MEJA PANJANG DESA BINAI KALIMANTAN UTARA 2
Ritual
Tahunan Mengukir Impian
Menapaki awal tahun baru 2016, Desa Binai, yang berada dalam pelukan
Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara
menggelar ritual budaya Meja Panjang.
UNTUK bisa sampai ke desa ini, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor
melalui jalur darat. Dari perkotaan Tanjung Selor, membutuhkan daya tempuh
perjalanan sekitar dua jam lebih.
Selama ini, jalan darat untuk menuju ke desa ini sudah tersedia. Hanya
transportasi umum saja yang belum tersedia. Bila ingin ke Desa Binai mesti
membawa kendaraan sendiri atau menyewa.
Jalan yang menghubungkan ke desa ini dalam kondisi terbilang baik, tidak
lagi berkondisi liar belantara. Saat melewati Jalan Poros Tanah Kuning, kondisi
jalan aspal mulus, akan tetapi saat mendekati ke desa ini situasi jalanan
berubah bertanah dan berkerikil.
Ritual Meja Panjang adalah seremonial setahun sekali. Digelar dalam
peringatan tahun baru masehi. Ketika berjumpa dengan Kepala Desa Binai, Hamsyah
Djuma’an, menjelaskan, Meja Panjang diselenggarakan sebagai sarana pertemuan
warga desa dan luar desa.
Kata dia, Meja Panjang memiliki tujan agar masing-masing warga bisa
melalukan tatap muka, tegur sapa, dan bersantap bersama. Acaranya pun diselingi
juga pesta tarian seni ala masyarakat desa. “Kita bersenang-senang. Bergembira
bersama. Melepas duka,” ujar Hamsyah.
Dia berharap, melalui Meja Panjang, doa bersama warga desa akan terkabul.
Harapan dan cita-cita akan terwujud dalam tahun ini. Desa mengalami kemajuan.
Apalagi desa sekarang ini mendapat dua dana dari pemerintah kabupaten dan
kementrian desa dan transmigrasi.
“Tahun ini desa kita akan mendapat akses sinyal telekomunikasi. Selama
ini warga desa punya telepon seluler tetapi belum bisa dimanfaatkan sebagai
alat telekomunikasi. Semoga bisa segera ada,” ungkap Hamsyah.
Kemudian, pasokan energi listrik, Desa Binai masih sebatas infrastruktur
tiang dan kabel saja. Soal aliran listriknya, belum teraliri. Warga Desa Binai
belum bisa merdeka dari ‘kegelapan’ karena tidak ada aliran listrik.
“Kita maunya Desa Binai juga mendapat energi listrik seperti di desa
tetangga. Desa tetangga kita bisa ada listrik, kenapa di Desa Binai tidak bisa,
pasti bisa. Tahun ini targetnya desa kita bisa teraliri listrik,” kata Hamsyah.
Itulah filosofis gelaran Meja Panjang Desa Binai, yang mengandung makna
sebuah pengharapan, cita-cita, atau impian menuju kehidupan yang lebih baik.
Meja Panjang adalah mimpi bersama seluruh warga desa agar menatap dan menapaki
kehidupan yang lebih cemerlang.
Mengikat
Persatuan Melalui Meja
Mengawali tahun baru 2016, Desa Binai Kecamatan Tanjung Palas Timur
Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara menggelar sermonial budaya Meja
Panjang untuk menjalin keakraban masyarakat desa, pada Rabu 6 Januari 2016.
KALA itu, momen tersebut turut dihadiri Penjabat Bupati Bulungan Syaiful
Herman bersama jajarannya serta AKBP Kaporles Bulungan Ahmad Sulaiman.
Kesemuanya menikmati suasana kekeluargaan, ikut duduk lesehan bersama
masyarakat Binai di rumah adat desa.
Pelaksanaan Meja Panjang dilangsungkan setahun sekali. Biasanya dalam
menyambut tahun baru, namun kali ini digelar usai malam tahun baru. Kepala Adat
Desa Binai, Apui Ngau, menuturkan, tujuan dilangsungkannya Meja Panjang untuk
menciptakan suasana kebersamaan dalam menyambut tahun baru.
“Kita semua yang ada di Desa Binai saling bersalaman. Saling memaafkan. Yang
tahun lalu ada kesalahan di antara satu sama lain, kita berkumpul bersama di
Meja Panjang untuk saling bertemu,” ujarnya.
Pesan dari kegiatan Meja Panjang, agar semua warga desa selalu mengikat tali persaudaraan. Setiap kehidupan, dia menyadari, selalu saja ada persoalan dan konflik horizontal.
Akan tetapi, tambah Apui, permasalahan tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut seperti benang kusut, mesti dituntaskan dengan cara kekeluargaan
melalui media Meja Panjang.
“Di Meja Panjang siapa saja boleh hadir. Orang dari luar desa juga
diperbolehkan ikut bergabung. Mari bersama-sama menikmati makan dan minum
bersama,” ujar pria kelahiran Pujungan, Malinau ini.
Pelaksanan seremonial Meja Panjang tidak melulu soal kuliner namun juga
ada suguhan musik karoke dangdut dan pentas seni tari musik etnik setempat.
Semua masyarakat yang hadir di acara itu terlihat bergembira menikmati lantutan
musik dan seni tari.
Rumah adat itu dihiasi meja-meja berbentuk panjang. Di atas meja tersedia
banyak makanan dan minuman. Kata Apui, semua makanan yang dihidangkan merupakan
hasil bumi warga desa, seperti di antaranya ada buah rambutan, duku, singkong,
ubi, dan jagung.
Buah Simbol
Kemakmuran
Saat Meja Panjang dilaksanakan di rumah adat Desa Binai, terlihat hiasan
merah-merah buah rambutan bergelantungan di seutas tali yang diikat pada
tiang-tiang rumah adat. Selain itu juga ada pisang, dan jambu menjadi hiasan
indah interior rumah adat.
Buah-buah ini dijadikan simbol kemakmuran desa dan bisa diambil untuk
dikonsumsi. “Buah rambutan digantung di atas supaya kami semua yang ada disini
bisa mencapai peningkatan kualitas hidup,” ujar Apui Ngau, Kepala Adat Desa
Binai.
Sebenarnya, hiasan buah hanya memperindah interior ruangan namun buah
bisa juga dijadikan nilai filosfis yang mengandung makna pengharapan agar Desa
Binai selalu bersinar dalam kemakmuran ekonomi.
Semua asesoris buah tersebut adalah hasil bumi dari Desa Binai. “Desa
kami banyak yang bermata pencaharian sebagai petani kebun dan padi sawah,”
tuturnya.
Saat berkesempatan, Penjabat Bupati Bulungan, Syaiful Herman dalam pidato
amanat di Meja Panjang itu mengatakan, kebersamaan dalam damai, tali
persaudaraan dan persatuan merupakan modal penting bagi kemajuan desa.
Bila tanpa kedamaian, mustahil desa akan mengalami kemajuan pesat. “Desa
kita sedang membangun. Butuh keterlibatan semua pihak. Anggaran desa dari
kabupaten dan pusat diturunkan untuk pembangunan desa,” ungkapnya.[1]
[1]
Koran Tribunkaltim, “Meja Panjang
Desa Binai Kaltara: Ritual Tahunan Mengukir Impian,” terbit pada Minggu 10
Januari 2016, di halaman 24, dalam rubrik Style Jalan-jalan.
Komentar
Posting Komentar