PEREMPUAN ZAMAN KINI
Perempuan Zaman Kini
“Kami
berikhtiar (berusaha) supaya kami teguh sungguh, sehingga kami
sanggup berdiri sendiri. Menolong diri sendiri. Dan siapa yang dapat
menolong orang lain dengan lebih sempurna pula.”
Itulah
penggalan kalimat, yang tergores dalam sebuah surat Raden Ayu Kartini
yang ditujukan kepada sahabatnya Nyonya Abendanon pada 12 Desember
1902, kala saat negara Indonesia masih bernama Hindia Belanda.
Pesan
tersurat yang dibuat RA Kartini itu menggambarkan bahwa kaum
perempuan mengharapkan dirinya mempunyai kemerdekaan dalam bertindak
dan berpikir, demi tujuan menggapai kebaikan.
Di antaranya, contoh konkrit dari seorang perempuan yang menyandang status sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri menggambarkan perempuan punya pembuktian eksistensi sebagai manusia yang mandiri dalam bertindak, serta gemar bekerja dalam pemenuhan hidupnya dan untuk orang-orang yang dicintainya.
(Photo by budi susilo) |
Ironisnya,
fenomena yang terjadi dari beberapa TKI yang berkecimpung dalam dunia
tenaga kerja, ada di antara mereka yang mengalami nasib buruk, seakan
masuk ke jurang neraka, padahal cita-cita terbesar adalah untuk
berjuang hidup, demi meraih wangi surga.
Ada
perempuan yang merantau ke luar negeri menjadi TKI, namun ceritanya
tak mujur. Berangkat ke luar negeri berkulit mulus, pulang kampung ke
dalam negeri berkondisi wajah lebam, dan kulit tersayat-sayat
goresan benda tumpul dan benda tajam.
Awalnya
berharap ingin memperoleh rezeki, tetapi hasilnya malah gigit jari,
merasa di zhalimi. Gaji tak
pernah turun, majikan yang tak bertanggung jawab hanya memberinya
kekerasaan dan peniadaan hak-hak pekerja, sungguh menyedihkan.
Ketika
TKI mendapat perlakukan tak manusiawi, keluarga yang ditinggalkan pun
merasakan sedih yang mendalam. Anaknya, suaminya, orang tuanya dan
saudara-saudaranya yang ditinggalkan dia untuk merantau, pun tentu
ikut berduka.
Caci
maki kepada mereka majikan yang menyiksa, rupanya tak berpengaruh,
sebab tetap saja, kekerasan dan penindasan yang dialami perempuan TKI
di luar negeri sungguh mengerikan.
Seolah
negara tak berwibawa. Macan ompong yang lemah tak berdaya. Seolah
negara absen dalam menyediakan jaminan kesejahteraan dan lapangan
pekerjaan bagi rakyatnya.
Perempuan
yang selama ini mau bersedia menjadi pahlawan devisa, mampu memberi
pundi-pundi pendapatan negara, pembuktian kerelaan dirinya bahwa apa
yang dilakukannya untuk kebaikan bagi negara dan bangsanya.
Ketika
perempuan terjerembab pada jebakan tenaga kerja yang salah, negara
rupanya hanya bisa mengucapkan turut berbelasungkawa. Perempuan
manusia adiluhung. Perempuan walau dikatakan sebagai tulang
rusuk dari seorang pria, ternyata bukan sekedar itu.
Perempuan
pun, jaman sekarang ini mau memainkan peran sebagai tulang punggung,
punya kesadaran dan kedewasaan dalam menggeluti realitas kehidupan,
mau turut serta memberi rahmat bagi seluruh alam semesta. Sungguh,
ikhtiar perempuan Indonesia memang luar biasa. Salut ! ( )
Komentar
Posting Komentar