PULAU BUNYU KALIMANTAN UTARA
Disambut Mendung Kabut Asap
Ketiga kalinya, saya
menginjak daratan Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara,
pada Jumat 16 Oktober 2015 pagi, ikut menumpang rombongan Penjabat Bupati
Bulungan Syaiful Herman dalam kunjungan kerja pertamanya di Kecamatan Bunyu.
MENUJU Bunyu
adalah perjalanan yang panjang. Berangkat dari Pelabuhan VIP Tanjung Selor
pukul 08.30 Wita menggunakan perahu speedboat bermesin dua. Untuk tiba di
lokasi, butuh waktu dua jam, melewati medan liak-liuk sungai air tawar dan
mengarungi perairan laut yang bergelombang.
Waktu itu
perjalanan aman terkendali, perahu speedboat dilengkapi alat GPRS. Meski sinar
matahari tidak menampakkan jati dirinya karena kabut asap, Alhamdulillah perahu masih bisa maju lancar tanpa ada hambatan,
meski sesekali berhenti akibat gangguan onderdil di bagian mesinnya yang
kendur.
Selama di
perjalanan menuju Bunyu, sempat muncul rasa jenuh. Mungkin ini saking
seringnya, sudah tiga kali melancong ke Bunyu. Solusi untuk ‘membunuh’ rasa
bosan di dalam perahu speedboat, saya isi waktu dengan mambaca, orang yang
lainnya ada yang memilih mendengarkan musik melalui gadget atau tidur-tidur ayam.
Untung saja
saya membawa beberapa koran Tribunkaltim
edisi lama, dimanfaatkan sebagai pengisi waktu. Meski nilai beritanya sudah
basi, semua sajian informasinya adalah tempoe
doeloe. Kan belum semuanya tulisan di koran grup Kompas Gramedia ini saya baca secara keseluruhan. Berita yang belum
dibaca, dinikmati. Berita yang pernah dibaca, ya sudahlah. Gituh ajah repot.
Tidak terasa,
waktu yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Dari kejauhan, sekitar
selemparan batu, saya melihat sebuah dermaga dari kaca depan perahu speedboat.
Itulah dermaga yang menandakan sebuah daratan Pulau Bunyu. Kami tiba di pukul
10.37 Wita. Dermaga ini diberinama Dermaga Tidung Pulau Bunyu.
Saat kaki
menginjakkan Dermaga Tidung Pulau Bunyu, tampak keramaian warga yang akan
menggunakan sarana transportasi air. Terlihat ada beberapa perahu
berlalu-lalang. Namun rupanya Pulau Bunyu ini juga sedang dirundung kepulan
kabut asap.
Kami tiba di
lokasi tidak melihat parnorama seputaran Bunyu secara maksimal. Satu sebabnya,
alam Bunyu diselimuti kabut asap, yang pada kenyataannya, di daratan Pulau
Bunyu tidak ada peristiwa bencana kebakaran hutan. Sungguh nyesek, tak ada bakaran hutan, kita kena getah pahitnya. Kabut asap
ini begitu mengganggu.
Seperti
halnya, saat saya ingin mengambil objek foto sebuah perahu nelayan yang sedang
mengarungi perairan Bunyu, sekitar berjarak 50 meter dari daratan, hasil jepretan fotonya memancarkan citra
redup. Seakan saya sudah berada di waktu maghrib, padahal hari itu masih siang
bolong.
Ibarat sudah
menjadi langganan, beberapa daerah di Kabupaten Bulungan, seperti di antaranya
Bunyu, Tanjung Palas, dan Tanjung Selor sering mendapat kiriman asap bakaran
lahan hutan.
Warga
Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara yang tidak berdosa terkena imbas buruk
akibat ulah orang-orang yang serakah, merampok keanekaragaman hayati bumi kita.
Sampai kapan
manusia akan terhenti, membakar merusak hutan. Bila tidak berujung dan selalu
dilakukan, suatu saat Tuhan akan mulai bosan dengan perilaku manusia-manusia
seperti itu. Bersiaplah, “Hai umat
manusia”, memperoleh teguran dari Tuhan Yang Maha Kuasa. ( )
Komentar
Posting Komentar