DERMAGA TANJUNG SELOR SALIMBATU
Belum Tersedia Masih Darurat
Armada pengangkutan penumpang perahu
motor yang menuju dari dan ke Tanjung Selor-Salimbatu belum memiliki pelabuhan
resmi, seperti layaknya armada jurusan Tarakan-Tanjung Selor.
SELAMA ini, transportasi air
jurusan Tanjung Selor-Salimbatu masih mengandalkan dermaga bayangan yang
statusnya ilegal, atau tidak resmi, melanggar jalur hijau taman pinggir Sungai
Kayan Tanjung Selor.
Pengamatan Tribun, Rabu 3 Februari 2016, meski cuaca Tanjung Selor diselimuti awan
mendung, aktivitas transportasi air Tanjung Selor-Salimbatu masih tetap
menggeliat.
Terlihat ada beberapa penumpang
dari Tanjung Selor akan menyeberang menuju daratan Salimbatu. “Mau ke
Salimbatu. Nengok keluarga,” kata Andi, penumpang perahu motor.
Belum lama ini, sejumlah petugas
dari Polisi Pamong Praja memberikan peringatan tegas agar tambatan perahu yang
dididirikan secara liar di pinggir Sungai Kayan mesti dibongkar, termasuk
tambatan pangkalan perahu motor Salimbatu-Tanjung Selor.
Saat ditemui, motoris perahu
Salimbatu-Tanjung Selor, Ilham (35) mengungkapkan, terpaksa menempati pelabuhan
liar, sebab tranportasi air Salimbatu-Tanjung Selor belum tersedia.
“Saya hanya mencari uang
menawarkan jasa transportasi air. Saya bingung selama ini belum ada tempat yang
resmi. Saya ingin pemerintah daerah membantu, memberikan tempat yang layak dan
resmi,” ujar warga Salimbatu ini.
Dia juga menyadari, selama ini
penumpang yang menggunakan jasa angkutnya, tidak memperoleh kemanan dan
kenyamanan untuk berteduh ketika sedang menunggu keberangkatan perahu.
“Paling kalau lagi menunggu
perahu penumpang tunggunya ada di warung kopi yang ada diseberang jalan sana,”
kata Ilham, tangannya sambil menunjuk warung kopi yang dimaksud.
Senada, Syahroni (35), motoris
perahu motor Salimbatu-Tanjung Selor menuturkan, sebenarnya teman-teman motoris
lainnya ingin memiliki dermaga resmi. Kalau pun ingin di tempat lain, belum
tentu bisa diterima.
“Kami tidak bisa bergabung dengan
perahu-perahu yang ada di jurusan Tarakan-Tanjung Selor. Tempatnya sudah
berbeda. Kalau di daerah sini lebih dekat dan strategis bagi kami,” ujarnya.
Berdasarkan hitungan, rata-rata
penumpang yang menggunakan jasanya ada sekitar delapan orang per hari dengan tarif
per orang sebesar Rp 40 ribu. Jadwalnya juga tidak dipastikan sebab belum
memiliki dermaga resmi.
“Kami kapan saja siap. Kalau ada
penumpang, pastinya kami akan antar sampai tujuan. Setiap hari saya selalu dapat penumpang. Lumayan banyak
orang-orang yang menyeberang Tanjung Selor-Salimbatu,” ungkap Syahroni, yang
sudah 14 tahun menjadi motoris perahu motor Salimbatu-Tanjung Selor.
Kontraktor Sudah Diberi Sanksi
DINAS Perhubungan Kabupaten Bulungan sudah berupaya keras untuk
menyediakan fasilitas pelabuhan Tanjung Selor-Salimbatu sejak pertengahan tahun
2015. Namun pihak kontraktor yang mengarap dermaganya mengulur waktu
pengerjaan.
Ketika ditemui, Baharuddin,
Kepala Dinas Peruhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bulungan,
mengatakan, perencanaan pembangunan dermaga perahu motor jurusan Tanjung Selor-Salimbatu
sudah dibuat, namun saat sudah ada penujukan kontraktor ternyata ingkar janji.
“Pengerjaannya molor. Diundur,
tidak sesuai kesepakatan. Target penyelesaian yang seharusnya di akhir tahun
2015 sudah bisa digunakan, tetapi kenyataannya tidak,” katanya kepada Tribun di lantai dua kantor Bupati Bulungan.
Menurutnya, pembangunan dermaga
perahu motor sudah sejak lama karena ada permintaan banyak dari warga. Tujuan
dibuatnya dermaga untuk memberikan kemanan dan kenyamanan.
“Memang selama ini kita lihat
dermaganya berdiri begitu saja, pakai kayu-kayu biasa, dibuat sendiri oleh para
motoris. Tanpa standar yang baik. Sangat rawan kecelakaan sungai,” kata
Baharuddin.
Dia menegaskan, belakangan ini,
pihaknya sudah memberikan sanksi ke pihak kontraktor yang memenangi tender pembangunan
dermaga. Akhirnya ditargetkan pada Februari akan rampung, sudah bisa digunakan
oleh masyarakat.
“Nanti siapa saja bisa gunakan.
Tidak hanya pengguna perahu motor jurusan Salimbatu-Tanjung Selor,” ujar pria
berkaca mata ini.
Setiap Hari Banyak yang Melintas
MENGACU pada data dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa tahun 2015, daerah Salimbatu adalah desa yang
terbanyak penduduknya bila dibandingkan dengan desa-desa yang ada di Kabupaten
Bulungan.
Jumlah penduduk yang menghuni di
Desa Salimbatu ini telah mencapai 6.328 jiwa atau 1.816 kepala keluarga. Secara
rinci, penduduk wanitanya mencapai 3.030 jiwa dan jumlah prianya 3.298 jiwa.
Desa yang lokasinya berada di
Kecamatan Tanjung Palas Tengah ini sebagian besar adalah petani dan nelayan,
hasil-hasil pertanian dan peternakannya sering dijual di perkotaan Tanjung
Selor.
Kepala Desa Salimbatu, Asnawai
menjelaskan, warga masyarakat yang tinggal di Desa Salimbatu maupun di Tanjung
Selor butuh dermaga resmi perahu motor sebagai penunjang kegiatan transportasi
air yang handal dan aman.
“Selama jembatan Salimbatu ke
Tanjung Palas berlum rampung maka akan ada setiap hari yang melintas melalui
sungai,” ungkapnya.
Apalagi, di Salimbatu ada tiga
lokasi transmigran yang hasil pertaniannya banyak dijual ke Pasar Induk Tanjung
Selor. Belum lagi juga ada warga Salimbatu yang berkerja di Tanjung Selor.
Kebutuhan dermaga yang layak adalah sebuah keharusan.
“Dana sudah dianggarkan, sudah
disediakan, semestinya harus cepat diselesaikan pembangunannya,” tegas Asnawi,
yang memiliki ciri rambut hitam lurus ini.
Berjanji Dermaga Selesai Februari
Pihak kontraktor penggarap
dermaga pelabuhan Tanjung Selor-Salimbatu terus digencarkan. Targetnya, rampung
pada pertengahan atau akhir Februari ini. Dana pembangunan yang digelontorkan
mencapai sekitar Rp 1,7 miliar.
Saat ditemui, Agus, Koordinator
Lapalangan Proyek Pembangunan Dermaga Tanjung Selor-Salimbatu menjelaskan,
pengerjaan sedang diupayakan secara maksimal. Pembanguan fondasi dan atap sudah
rampung.
“Dulu fondasinya sempat tenggelam
ke dalam sungai. Kami bingung juga. Akhirnya pengerjaan dermaganya jadi molor.
Sempat tertunda, tidak sesuai target,” katanya saat berjumpa di lokasi, Rabu 3
Januari 2016.
Ia menjelaskan, kontraktor yang
menggarap ialah PT Sweep Plan Trialindo. Dana pembangunan diperoleh dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemkab Bulungan tahun 2015.
Model bangunannya tidak seperti
pada umumnya, namun lebih memancarkan corak nilai-nilai budaya masyarakat
lokal. Terlihat dari bentuk atapnya, layaknya model khas melayu Bulungan.
Di dermaga itu, dari pintu masuk
jalan raya nantinya akan dilengkapi satu kantor administrasi dan petugas
pengaman dermaga yang letaknya ada pada bagian kiri. Sedangkan pada sisi kanan
adalah kantin sebanyuak dua warung.
Walaupun masuk dalam kawasan
ruang terbuka hijau taman pinggiran Sungai Kayan, dermaga pun juga masih
mempertahankan taman hijau, yang akan juga diengkapi lahan parkir kendaraan
bermotor.
Alasan diberikan taman supaya
dermaga masih tetap terihat indah. Pengunjung atau penumpang yang memakai
transporasi air bisa merasa puas. “Kalau tempatnya ada taman dipandang juga
enak. Tidak kumuh semerawut,” tutur Agus.
Menanggapi hal itu, Anggota DPRD
Kabupaten Bulungan, Komisi III, Aluh Berlian mengatakan, kontraktor yang sudah
menggarap seharusnya mesti disiplin, tepat waktu jangan lagi molor.
Kata dia, Tanjung Selor sudah
menjadi kotamadya. “Kita harus sediakan banyak fasilitas publik yang prima.
Kota kita akan mengalami jumlah penduduk. Akan banyak penduduk yang datang ke
Tanjung Selor. Jika tidak ada fasilitas publik yang memadai, akan mengecewakan.
Kapok mau datang ke Tanjung Selor,” ujarnya.[1]
[1]
Koran Tribunkaltim, “Dermaga Tanjung
Selor-Salimbatu Belum Ada: Kontraktor Sudah Diberi Sanksi,” terbit pada Kamis 4
Februari 2016, di halaman 23, pada rubrik Tribunline.
Komentar
Posting Komentar