KAMPUNG TIAS SURGANYA NELAYAN
Menangkap
Ikan Cukup Pakai Jaring
Sinar matahari siang itu, menghujani Desa
Tanjung Buka, Kampung Tias, Selasa 27 Januari 2015 lalu. Terik matahari itu tak
membuat Saini (70) menyingkir ke dalam rumahnya yang sederhana, yang terbuat
dari bahan kayu.
Di tengah siang hari yang bolong, bapak enam
anak ini masih tetap asik menjemur ikan hasil tangkapannya. Ini terpantau
ketika saya menyambangi Saini yang hanya
sibuk sendirian dan tak bertopi.
“Jemur ikan Mayung. Kalau sudah kering saya
mau jual ke pengumpul,” ungkapnya yang kala itu mengenakan baju kemeja merah
dan celana panjang biru.
Ikan Mayung milik Saini itu adalah jenis ikan
asin hasil tangkapan di perairan Kampung Tias, Kecamatan Tanjung Palas Tengah,
Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
“Tangkap ikan mayung pakai jaring. Sehari
hanya dapat satu, paling banyak tiga ekor. Tapi kalau ikannya sudah terkumpul
banyak, saya jual ke pengumpul,” urai pria asal Bone, Sulawesi Selatan ini.
Oleh Saini, ikan asin Mayung hasil
tangkapannya dijual Rp 20 ribu untuk per kilogramnya. “Uangnya saya pakai buat
biaya hidup. Buat bayar sekolah, soalnya anak saya masih ada yang sekolah,”
ujarnya, yang sudah 30 tahun tinggal di Kampung Tias.
Saini pada Selasa 27 Januari 2015 siang sedang menjemur ikan hasil tangkapannya di perairan Kampung Tias Kabupaten Bulungan, provinsi Kalimantan Utara (photo by budi susilo) |
Senada, Asgar (40), nelayan Kampung Tias ini
pun punya cerita. Saat bersua dengan saya, pria kelahiran Selayar Sulawesi ini
setiap harinya pergi mencari ikan di seputaran perairan Kampung Tias,
menggunakan jala ikan.
“Cari di dekat-dekat sini saja. Disini banyak ikannya. Biasa
saya dapat ikan merah, kakap, kepiting,” urainya.
Secara geografis, keberadaan Kampung Tias
dialiri air sungai kayan dan berada dekat dengan muara lautan Tarakan. Di
sekeliling daerah ini, terdapat banyak pulau-pulau kecil yang ditumbuhi
rimbunan pohon bakau alami dan rindang.
“Ikan-ikan banyak tinggal di hutan bakau. Di
dalam akar-akar bakaunya, banyak ikan,” tutur Risham Riyadi yang kini menjabat
sebagai Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bulungan.
Belum lama, Desa Tanjung Buka Kampung Tias
secara mandiri mampu sediakan sumber energi listrik sendiri. Tenaganya dari
mesin diesel berdaya 160 kilovolt ampere yang
menghabiskan uang sampai Rp 550 juta.
Kampung Tias Desa Tanjung Buka Kabupaten Bulungan provinsi Kalimantan Utara pada Selasa 27 Januari 2015. (photo by budi susilo) |
Kata Sekertaris Desa Tanjung Buka,
Syamsyudin, keberadaan listrik tenaga diesel akan sangat membantu, sebab
sebagian besar para nelayan desa Tanjung Buka membutuhkan energi listrik untuk
menghidupkan kulkas pendingin ikan. “Pengadaan mesinnya didapat dari dana swadaya warga, dan bantuan PNPM
juga,” ujarnya.
Euforia pencarian ikan di kawasan Kampung Tias
masih bebas, seolah tanpa diikat oleh aturan hukum. Ini terungkap, saat Bupati
Bulungan, Budiman Arifin, berkunjung ke Desa Tanjung Buka yang kebetulan sedang
ada pagelaran Festival Anak Saleh.
Di atas panggung festival itu, Bupati
menjelaskan, pemerintah Kabupaten Bulungan belum pernah mengeluarkan larangan
mengenai penangkapan ikan menggunakan alat pukat hela. “Kalau ada yang bilang
ada instruksi pelarangan dari Pemkab, itu tidak benar,” kata Budiman.
Menurutnya, pelarangan pukat hela sampai
sekarang ini masih belum tepat dilakukan di Kabupaten Bulungan. Kalau ingin
diterapkan perlu bertahap, tidak bisa sekaligus secara mendadak. “Kalau
dilarang tiba-tiba, nasib nelayan kita bagaimana, harus cari solusi yang tepat
dulu,” ujar Budiman.
Padahal sebelumnya, telah terbit Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan yang melarang penggunaan pukat hela agar
kegiatan pencarian ikannya ramah terhadap lingkungan laut, menjaga keseimbangan
rantai makanan. ( )
Komentar
Posting Komentar