BANJIR WONOREJO KOTA BALIKPAPAN
Rumah
Kori Tergenang Hingga Satu Meter
Menjelang siang, Kori 48 tahun, yang baru saja menyelesaikan masakkan hujan deras mengguyur pemukiman di
Wonorejo Dua, Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara, pada Rabu
13 Juli 2016. Namun dia tidak menyangka, hujan yang turun ini ternyata berbuah
petaka, hampir ada 50 rumah terendam banjir.
RUMAHNYA
yang berada di dataran rendah Wonorejo Dua, tergenang air bekas guyuran hujan.
"Saluran airnya tidak jalan. Air tidak mengalir. Malah menggenang daerah
sini," ujarnya kepada Tribun
saat ditemui di rumahnya.
Rumahnya
yang bercat tembok merah jambu itu tergenang air banjir setinggi hampir satu
meter. "Saya sempat takut. Kenapa air semakin tinggi. Untungnya hujan
tidak sampai sore, saya bisa tenang waktu hujan reda," kata wanita
berambut ikal itu.
Senasib
Kori, rumah Turimah (59), seorang janda tua, rumahnya terendam banjir.
"Hujan tadi siang. Air tidak mengalir. Saluran air macet. Rumah saya
terendam banjir," ujarnya.
Dia
mengungkapkan, rumahnya sering kebanjiran karena lokasinya berada di daerah
dataran paling rendah. "Banjir kali ini yang paling tinggi saya rasakan,"
ujarnya di depan rumahnya bersama cucunya.
Ia
mengatakan, banjir yang menggenangi rumahnya memberi dampak kerugian, satu di
antaranya perabotan rumah tangga seperti kasur, meja dan kursi terendam banjir.
"Kaget saja kenapa air semakin tinggi genangannya. Saya bingung
juga," kata Turimah yang memiliki empat anak ini.
Pengamatan
Tribun, pemukiman penduduk Wonorejo Dua mendadak ramai. Rumah mereka
yang kebanjiran, orang-orangnya keluar rumah, mencari tempat daratan yang tidak
digenangi banjir seperti di Wonorejo Satu.
Rumah
Heri Siswanto (59), mengalami serupa. Saat dirinya baru tiba di kediamannya
Wonorejo Dua, Heri langsung bertindak cepat, mengevakuasi perabotan rumah
tangganya yang bisa diselamatkan. "Baru tiba dari Samarinda, pas sampai
rumah hujan-hujan kaget air sudah tinggi," ujarnya mengelangi peristiwa
yang dialaminya.
Menurutnya,
rumahnya selama ini tidak pernah kena banjir. Kalau pun banjir hanya di
pinggiran drainase pemukimannya hingga merambah ke jalan raya. Heri pun tidak
berdiam diri saat air semakin tinggi, bersama anggota keluarga lainnya
menyelamatkan barang-barang.
"Lemari,
kulkas, sudah tidak bisa saya selamatkan. Rumah waktu itu masih kosong. Saat
saya datang sudah kena banjir besar. Mudah-mudahan malam tidak ada lagi hujan,
supaya tidak kena banjir besar lagi," tuturnya.
Drainse
Buruk dan Kurang Serapan Air
Bencana
banjir yang menimpa pemukiman penduduk Wonorejo Dua merupakan bencana banjir
yang terbesar dalam sejarah. Hampir ada 50 rumah di Wonorejo Dua terendam air
coklat bekas guyuran hujan, ini disebabkan kurangnya lahan serapan air dan
buruknya drainase.
Demikian
diungkapkan Ketua Rukun Tetangga 34 Wonorejo Dua, Rumiati, saat bersua dengan Tribun
di lokasi genangan air, pada Rabu 13 Juli 2016 siang. Kata wanita berjilbab
ini, semenjak memasuki tahun 2016 awal, sudah banyak tanah-tanah kosong yang
dibangun rumah penduduk.
Dia
menambahkan, yang awalnya tanah serapan air, di kavling menjadi hak milik
kemudian dibangun rumah-rumah beton. "Dahulu di Wonorejo Dua punya
lapangan yang sengaja dibiarkan liar untuk menyerap air hujan. Kalau hujan air
terserap di tanah. Sekarang sudah ada rumah tidak tahu kemana air
menyerap," ungkapnya.
Padahal,
ketika masih ada lapangan juga tumbuh beberapa pohon-pohon yang rindang tumbuh
tinggi dan semak belukar yang bisa meredam genangan air. Wonorejo Dua itu
dataran rendah, perlu yang namanya daerah serapan air.
"Sekarang
sudah terlanjur. Perlu di kaji lagi Izin Mendirikan Bangunannya. Harusnya
pemerintah bisa mengambil tindakan. Lihat lagi tata kota dan tata ruangnya.
Lihat dampak lingkungannya," kata Rumiati.
Kemudian,
drainase di Wonorejo Dua masih buruk sebab saluran pembuangan airnyanya hanya
mengandalkan satu drainase. Padahal, idealnya perlu ada tambahan darinase lagi
agar ketika hujan deras turun bisa mengalir kesegala penjuru.
"Drainse
yang ke arah sungai besar hanya satu. Hujan turun deras air luber, tunggu
antrian mengalir. Di tempat kami mau tidak mau tergenang. Air tidak bisa
mengalir, harus menunggu sampai berpuluh jam baru bisa surut lagi,"
ujarnya.
Karena
itu, dia berharap banyak kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan untuk
membangun drainase yang baik di Wonorejo Dua. Caranya membangun lagi sodetan
yang ke arah Jalan Strat Satu daerah Kampung Timur supaya aliran air bisa
menyebar, tidak menumpuk di satu titik.
"Banjir
terus-terusan warga lelah juga. Kami ingin pemerintah ikut turun langsung
melihat kondisi kehidupan kami. Kami tidak ingin banjir selalu mendatangi
tempat kami. Kasihan ada rumah-rumah yang orang miskin ikut kebanjiran,"
tutur Rumiati.
Kirimkan
Lima Pompa Genangan
Bencana
banjir yang menimpa Wonorejo Dua, Kelurahan Gunung Samarinda, langsung
ditindaklanjuti oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Balikpapan, untuk menanggulangi genangan banjir.
Pengamatan
Tribun, pada Rabu 13 Juli 2016, di lokasi BPBD Balaikpapan menerjunkan
tim medis dengan dilengkapi mobil ambulance yang siap membantu penanganan
korban banjir.
Namun
sampai saat ini, berdasarkan catatan BPBD belum ada korban jiwa, hanya saja ada
beberapa barang milik korban ada yang terendam air banjir.
Kepala
BPBD Balikpapan, Suseno, menjelaskan, tim turun untuk mengatasi bencana saja
dengan membawa lima mesin pompa floating terapung yang berfungsi
menguras air genangan banjir.
"Air
kami alirakan ke saluran air yang mengarah ke sungai. Sudah kami lakukan sampai
berjam-jam. Setiap rumah kami data. Kami terjunkan petugas untuk ikut membantu
evakuasi dan menguras air," ujarnya.
Dia
berharap, upaya yang dilakukan BPBD bisa mengurangi genangan dengan syarat
hujan tidak turun selama seharian dan berintensitas tinggi. "Kami tidak
bisa berikan solusi. Kami hanya penanganan. Semoga tidak hujan lagi, supaya
tidak banjir," tutur.[1]
( )
[1]
Koran Tribunkaltim, “Hujan Deras
Banjir Genangi 50 Rumah di Wonorejo; Rumah Kori Tergenang Hingga Satu Meter,”
terbit pada Kamis 14 Juli 2016, di rubrik Tribun Balikpapan pada halaman 9.
Komentar
Posting Komentar