TRISUCI WAISAK 2559 TANJUNG SELOR KALIMANTAN UTARA
Berjalan Kaki Berkeliling
Tiga Kali
Puluhan orang pria, wanita
dan beberapa anak-anak berbaju putih berjalan kaki menembus kepulan asap dupa
yang ditaruh di sebuah wadah mirip ember berisi pasir, yang terletak di depan
anak tangga vihara.
Itulah atmosfir dalam kegiatan Trisuci
Waisak yang mewarnai Vihara Dharma Cakra Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan,
Provinsi Kalimantan Utara pada Selasa 2 Juni 2015.
Mereka itu yang mengenakan baju putih
ialah para jamaah Buddha. Sedangkan pemimpin ritual agamanya, yang jumlahnya hanya beberapa
orang saja, yang bisa dikenali identitasnya dari busana yang dipakainya berwarna kuning tua.
Sinar fajar kala itu terang memancar,
langit berwujud cerah. Seremonial tersebut berlangsung pada pukul 09.00 Wita.
Jalan raya di depan vihara pun sepi, tidak nampak adanya keramaian lalu-lalang
kendaraan bermotor.
Duduk bersila menikmati terik fajar pagi di pelataran Vihara Dharma Cakra Tanjung Selor Provinsi Kalimantan Utara pada Selasa 2 Juni 2015. (photo by maman) |
Silvia (25), satu di antara perempuan
kelahiran Nunukan yang mengikuti kegiatan ibadah tersebut mengaku, keliling
vihara dilakukan sebanyak tiga kali, masuk dalam rangkaian ibadah Trisuci
Waisak. “Saya punya harapan. Ke depannya, kehidupan saya akan menjadi lebih
baik lagi,” tuturnya kepada Tribunkaltim.co,
usai beribadah waisak.
Terpisah, pemuka agama itu, Romo Sutrimo
Pandita Vihara Dharama Cakra Tanjung Selor menuturkan, berjalan kaki
mengelilingi vihara adalah kegiatan Pradaksina yang memiliki arti ritual
penghormatan pada Siddharta Gotama. “Berjalan kaki memutar sebanyak tiga kali.
Berputar sesuai arah jarum jam,” katanya.
Umat Buddha yang melakukan ritual itu akan
semakin menambah keyakinan dirinya untuk menghilangkan hal-hal buruk nista dan
memastikan dirinya tunduk patuh kepada Buddha.
“Saat berjalan keliling vihara membawa
dupa, dan ada yang juga membawa bunga sebagai simbol harum kebijaksanaan,”
tutur Sutrimo yang tinggal di Tanjung Selor sejak tahun 2010.
Berdiri tegak di pelataran Vihara Dharma Cakra Tanjung Selor Provinsi Kalimantan Utara pada Selasa 2 Juni 2015 saat momen perayaan hari agama Buddha Trisuci Waisak. (photo by maman) |
Peribadatan Trisuci Waisak sendiri ialah
mengingatkan kembali akan tiga peristiwa suci kehidupan Guru Agung Buddha
Gotama, yakni kelahiran Siddharta Gotama sebagai calon Buddha, pencapaian
pencerahan sempurna Buddha dan kemangkatan Guru Agung Buddha.
Kali ini, tuturnya, Trisuci Waisak
mengangkat tema Dhamma Melindungi yang Melaksanakan. Dhamma sendiri, ujarnya,
meliputi pelajaran Dhamma yang tertuang dalam kitab suci Tipitaka yang memuat
kebenaran Dhamma dan kemoralan Vinaya.
“Pelaksanaan Dhamma ialah praktik
kesusilaan, keteguhan pikiran, praktik kebijaksanaan kehidupan sehari-hari yang
akan dianggap lenyapnya penderitaan,” kata pria asal Pati Jawa Tengah ini.
Dia menyampaikan, penerapan moral sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sebab akan menghasilkan perlindungan
bagi orang yang melaksanakannya dan tidak akan memiliki pikiran bersalah dan
menyesal. “Akan merasa nyaman pergi kemana saja karena mersa tidak bersalah,”
tutur Sutrimo.
Ditambahkan, Soepian Hartono Ketua
Vihara Dharma Cakra Tanjung Selor, menuturkan, sejak kemunculan vihara pada 13
November 1997, umat Buddha Tanjung Selor bersatu dalam kegiatan peribadatan.
Sebab sebelumnya, pada tahun 1970-an
umat Buddha Tanjung Selor hanya beribadah secara sendiri di rumah masing-masing.
“Kami bersatu dalam kebersamaan. Bergotong-royong untuk melakukan kebaikan.
Kami juga akan bangun sekolah sebagai sarana pendidikan,” tuturnya.
Dia mengharapkan,
perayaan Trisuci Waisak ke 2559 memberi perlindungan bagi diri sendiri maupun
bagi masyarakat, bahkan bagi bangsa dan negara melalui pelaksanaan kebenaran.
“Pelaksanaan Dhamma akan menjauhkan hidup kita dari segala keadaan tidak nyaman
dan tidak menderita,” kata Soepian. ( )
SUMBER: Tribunkaltim.co http://kaltim.tribunnews.com/2015/06/03/berjalan-kaki-berkeliling-tiga-kali
Wehh... Indah nya ^^
BalasHapus