergikan agar para lulusan
santri mampu menjadi pribadi yang selamat dunia dan akherat.
SAAT
matahari sore masih berada sejajar dengan pandangan mata, Tribun menyambangi
ponpes ini yang beralamat di Jalan Jalan Kesatria Kilometer 8, Kelurahan
Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Terlihat
ketika berada di lokasi, ada beberapa santri wanita yang sedang belajar
menjahit di ruang kelas lantai dua gedung utama ponpes ini. "Saya belajar
menjahit usai lulus bisa buka usaha jahitan selain nanti menjadi
pendakwah," ujar Samiqnah, santri asal Kota Tarakan ini.
Ketika
ditemui, Ketua Pembina Harian Ponpes Kulliyatul Muballighiin, Ustaz
Nandang Solihin, menjelaskan, ponpes menciptakan kader-kader pendakwah ustaz
dan ustazah di berbagai daerah pelosok daerah, namun kebijakan ponpes juga
membekali para santri keterampilan, seperti di antaranya menjahit, bertani, dan
terapi kesehatan bekam.
Sejak
awal didirinya, ponpes bercita-cita menelurkan kader santri yang beriman dan
bertakwa serta memiliki keterampilan limu dunia agar saat lulus tidak menjadi
orang yang sia-sia tiada berguna di tengah masyarakat.
"Santri
yang datang ke ponpes kami kebanyakan orang-orang dari daerah perdesaan. Kami
berusaha untuk tingkatkan ilmu agama dan perbekalan dunianya," katanya
yang saat itu mengenakan kemeja batik coklat.
Islam
mengatur secara jelas mengenai keseimbangan kehidupan dunia dan akherat.
Nandang tidak ingin santrinya hanya memikirkan akherat tetapi melupakan urusan
dunia yang berhubungan dengan manusia lain.
Mengacu
pada Al Quran surat Al Qashas ayat 77 disebutkan, "Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang‑orang yang berbuat kerusakan."
Termasuk
juga ada Hadir Riwayat Ibun Asakir yang berisi, "Rasulullah telah
bersabda:Kerjakanlah urusan duniamu seakan‑akan kamu hidup selama‑lamanya. Dan
laksanakan akhiratmu seakan‑akan kami akan mati besok."
Karena
itu, dia sarankan kepada santri-santrinya agar saat lulus dari ponpes mesti
membawa kemanfaatan bagi dirinya dan orang lain. Ilmu agama dipakai untuk
berdakwah, sedangkan ilmu keterampilan dunia dipakai juga bisa untuk manfaat
umat.
"Jangan
sampai saat kita terjun ke masyarakat kita membuat susah orang. Kalau kita
hanya kerja sholat tetapi tidak mau ikut bermasyarakat berbuat sosial sama
saja. Tidak bagus juga," ungkap suami dari Iis Kusmiati ini.
Keterampilan
duniawi ini dilakukan saat di luar jam belajar kurikulum agama Islam yang
mendalami ilmu fasih 70 bacaan muratal, ilmu tajwid dan retorika pidato impromptu
dakwah.
"Kami
fokus agamanya melahirkan pendakwah untuk di kalangan masyarakat desa
terpencil. Santri yang datang memang dari orang-orang desa yang berasal dari
ekonomi menengah ke bawah. Usai lulus mereka mesti mengabdi ke kampung
halamannya," tutur Nandang, yang lulusan Ponpes Al Huda Bandung Jawa Barat
ini.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Ponpes
Kulliyatul Muballighiin Siapkan Pendakwah Turun ke Desa; Santri Dibekali
Keahlian Menjahit dan Bekam,” terbit pada Sabtu 2 Juli 2016 pada halaman depan
bersambung ke halaman 11.
Komentar
Posting Komentar